KONOHAGAKURE DAN KAMMI-GAKURE

Tulisan ini adakah karya Azizah Bintang. Salah satu teman seperjuangan di KAMMI Daerah Sulsel. Ia menulis tentang KAMMI dengan menggunakan pendekatan Konhagakure. Sebuah pendekatan yang sederhana dengan melihat komik Naruto. Mungkin masih ingat cerita tentang Naruto, Sasuke, dan akhir hidup perjalanan cerita Naruto Shippuden. Ia memang agak unik, penyuka Komik Naruto. Kehebatan Naruto dan kawan-kawannya itulah yang ditransformasi ke dalam tulisan ini. KAMMI! Tulisan ini tanpa sengaja saya temukan di Puluhan folder dan file. Mari membaca pemikiran kawan kita Azizah dengan KAMMI-Gakure :: Happy Reading :
Konohakagure bukanlah judul drama asia di televisi atau jenis jamur yang terpampang jelek di Lab.Biologi. Konohagakure adalah nama sebuah desa yang dikisahkan serial komik NARUTO. Gakure yang berarti desa, merupakan tempat tinggal masyarakat Konoha, sebuah perkampungan ninja yang berisikan banyak klan yang saling berinteraksi dalam sebuah masyarakat ninja yang sangat rapi dan dipimpin oleh seorang Hokage. Naruto adalah anak laki laki yang di dalam tubuhnya disegel siluman rubah. Anak ini memiliki cita-cita yang sederhana: menjadi Hokage, memimpin desa Konoha. Komik ini berkisah mengenai perjalanan bocah tersebut mencapai tujuannya dengan berbagai kesulitan. Bagi orang-orang yang dilahirkan sinis hal ini biasa saja, namun sangatlah tidak sopan mentertawakan cita-cita orang. Bukankah kita juga masih menganggap Teori Newton sebagai sebuah kenyataan walaupun sesungguhnya kenyataan itu didasari oleh imajinasi sempurna Newton pada sebuah apel?! Walau sepintas berkisah seperti itu, namun jika diperhatikan lebih pada beberapa bagian penting kita akan mendapati bahwa hampir semua permasalahan yang dialami oleh naruto berkisar pada Konoha. Bahkan monster rubah yang menurut sebagian orang adalah sebuah masalah pribadi bagi Naruto sesungguhnya tidak ditanggung secara individual, melainkan oleh semua orang di Konoha walaupun hanya disadari oleh sebagian orang saja. Persaingan antara Sasuke dan Naruto pun bukanlah masalah pribadi mengingat sejarah kelam klan Uchiha. Motto “No Man Left Behind”-nya desa Konoha, menjadikan Sasuke sebagai masalah bersama di Konoha. Hal ini diungkap Shikamaru Nara bahwa Sasuke memang bukanlah teman dekatnya namun ia adalah seorang Shinobi Konoha dan Shikamaru akan menolongnya dengan mempertaruhkan nyawa karena itu adalah cara Konoha.
Di Konoha para ninja memiliki beberapa tingkatan, berawal dari tingkatan terendah adalah Genin, Chunin, dan Jounin. Tingkatan ini menjadi salah satu pola yang menyusun cerita. Sebuah dunia besar yang dibangun secara imajinatif yang memfokuskan pada cara pandang Konohagakure melalui seorang bocah bernama Naruto. Sebuah dunia dengan perang massive antar tiap individu dan segenap intrik kepentingan antar tiap manusia fiktifnya. Terlepas dari semua abnormalitas dan keajaiban berdasarkan perspektif yang dapat memicu perdebatan, sesungguhnya dunia imajinatif ini tidaklah jauh berbeda dengan dunia yang kita jalani dengan semua elemennya yang manusiawi. Kali ini kita coba menarik sesuatu antara dunia imajinatif itu dengan lingkungan kita yang paling dekat saat ini. Anggaplah secara struktural KAMMIgakure adalah roda komunitas yang dipimpin oleh seorang Ketua Umum [Hokage]. Sedangkan Genin adalah tingkatan dasar seorang Shinobi Konoha memulai kariernya [AB1], Chunin tingkatan diatas Genin yang merupakan pelaksana structural [AB2]. Melalui ini, kita pun dapat mengambil persepsi sendiri, yang termuda dalam komunitas KAMMIgakure saat ini termasuk dalam kelompok Genin, Chunin yang menjadi pelaksana struktural komisariat, sedangkan Jonin yang sedang dan telah menjadi pelaksana struktural daerah/Teritorial. Kemudian mari kita refeleksikan beberapa aspek keberadaan yang menurut saya juga sebaiknya dimiliki oleh KAMMIgakure.
Penghargaan terhadap sejarah Masyarakat Konohagakure merupakan sekelompok komunitas yang memiliki kultur sendiri serta sangat menghargai kearifan lokal. Sehingga dalam usaha mengekspresikan hal tersebut, Sang Pengarang, Masashi Kishimoto sepertinya merasa penting menunjukkan kearifan tersebut melalui beberapa chapter yang dikhususkan membahas tokoh tertentu dengan latar belakang budaya klannya masing masing yang nantinya memperkuat karakter dan jalinan cerita. Sebut saja Kakshi, Sasuke, Neji,dll Melalui penelusuran latar belakang itu, sedikit demi sedikit kita dapat menyerap tanpa berlebihan kearifan lokal klan yang membangun kultur sebuah desa. Sehingga melalui kebanggaan akan semua sejarah yang melatarbelakangi Konoha itu akan terasa sangat wajar bila kita menemukan Naruto, Sang tokoh utama memiliki kecintaan yang besar pada Konohagakure, kekaguman yang besar pada semua Hokage, rasa hormat yang besar pada mereka yang berusaha melindungi Konoha dengan sekuat tenaga dan usaha untuk menjadi lebih kuat setiap harinya demi melindung semua hal yang dicintainya. Melalui sejarah, yang menjadi dasar kekuatan itulah yang secara signifikan disandarkan sebagai batu pijakan untuk menjadi pilar pendukung perkembangan Konoha.
