TERIMA KASIH (Bagian I)

(Kisah Suatu Pagi di Bulan Desember)

Sehari setelah aksi demonstrasi mahasiswa yang berakhir bentrokan dengan polisi di depan pintu satu Unhas. Media lokal, nasional terus memberitakan aksi yang menelan korban dari pihak mahasiswa ini. Polisi yang mestinya mengayomi masyarakat malah bertindak brutal dan anarkis. Mahasiswa dipukuli, diinjak dan dibuat babak belur dengan pentungan yang mereka miliki. Peristiwa hari itu memang menjadi catatan tersendiri yang membuat Unhas jadi kelabu. Duah hari sebelumnya, mahasiswa juga dibuat berlarian saat aparat penegak hukum ini menyerang mahasiswa.Tujuh mahasiswa ditangkap hari itu .Sementara yang lain mampu meloloskan diri dari kejaran petugas yang sampai ke dalam kampus.
Namun, peristiwa hari kedua tak kalah brutal, seorang abang yang kerja sebagai journalist di televisi swasta sempat berujar jika saja saat itu tak ada rektor Unhas, maka peristiw UMI jilid II bisa saja terjadi. Pasalnya saat itu 400 polisi sudah siap ”menyerang” mahasiswa dengan pentungan dan senjata lengkap hingga ke dalam kelas. Sepertinya emosi polisi sudah sampai pada ubun-ubun, makanya salah satu cara melampiaskan semua itu dengan membuat ’’jera’’ para mahasiswa yang sering turun aksi.

Sejak pagi, aku masih duduk di beranda sebuh penerbitan kampus. Orang-orang mengenalnya dengan nama identitas. Sendiri di tempat itu membuatku lebih leluasa membaca koran yang menyajikan lebih rinci kejadian hari kemarin. Sebagian kawan-kawanku masih ada yang terbuai dengan mimpi. Aku menyadari jika sebagian dari mereka masih lelah setelah kemarin sibuk meliput aksi polisi lawan mahasiswa. Pada malam hari, tulisannya mesti sudah dibuat agar fell nya masih bisa lebih terasa. Narasinya yang dalam dan deskripsinya lebih rinci.

Langit di luar masih belum bersahabat. Hujan yang sedari subuh turun belum juga berhenti. Sesekali angin bertiup hingga hawa dinginnya menusuk tulang. Tanaman yang sejak lama menunggu hujan turun nampak gembira. Senyum sungringah terpancar dari helai daun yang diam. Namun dalam diam, semunya terasa bermakna. Begitu kata temanku suatu ketika. Tak lama berselang, tiba-tiba ponsel nokia yang aku letakkan di atas meja berdering. Rupanya sebuah pesan masuk. Aku sengaja menunggu hingga nada deringya selesai. Pasalnya, setiap mendengar nada dering pesan yang aku format, selalu muncul perasaan damai dan kesejukan. Niat untuk membukanya masih berat. Pagi-pagi begini siapa pula yang mengirim sms. ”Ah nanti sajalah,” gumamku. Tapi rasa ingin tahu yang begitu besar mengurungkan niatku untuk membukanya. Di balik layar ponsel itu kudapati seorang mengirim dua rangkaian kata yang cukup singkat. Jazakallah khoir yang artinya terima kasih banyak. Aku berhenti membaca, perhatianku sepenuhnya kutujukan pada pesan singkat itu. Rupanya Ia mampu merusak konsentrasiku melanjutkan bacaan. ”Siapa pula yang mengirim sms ini,” ujarku. Aku mencoba mengembalikan ingatanku ke masa lalu, imajinasiku melayang menelusiri labirin yang tak berujung, sehari kemarin, dua hari , tiga hari , empat hari , hingga jauh di masa lalu. Aku tak menemukan serpihan yang mampu membuat kata itu jadi utuh. Tak ada bayangan sama sekali. Ataukah aku memang menderita penyakit amnesia (terganggunya daya ingat yang diakibatkan oleh kerusakan otak, akibat trauma atau penyakit, atau penggunaan obat-obatan, biasanya yang bersifat sedatif).
Bersambung..

0 comments:

Post a Comment

ISI APA ADANYA

 

© Copyright berandamao . All Rights Reserved.

Powered By Blogger Thanks to Blogger Templates | punta cana dominican republic