Di Salebba, Sarana Tersedia Karena Warga Berusaha



Desa Salebba adalah tempat di mana tradisi gotong royong berdenyut kencang dan menjadi pembelajaran yang baik. Inilah kesan saya ketika mengunjungi desa yang jaraknya 30 kilometer dari Kabupaten Bone ini. Ia memiliki sesuatu yang berbeda dari 372 desa di bumi Arung Palakka tersebut.

Semangat gotong royong masyarakatnya dalam membangun desa sudah terasa ketika memasuki wilayah desa itu. Meski untuk sampai ke desa yang jaraknya 10 kilometer dari Kecamatan Ponre itu kita mesti menyeberang sungai Lagompa, di desa Pattimpae. Itu pun dengan catatan, sungai itu bisa dilintasi ketika musim kemarau tiba dan arus tidak deras.

Setelah melewati sungai, jalan berlumpur akan jadi halangan berikutnya. Jalanan mulai sedikit bagus jika berada di Desa Bolli. Hamparan padang rumput yang luas dan sapi-sapi yang berkeliaran menarik hati setiap pengendara untuk berhenti. Meski hanya sekadar untuk mengabadikan gambar. Decak kagum akan keindahan alam pegunungan Bone membuat seolah-olah setiap orang sedang berada di padang rumput Amerika yang luas.

Dari jalan itu, Desa Salebba belum kelihatan. “Letaknya di belakang gunung itu,” ujar Nas, pemandu jalan sambil menunjuk sebuah gunung yang letaknya di kejauhan. Jangan berharap untuk sampai ke desa itu perjalanan mudah dilalui. Setelah berlalu dari padang rumput, kita akan melalui jalanan yang terus menanjak. Tak hanya itu, jalanan yang licin, berbatu dan di samping kiri jurang menganga dengan lebar. Namun, bagi masyarakat hal itu bukan persoalan



Penduduk yang bermukim sejak tahun 1956 di desa itu menyambut setiap pendatang dengan keramahan. Biasanya pendatang menginap di rumah kepala desa. Di rumah panggung yang sederhana, Abdul Hamid (56) sang mantan kepala desa tinggal. Kepemimimpinan desa itu kini dilanjutkan oleh anak pertamanya. Malamnya, Abdul Hamid, banyak bercerita tentang awal kepemimpinannya di desa itu. Bagaimana memulai membangun desa dari awal hingga mampu mengajak masyarakat secara sukarela dalam setiap pembangunan. Upaya inilah yang Ia lakukan sejak tahun 1965, setelah pemberontakan Darul Islam / Tentara Islam Indonesia (DI/TII) pimpinan Kahar Muzakkar di tumpas oleh tentara Siliwangi. Satu tahun berikutnya (1966) Hamid terpilih mewakili warga desa untuk mengikuti pelatihan kader pembangunan desa di Jakarta. Bekal dari Jakarta ini kemudian diaplikasikan di desa itu.” Saya membangun desa ini dari nol,” ujarnya.

Seperti penguasa Orde Baru,Soeharto, Abdul Hamid di masa tuanya belum juga tergantikan. Belum ada yang mampu memimpin desa jadi alasan utama. Inilah yang membuat warga tidak mau jika Hamid pensiun. Sampai suatu ketika, anaknya yang kuliah di Unhas tahun 1991 dipanggil pulang dan diminta oleh warga jadi kepala desa. Akhirnya Mansyur Hamid pun jadi kepala desa hingga saat ini.

Terobosan baru
Setelah memimpin desa, Mansyur tetap berupaya membangun kepercayaan masyarakat yang sejak dahulu terjaga. Langkah pertama yang dilakukan adalah mengupayakan listrik masuk desa. Pasalnya desa Salebba belum mendapat aliran listrik dari PLN. Hal ini terjadi karena jarak yang jauh, medan yang berat serta tak ada anggaran selalu jadi alasan pemerintah. Pun, ketika masyarakat meminta agar akses jalan yang mengubungkan Desa Salebba dengan kecamatan diperbaiki. Pemerintah Kabupaten Bone tak pernah peduli. Selalu saja ada alasan untuk tak memenuhi permohonan masyarakat.
” Semua saran kita akan tampung, begitu selalu alasannya,” ungkap Mansyur.

Karena tak mendapat perhatian, bersama warga desa berupaya membangun listrik secara swadaya. Dengan semangat gotong royong, masyarakat mampu mengumpulkan sumbangan sampai Rp167 juta untuk membeli alat-alat listrik. Saat bersamaan sekitar tahun 2000-an, seorang sekretaris camat pernah menawarkan untuk membangun turbin sebagai pembangkit listrik dengan memanfaatkan aliran sungai.

Harapan untuk menikmati listrik juga tak kunjung datang. Apalagi setelah rencana pemasangan turbin gagal total. Uang seratus juta melayang begitu saja. Pasalnya, sekretaris camat yang awalnya mengaku bisa, rupanya tak ahli dalam bidang ini. Turbin yang telah dipesan tidak mampu mengalirkan aliran listrik. Proyek listrik gagal total. “Untung uang sisanya masih bisa kita selamatkan, dan sekcam tersebut dipindahkan ari kecamatan,” ungkap Pak Desa Salebba ini.