Sama seperti Konoha, KAMMIgakure juga memiliki sejarah yang menjadi pilarnya. KAMMI telah menjadi organisasi besar pelopor perubahan (momentum reformasi 98) yang kini sangat diperhitungkan diusianya yang ke-10 tahun dengan tetap fight untuk konsisten di garis perjuangannya sejak awal tanpa pernah berfikir untuk mau menggadaikan idealismenya sebagai seorang aktivis muslim sebab IJDK itu telah ter-internalisasi dalam dirinya, begitupun dengan pemahamannya. Namun berbeda dengan Konohagakure yang menyadari pentingnya sejarah, sebagai sebuah komunitas kita kadang terlupa hal tersebut sehingga justru menjadi pragmatis di depan keterdesakan dan ketidakberdayaan oleh keadaan. Mampukah KAMMI mempertahankan dirinya sebagai gerakan politik nilai yang senantiasa nyambung dengan rakyat dan kalangan mahasiswa atau justru terjebak dalam gerakan elitis dan tidak transparan yang justru berujung pada matinya gerakan mahasiswa dan meluasnya ke-bete’-an sosial? Konohagakure melandaskan perkembangan komunitasnya berdasarkan sejarah yang menjadi input analisa dan perencanaan persiapan bagi sekian banyak skenario pengembangan komunitas. Ketika zaman sedang bergerak Konohagakure telah siap.
Perkembangan generasi sebagai tujuan primer komunitas Dalam bahasa komunitas kita, generasi muda dapat dipersandingkan dengan bahasa: kader. Nah, di Konohagakure kader adalah mereka yang tumbuh dan besar di dalam lingkungan Konoha. Para kader inilah yang akan menjadi faktor penting bagi eksistensi Konohagakure kedepannya. Dalam Naruto vol.35, Asuma Sarutobi menganalogikan Shikamaru Nara sebagai ksatria dalam permainan catur yang fleksibel dalam bergerak dan bisa melindungi Raja dari berbagai sisi, sedangkan dirinya hanyalah sebagai pion yang dapat dikorbankan kapan saja. Selanjutnya Asuma mengakhiri permainan dengan bertanya pada Shikamaru, “siapakah di Konohagakure yang bisa dianalogikan sebagai raja pada permainan catur tersebut?”. Pada kelanjutannya, Shikamaru pun mengerti bahwa sesungguhnya raja yang dianalogikan pada permainan catur oleh Asuma di Konohagakure adalah kader atau generasi penerus Konohagakure. Kesadaran ini pula yang juga ditekankan oleh Anis Matta, ”Dari Gerakan Ke Negara” dimana pada salah satu tulisannya mengenai jamaah, beliau menyebutkan bahwa salah satu pilar perkembangan jamaah atau komunitas adalah adanya kesadaran bahwa segala usaha komunitas senantiasa diperuntukkan bagi perkembangan generasi penerus komunitas. Di KAMMI pun seperti itu. Ketersediaan berbagai media dan materi pengkaderan adalah modal awal untuk senantiasa memperkokoh gerakan dan membangun integritas terutama pada ujung tombaknya, yakni di level komisariat. Sebuah Nama, Sebuah Cerita…
(Konser Terakhir 2006-2008 di Makassar). Seperti kisah grup band Peterpan meratapi nasibnya yang akan manggung terakhir kali (tapi kok tak kunjung berakhir yak?). Ratapannya adalah rutukan, ”Mengapa terjadi, kepada diriku...”. Sebab setelah ini mungkin mereka tak lagi eksis hatta memiliki nama baru. Gemerlap dunia hiburan yang selama ini menjadi kesehariannya mungkin akan menjadi senyap seiring tenggelamnya popularitas dan munculnya band-band baru. Kali ini adalah pembacaan LPJ pengurus pusat periode 2006-2008 yang juga menjadi penanda demisionernya kepengurusan yang digawangi oleh Akh Taufik Amrullah. Setiap kader KAMMI tentu paham betul bahwa LPJ itu tidak semata-mata dibacakan dan dipertanggungjawabkan di depan forum muktamar, melainkan dihadapan Yang Maha Melihat, Yang Maha mengetahui apa yang tersembunyi di dalam hati setiap insan, Allah Subhanahu wa ta’ala. Utusan-utusan daerah mungkin lebih banyak awamnya tentang keadaan di Pusat. Untuk itulah dalam upaya membangun kultur dan etika internal organisasi yang terbuka serta membangun budaya kerja setiap kader maka diperlukan Komitmen pada Top Manajemen, dalam hal ini seluruh jajaran PP KAMMI di semua bidang. Para Qiyadah di KAMMI pusat adalah sponsor utama dalam membangun sistem nilai yang kuat melalui komitmen moral dan keterbukaan dalam komunikasi.
Kita tentu tidak ingin semua cita-cita KAMMI hanya berujung di atas kertas dengan kata-kata manis namun minim implementasi. Allah tidak memberikan tempat bagi pribadi-pribadi yang tidak selaras ucapan dan perbuatannya. Dan orang-orang yang seperti itu harus di-instal ulang, pantas untuk ikut DM1 lagi. Perbuatan-perbuatan salah adalah biasa bagi manusia, tetapi perbuatan pura-pura itulah sebenarnya yang menimbulkan permusuhan dan pengkhianatan. Selain dari top manajer, diperlukan pula sebuah kontinuitas usaha untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi KAMMI merealisasikan cita-citanya. Misalnya membangun kemandirian ekonomi agar tidak terlalu banyak menunduk-nunduk pada pejabat dan kaum elit hingga tak mampu lagi berteriak LAWAN!.
Dan hal yang sangat penting adalah memperkuat kaderisasi dan berbagai perangkat yang mendukungnya, membangun saluran yang efektif dalam berkomunikasi (termasuk dalam bersyuro’!), serta berani untuk menegakkan disiplin (al indibath). Banyaknya intrik dan polemik disatu sisi memang menunjukkan adanya dinamika. Tapi disisi lain bisa juga menjadi bibit-bibit perpecahan jika tidak disikapi sebagaimana mental seorang pemimpin yang cerdas. Banyaknya isu yang tidak jelas seputar pemilihan ketua umum mungkin bisa membuat kita terjebak dan kebingungan jika tidak mengedepankan rasionalitas yang dibingkai oleh ke-tsiqoh-an pada sesama ikhwah. Tapi diatas semua itu, apalagikah yang bisa mengikat kita selain islam dan ukhuwah ini, saudaraku?... Eks pekuburan cina,61108

Toraja, Rambu Solo dan Kematian yang Sempurna


Indonesia memiliki banyak daerah wisata yang unik dan menarik buat para wisatawan. Misalnya di Bali, Yokyakarta, Lombok dan Jakarta. Namun berbeda dengan Toraja. Salah satu tujuan wisata di wilayah Sulawesi Selatan yang masih memelihara budaya, adat-istiadat para leluhur terdahulu. Masyarakat Toraja memegang teguh prinsip adat tersebut sehigga tak lekang oleh waktu. Kekuatan budaya dan adat-istiadat itulah yang membuat Toraja berbeda dengan daerah lainnya. Selain menawarkan adat-istiadat yang beraneka ragam dan unik. Di daerah berpenduduk 1 juta jiwa tersebut, para penikmat wisata bisa menyaksikan hamparan pegunungan yang masih asri, tegalan sawah dan lembah dengan pohon pinus yang membuat mata tak pernah bosan memandang. Salah satu keunggulan Toraja yakni ketaatan masyarakat dalam menjalankan perintah leluhurnya. Pun hingga saat ini, hal itu membuat Toraja terkenal ke penjuru dunia. Masyarakat Toraja masih melestarikan upacara Rambu Solo. Rambu Solo merupakan upacara kematian yang dilakukan pada keluarga yang meninggal beberapa tahun sebelumnya. Setiap ada yang meninggal, maka kewajiban saudara yang masih hidup menggelar pesta yang besar. Pesta ini menjadi bukti penghormatan pada keluarga yang pergi.