Persoalan ini pun menyebar ke seluruh penjuru kabupaten. Tanggapan miring pun datang silih berganti. Tetangga desa pun berlaku demikian, masyarakat mengolok-olok, menertawai apa yang Desa Salebba perbuat. “ Orang Salebba tiang jemurannya tinggi-tinggi di,” ujar Mansyur menirukan cemooh warga desa lain. Pasalnya, tiang listrik yang menjulang di sepanjang jalan desa berasal dari kayu. Bukan dari besi ataupun beton seperti lazinya tiang listrik.

Melihat keresahan warga, Kepala Desa kemudian berusaha mencari ahli yang bisa membuat mesin turbin, apalagi ada anggapan jika ini tidak berhasil, maka ia dan masyarakat desa akan menaggung siri` (malu). Budaya siri inilah yang membuatnya sampai ke Polmas mencari ahli turbin. Dengan bantuan ahli turbin dari Polmas itu dan memanfaatkan sisa anggaran yang ada, masyarakat desa bahu-membahu bekerja. Setela enam bulan menanti, kerja keras mereka menuai hasil. Turbin yang awalnya tidak menyala kini mampu mengalirkan listrik ke rumah-rumah di desa.

Tak berhenti sampai di situ, dua dari tiga dusun di desa tersebut juga dialiri aliran listrik. Mahalnya biaya untuk membuat mesin turbin dan alat listrik lain tak membuat warga putus asa. Dengan model swadaya, sekitar Rp125 Juta berhasil dikumpulkan warga di dua dusun tersebut. Kini rumah-rumah di desa tersebut telah menikmati listrik. Bahkan dusun terjauh (Palacari) yang jaraknya 7 km dari desa juga telah menikmati aliran listik. Sebuah hal yang ironi, saat desa lain yang jaraknya lebih dekat dari kecamatan tak memiliki aliran listrik.

Membangun Taman Paditungka
Tak hanya sekadar membangun jeringan listrik. Warga desa juga membangun Taman Paditungka, sebuah tempat belajar untuk anak usia dini. Untuk Taman Paditungka ini, warga desa mendapat bantuan dari UNICEF. Bantuan ini hanya untuk guru-guru yang akan mengajar. Mereka dilatih bagaimana menghadapi dan menyelesaikan persoalan anak kecil. Sementara bangunan dan tanah untuk taman ini ditanggung oleh warga desa.

Karena awalnya belum mendapat tempat, kantor desa pun dijadikan sebagai ruang kelas. Selama setahun (2007-2008), warga desa kembali bahu membahu mendirikan taman paditungka. Untuk keperluan taman dibutuhkan lahan (tanah), kayu dan tukang yang mau mengerjakannya. Semua hal itu tentu butuh biaya banyak. Namun, mungkin karena ingin melihat desa mereka maju. Warga secara sukarela memberikan tanah sebagai tempat taman itu berdiri. Selanjutnya, warga lainnya menyumbang kayu, cat dan lain sebagainya. Tukang-tukang yang bekerja juga tak meminta imbalan. Mereka semua bekerja secara sukarela. Walhasil bulan juni 2008, Taman Paditungka itu bisa digunakan dan tak perlu menumpang di kantor desa.”Semuanya berasal dari sumbangan warga,” jelas Mansyur.

Membenahi Jalan Desa Tetangga


Kini, setelah ada dana PNPM dari pemerintah, warga desa memanfaatkan untuk membenahi jalanan yang sedari dulu tak pernah bagus. Tapi, uniknya bukan jalan di desanya yang diperbaiki. Melainkan jalan desa tetangga yang akan dibenahi untuk tahun ini. Tahun depan jika PNPM masih ada, jalan di sekitar desa baru akan diperbaiki. Hal ini mereka pilih karena Desa Bolli sebagai desa tetangga tak menganggarkan PNPM untuk membenahi jalan.

Desa Salebba pun mulai dikenal sebagai desa yang dibangun atas partisipasi warga. Jika ada persoalan, warga yang umumnya bekerja sebagai petani tak akan tinggal diam. Mereka akan bahu-membahu menyelesaikan tiap persoalan yang dihadapi. Inilah yang kemudian mengundang pihak JICA dan 12 negara di Asia mengunjungi Desa salebba. Selain itu, Pemerintah Aceh juga pernah datang melihat desa itu” Setiap tamu yang datang selalu bertanya bagaimana caranya warga berpartisipasi aktif membagun desa,” ungkap Mansyur Hamid.(p!)

sumber ; www.panyingkul.com

*Citizen reporter Ismawan AS dapat dihubungi melalui email mawo_as@yahoo.co.id

1 comments:

Ikal's Haura said...

haru biru juga ya..


patut di acungi jempol tuh pak masyur...

Post a Comment

ISI APA ADANYA

 

© Copyright berandamao . All Rights Reserved.

Powered By Blogger Thanks to Blogger Templates | punta cana dominican republic