Pesta Rambu Solo dilakukan sebagai bentuk penghormatan pada setiap saudara yang sudah meninggal. Penghormatan itu dianggap sebagai persembahan yang terakhir sebelum bertemu dengan Tuhan. Masyarakat Toraja percaya bahwa kematian akan sempurna jika prosesi itu dilakukan. Tradisi Rambu Solo termasuk proses penyempurnaan kematian. Karena sebelum dilakukan, orang yang meninggal akan dianggap sakit atau lemah. Sehingga, jasadnya selama pesta belum dilakukan akan dibaringkan di Tongkonan ( rumah adat Toraja). Kewajiban keluarga yang masih hidup yakni membuat pesta pemakaman. Prosesi itu menghabiskan dana yang tak sedikit. Semakin tinggi tingkat sosial dan derajat kebangsawanan, maka pesta yang dilakukan juga semakin meriah. Biasanya pesta diadakan tujuh hari lamanya. Hal ini dikenal dengan Dipapitung Bongi. Hewan yang dipersembahkan juga jumlahnya cukup banyak. Jumlah kerbau 25 – 150 ekor, babi 50 – 350 ekor. Kerbau yang dikurbankan juga bukan kerbau biasa. Melainkan kerbau pilihan khas Toraja (Tedong Bonga) dengan harga yang lumayan besar. Satu ekor kerbau bisa seharga Rp 300 - 350 Juta. Makanya Rambu Solo yang besar menghabiskan anggaran milyaran rupiah. Rambu Solo yang lengkap disebut sapu randanan sarrinna bone bone (pesta terlengkap) karena semua jenis kerbau (Tedong Bonga) yang dipersembahkan lengkap. Kemeriahan Rambu Solo bisa kita temukan di Toraja atau Toraja Utara. Setiap akhir tahun (Desember) rangkaian prosesi upacara kematian yang megah biasa digelar di daerah yang jaraknya 350 km dari Makassar tersebut. Kemeriahan terlihat saat puncak acara Rambu Solo. Secara umum prosesi Rambu Solo dimulai dengan Ma paroko paladan. Yaitu meurunkan jenazah dari rumah ke teras Tongkonan. Selanjutnya semua jenis kerbau yang akan dipersembahkan akan diberi nama oleh tujuh tokoh adat. Setelah itu Ma pasa tedong. Kerbau pilihan akan diadu satu sama lain di sebuah lapangan luas. Ribuan masyarakat berkumpul di lapangan menanti adu kerbau tersebut. Setelah mengadu kerbau pilihan, prosesi yang menarik bagi masyarakat toraja yakni Ma pasisemba. Tradisi baku tendang antara penduduk kampung dianggap sebagai tanda persahabatan. Masyarakat akan berkumpul di lapangan, berhadap-hadapan dan melakukan aksi “kungfu” secara bersama. Seorang tokoh adat berdiri di tengah lapangan menjadi pemandu tanda si semba di mulai. Pada hari pemakaman jenazah dipindahkan dari teras ke depan rumah, lalu kemudian jenazah diarak keliling kota Toraja sebelum diantar ke tempat peristirahatan terakhir. Dalam proses ini ribuan masyarakat akan mengiringi jenazah. Sambil membentangkan kain berwarna merah yang cukup pajang.
Setelah prosesi pemakaman usai, keluarga menerima tamu undangan, kerabat dan para pejabat yang berkunjung ke rumah duka. Proses menerima tamu ini dilakukan bersamaan dengan mengurbankan Tedong Bonga. Caranya pun sangaat unik yakni hanya dengan melakukan satu kali tebasan pada leher kerbau itu. Daging kerbau tersebut kemudian dibagi-bagikan pada warga dan dijadikan santapa selama menerima tamu. Proses itu pun berakhir setelah pesta menerima tamu undangan usai. Rambu Solo membuat kematian menjadi sempurna sebab dalam kepercayaan masyarakat Toraja, Dewata akan menerima segala pengorbanan anak cucu yang masih hidup .
Kuburan batu Londa
Mayat yang telah disimpan bertahun-tahun itu tak dimakamkan seperti masyarakat pada umumnya. Di Toraja, masyarakat memiliki lokasi pemakaman yang unik, dikenal dengan nama Londa. Londa itu merupakan kuburan yang terbuat dari batu. Mayat yang sudah meninggal hanya disimpan dalam peti lalu diletakkan di dalam gua batu tersebut.

Dulunya Londa merupakan lokasi pemakaman satu keluarga. Namun akhirnya dibuka karena minat masyarakat untuk melihat kawasan itu amat besar. di Londa terdapat banyak tengkorak kepala manusia yang berumur ratusan tahun. Selain itu juga terdapat banyak tulang-tulang yang berserakan. Untuk menunjukkan jumlah orangy ang sudah meninggal dibuat tau-tau. Tau-tau merupakan pertanda banyaknya masyarakat Toraja yang telah dikubur di lokasi tersebut. Selain Londa juga terdapat kawasan penguburan batu Lemo.

Makassar Menuju kota Dunia


Tepat 9 November 2011 lalu, Makassar berulang tahun yang ke 404. Umur yang tak muda lagi bagi perkembangan kota. Bersamaan dengan ulang tahun tersebut, Makassar yang sudah dikenal sebagai kawasan perdagangan sejak abad XVI telah dicanangkan menjadi Kota Dunia. Kota yang kelak menjadi pusat peradaban di Kawasan Timur Indonesia (KTI). Tentu tak mustahil mewujudkan mimpi tersebut. Namun, Pemerintah Kota Makassar perlu bekerja keras, bahu membahu dengan masyarakat mewujudkan impian tersebut.

Pada setiap pertemuan, Waikota Makassar, Ilham Arif Sirajuddin selalu menekankan perlunya perubahan prilaku masyarakat. Perubahan prilaku tersebut amat mendukung Makassar menuju Kota Dunia. Kota Dunia sebenarnya kota yang identik dengan lingkungan yang berkualitas, pelayanan publik yang baik, prilaku masyarakat yang taat aturan, transparansi pemerintahan dan birokrasi yang bebas dari korupsi. Kota yang memiliki sistem transportasi yang memadai, baik laut, udara dan darat serta memiliki gerak ekonomi yang terus tumbuh dengan memberdayakan ekonomi masyarakat. Selain itu kota yang mampu menghadapi perubahan iklim dunia yang terjadi terus menerus.

Pencapaian Kota Dunia memang menjadi pekerjaan rumah bagi seluruh elemen warga yang tinggal di Makassar. Sesuai dengan visi Makassar menuju Kota Dunia, saat ini pemerintah terus melakukan pembenahan. Penataan kota dengan pembangunan fisik untuk kepentingan publik. Selain itu yang paling urgent yakni pembangunan kesadaran. Dalam hal ini prilaku masyarakat. Misalnya saja kesadarakan akan kebersihan, contohnya tidak membuang sampah pada sembarang tempat.

Persoalan kebersihan kota, Pemkot telah melakukan program Makassar Green and Clean. Upaya tersebut membuat warga kota turut berperan dalam menjaga kebersihan hingga lorong tersempit sekali pun. Seiring dengan harapan warga, Pemkot melakukan pembenahan fasilitas pendukung, perbaikan Infrastruktur, dan penataan kota menjadi lebih baik. Paling tidak sistem kebersihan yang harus dibenahi, tak boleh berhenti. “ Pasalnya kota tak ada yang mengunjungi jika tak menjamin kebersihan kota,” ungkap Walikota Makassar beberapa waktu lalu.

Perbaikan sistem transportasi juga dilakukan. Penataan tersebut menghindari kemacetan yang terus menerus meningkat. Kenyamanan saat berada di jalan raya kelak akan membuat Makassar makin dilirik. Untuk itu pemerintah menyiapakan dua program dalam menata sistem transportasi tersebut. Pertama, menyediakan sistem trasportasi massal. Transportasi ini akan mengganti transportasi kecil (pete-pete). Upaya tersebut dilakukan agar volume kendaraan pada ruas jalan raya bisa lebih sedikit. Meski menggunakan transportasi massal. Sistem ini tak mengorbankan pete-pete. Nantinya peran pete-pete tersebut akan menjadi angkutan feeder dalam satu kawasan yang berfungsi mengangkut warga menuju angkutan massal. Sehingga peran angkutan kecil tersebut tetap ada.



Sebenarnya pembangunan angkutan massal sudah dimulai sejak 2009 lalu. Yakni dengan melakukan pelebaran jalan. Target pertama yakni menghubungkan Terminal Daya dengan Pettarani. Sesuai rencana, awal 2012 nanti, sistem trasportasi massal tersebut akan diberlakukan secara perlahan. Soalnya sistem ini akan mendukung prospek usaha angkutan di Makassar dengan pengguna 500 – 600 ribu orang perhari. Kedua, pembangunan monorel, penataan ini bersifat jangka panjang. Pemerintah bersama pengembang lokal (Kalla Group) telah menandatangani kerjasama tersebut.
Di usia yang ke 404 ini, Makassar mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Pertumbuhan ekonomi di Triwulan kedua mencapai 8,62 persen. Pertumbuhan itu cukup meningkat dibanding pertumbuhan ekonomi nasional yang hanya berkisar pada 6 persen. Ilham mengakui momentum ulang tahun Makassar difokuskan untuk memberikan sesuatu pada masyarakat kota. Pada 2011, Makassar menjadi pusat destinasi untuk beberapa kegiatan. Sehingga tingkat hunian hotel trendnya terus mengalami peningkatan. Bahkan pada Ramadhan lalu hunian hotel di Makassar mencapai 70 persen. Ini menandakan Makassar menjadi tujuan dari berbagai kegiatan bisnis, ekonomi, eksebisi, meeting dan beberapa pertemuan nasional yang digelar di kota ini.

Peningkatan jumlah tersebut membuat Walikota merekomendasikan pembangunan lima hotel. Hotel berkelas bintang dua sampai bintang lima tersebut diharapkan bisa menampung pengunjung kota Makassar. Geliat tersebut menandakan investor memang melirik Makassar sebagai daerah tujuan investasi yang memberikan prospek peluang bisnis yang cukup baik. Olehnya itu fokus pengembangan ekonomi Makassar tak mengacu pada pengelolaan sumber daya alam. Pasalnya di Makassar tak ada sumber daya alam. Melainkan mengandalkan bisnis dan jasa yang ada. Meski demikian Makassar sudah menjadi pusat pelayaan jada dan distibusi barang untuk Kawasan Timur indonesia. Secara perlahan, semakin banyak industri yang menjadikan Makassar living home kedua. Untuk menjadikan Makassar sebagai the second home, pemerintah berupaya menyediakan segala kebutuhan masyarakat tersedia di Makassar. Sehingga masyarakat KTI tidak lagi menyeberang ke pulau Jawa untuk mencari kebutuhannya, melainkan ke Makassar. Makanya pemerintah terus meyakinkan investor masuk ke Makassar. Caranya yakni dengan memberikan kemudahan, regulasi, keringan dan mengoptimalan segala kebutuhan yang ada.

Dengan masuknya investro, maka implikasi kehidupan masyarakat lebih baik, tercipta lapangan kerja baru, angka pengagguran berkurang. Tentunya semua gejolak bisnis pasti akan memberikan impilakasi positif bagi kehidupan masyarakat di kota Makassar. Kondisi Makassar dalam lima tahun kedepan bisa makin kondusif. Hal itu terjadi jika tak ada gejolak sosial dan politik yang memberikan dampak sosial. Kehidupan masyarakat dengan berbagai fasilitas sarana pendukungnya bisa lebih baik. Data badan Pusat Statistik mencatat bahwa pndapatan per kapita masyarakat mencapai Rp 27, 9 juta pertahun. Dalam kurun waktu 2006-2010 pendapatan masyarakat mengalami perbaikan.

Meski kehidupan masyarakat mulai membaik, pemerintah juga mendorong agar investor melakukan pengembangan pada daerah yang berbatasan dengan Makassar. Misalnya daerha Maros, Pangkep, Gowa dan Takalar. Dalam artian pengembangna industri dan manufaktur tidak selamanya di Makassar. Tapi memberdayakan daerah lain sehingga masyarakat tak menumpuk di Makassar. Sesuai target, Makassar ketika menjadi Kota Dunia pada 2025, penduduknya tak bisa lebih dari 2 juta jiwa. Wilayah

Makassar sejak awal didesain sebagai the second home. Sebagai pusat destinasi sebelum melanjutkan perjalanan ke daerah lain. Di sisi lain, Kota Dunia yang didambakan terus berkembang dengan pembangunan fisik dan membangun kesadaran warga.

Ismawan As




HIPMI Dan Orang-Orang Muda


Makassar dalam beberapa hari ini dikunjungi oleh banyak tokoh yang memiliki kontribusi tergadap pembangunan di negeri ini. Mereka berasal dari Sabang sampai Merauke. Yang menarik adalah bukan hanya tokoh yang sudah lanjut usia, melainkan anak-anak muda yang punya dedikasi, inovatif dan kaya raya.

Mereka adalah para pengusaha yang berada di bawah bendera Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI). Rata-rata mereka berusia 20-40 tahun. Gambaran anak muda yang cukup ideal. Yang paling membuat heboh yakni para calon ketua umum HIPMI tersebut.

Keempat calon itu kemarin diulas di koran Fajar Makassar. Sungguh bombasti Fajar menulis tentang mereka. Judulnya saja, " Muda, Kaya Raya, dan Berinovasi. Secara ekonomi inilah para anak muda yang ideal.

Nah mari kita tuggu gebrakan selanjutnya. siapakah pengganti Erwin Aksa yang ketua Hipmi saat ini. Dan ternyata, setelah pertarungan yang cukup sengit. Raja Sapta OKtohari ter[ilih sebagai ketua Hipmi menggantikan Erwin Aksa.

ORMAS ISLAM: BUBARKAN AHMADIYAH


Gabungan organisasi sosial kemasyarakatan (ormas) islam mendatangi Kantor DPRD Sulawesi Selatan (SulSel), Selasa, (01/03).Mereka menuntut agar Ahmadiyah yang ada di Sulsel dibubarkan. Hal tersebut diambil karena di beberapa daerah seperti Sumtera Barat, Banten dan Jawa Tmur, Ahmadiyah sudah dibubarkan dan dilarang melakukan aktivitas.
Berangkat dari beberapa daerah yang telah melarang Ahmadiyah beraktivitas, gabungan ormas yang tergabung dalam Forum Umat Islam (FUI) itu meminta DPRD Sulsel mengeluarkan peraturan daerah pembubaran Ahmadiyah.

Sekretaris Jenderal FUI Sulsel HM Siradjuddin, yang menjadi orator mengatakan bahwa kelompok Ahmadiyah termasuk aliran sesat yang sudah dilarang beraktivitas oleh MUI sejak 1980. Kemudian ditegaskan kembali 2005. Juga 1974 Lembaga Muslim Dunia mengeluarkan fatwa tenang kesesatan Ahmadiyah.



Siradjuddin juga mendesak presiden Sby segera mengelarkan keputusan tentang pembubaran Ahmadiyah.” Dengan jalan ini, persoalan Ahmadiyah dapat selesai dengan tuntas dan menutup pintu terjadinya bentrokan,” pungkasnya. Ia juga menjelaskan jika konflik yang terjadi belakangan ini karena lambannya presiden SBY mengambil keputusan. Hal tersebut membuat warga mengambil jalan sendiri dalam penyelesaian kasus Ahmadiyah.

FUI memilih memakai jalur DPRD untuk penyelesaian Ahmadiyah. Sebab mereka masih percaya jalur itu. Namun jika tuntutan mereka tak direspon, maka bisa dipastikan warga akan bertindak sendiri. Seperti yang diungkapkan KH Herli, perwakilan FPI tersebut menyerukan akan membakar masjid Ahmadiyah jika masalah tersebut dibiarkan berlarut-larut. “ Kalau tetap dibiarkan, kami akan bakar masjid mereka,“ tegasnya disambut takbir dari perwakilan pengunjukrasa.

Habib Reza, Ketua Front Pembela Islam (FPI) Sulsel juga mengungkapkan jika ia siap mewakafkan dirinya demi pembubaran Ahmadiyah. Pasalnya Sulsel adalah daerah religius yang menghasilkan ulama besar seperti Syeh Yusuf. “ Sebelum kekuatan umat bergerak, kami minta Ahmadiyah segera dibubarkan,” tegasnya.

Beberap hari sebelumnya, FUI mengadakan rapat yang diikuti 58 orang dari 18 organisasi islam. berdasarkan pertemuan yang diikuti 58 orang dari 18 organisasi Islam di Sulsel mendesak agar pemerintah pusat mengeluarkan kepres dan pemerintah daerah mengeluarkan perda pembubaran Ahmadiyah.

Hoist Bahtiar, anggota DPRD Sulsel yang menerima aspirasi FUI mengatakan pihaknya siap menyampaikan aspirasi umat kepada pimpinan DPRD dan gubernur. Sementara itu, Amir Uskara, Ketua Umum PPP mengaku akan mendorong gubernur mengeluarkan peraturan gubernur untuk organisasi terlarang seperti Ahmadiyah.

Sebanyak 18 organisasi Islam yang tergabung dalam FUI adalah, Majelis Ulama Indonesia, Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, Darul Da'wah Al Islami (DDI) AD, Hidayatullah, Komite Persiapan Penegakan Syariat Islam (KPPSI), Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), Front Pembela Islam (FPI), Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI), Wahdah Islamiyah, DDII, PMS, PUI, PII, IMM, BKMT, Majelis Mujahidin dan FPPU.








AKSI ANARKISME DI MAKASSAR BY ORDER


Aksi unjuk rasa di Makassar yang seringkali berujung pada aksi anarkis dan bentrokan, faktor-faktor yang melatar belakangi terjadinya aksi anarkis, peran media dan adanya pihak lain yang menjadi provokator atau peran polisi yang represif sebaga pemicu bentrokan dibincangkan seluruh Badan Eeksekutif Mahasiswa (BEM) se Makassar di Universitas Negeri Makassar (UNM), Selasa, (08/03).
Kapolda Sulawesi Selatan (Sul Sel), Irjen Polisi Johny Waenal Usman mengatakan, kegiatan unjuk rasa merupakan salah satu jalan untuk menyampaikan aspirasi. Tapi dalam pelaksanaannya perlu memperhatikan rambu-rambu yang telah ditetapkan.
Ketika ada aksi yang mulai menunjukkan tanda- tanda bakal berujung anarkis, polisi akan mengambil langkah dengan memberi peringatan pada peserta aksi, pimpinan, atau menghentikan kegiatan unjuk rasa.


"Bisa juga dengan pembubaran, penangkapan, penahanan dan menyita barang bukti," tuturnya di depan para mahasiswa Makassar.
Kapolda menambahkan, aksi yang anarkis sebenarnya terjadi karena kurangnya pemahaman mahasiswa, juga akan merugikan mahasiswa sendiri. Pasalnya, simpati masyarakat akan berkurang. Sementara mahasiswa melakukan aksi unjuk rasa mengatasnamakan kepentingan publik dan meperjuangkan hak-hak rakyat.
Pendapat berbeda diungkapkan Koordinator Kontras Sulawesi, Suaib yang menilai penanganan polisi dalam setiap aksi unjuk rasa memang terlalu berlebihan. Bisa dibuktikan dengan banyaknya protap yang dikeluarkan oleh instansi kepolisian. Terkait dengan aksi anarkisme massa, hal tersebut masih diperdebatkan.
"Ada penafsiran sendiri dari pihak polisi dalam penanganan aksi unjuk rasa, padahal ada prosedur yang mengatur," tuturnya.
Suaib juga mengungkapkan kekhawatirannya dengan adanya Prosedur Tetap (Protap) tembak ditempat bagi pesera aksi anarkis yang dikeluarkan oleh polisi bisa disalahgunakan.
Sementara itu, Ketua BEM UNM, Bahtiar mengaku, pada setiap aksi unjuk rasa mahasiswa tak ingin berakhir dengan ricuh atau bentrokan. Ketika berdemo, mahasiswa selalu dianggap salah mengganggu keamanan.
"Padahal kami hanya memperjuangkan saudara kami, tukang becak orang tua kami yang petani," ujarnya.
Lebih lanjut Bahtiar mengatakan jika selama ini mahasiswa tak ingin berhadapan dengan polisi, apalagi sampai bentrok dengan polisi. "Kami juga sedih melihat bentrokan yang kerap terjadi,” pungkasnya.
Berbeda dengan Bahtiar, Aktivis HMI Sulselbar, La Ode Munandar mengaku kecewa dengan aksi unjuk rasa dan penangannya di Makassar. La ode meihat aksi yang terjadi merupakan orderan pihak-pihak tertentu yang memiliki kepentingan. Ia menyalahkan pihak polisi yang tak profesional dalam menangani aksi unjuk rasa. Apalagi hanya menangkap pelaku di jalanan.
"Mengapa pelaku yang merencanakan aksi tak ditangkap dan memutus mata rantainya," tukasnya dengan nada berapi-api
 

© Copyright berandamao . All Rights Reserved.

Powered By Blogger Thanks to Blogger Templates | punta cana dominican republic