SENJA DI TAMALANREA

Suatu waktu seorang kawan pernah berkata jika senja di sekitar pondokan adalah salah satu senja yang terbaik. Banyak kenangan yg tersisa dari senja itu. Langit yg merah bercmpur dengan warna lain membentuk pelangi. Seolah olah menjadi tangga para pujangga menuju parahyangan.

senja selalu menyisakan kisah yang menarik. Terkadang banyak yg termegap megap dengan siluet senja yg pesonanya membuai para anak muda kampus unhas. Tamalanrea hari ini cukup cerah. Matahari nampak seperti kuning telur. Aku ingin menikmati senja hari ini.cukup dengan segelas teh dan sebuah cerpen " jika kekasihmu seorang dokter"..

TRAGEDI KEMANUSIAAN DAN DUKA RAKYAT PALESTINA

tulisan ini pernah di muat di tribun timur

Di penghujung tahun 2008 sebuah tragedi kemanusiaan kembali berulang. Perdamaian dan penghargaan terhadap hak asasi manusia kembali dirusak oleh prilaku Israel yang melakukan serangan besar-besaran terhadap Bangsa Palestina. Hal ini tentu saja membuat kedamaian dunia terancam. Apatah lagi prilaku Israel itu dilakukan saat umat Kristiani merayakan hari Natal, sementara umat muslim bersiap memasuki tahun baru Hijriyah. Sebuah hal yang sangat ironis. Disaat pedamaian dunia dan penghargaan atas kesamaan hak dan nilai-nilai kehidupan mulai berkembang dengan baik. Peristiwa yang terjadi Sabtu (27/12) itu membuat hingga saat ini 1300 orang warga sipil, termasuk anak-anak dan polisi Palestina tewas. Selebihnya sekitar 3000 orang luka-luka akibat serangan tersebut. Jumlah itu masih akan terus bertambah jika serangan Israel terus dilakukan.Serangan yang dilakukan oleh Israel ke Jalur Gaza dengan mengerahkan pesawat tempur jenis F 16, helicopter Apache dan tank membuat warga Palestina di Jalur Gaza makin tak berdaya. Apalagi setahun ini memang Jalur Gaza sudah diblokade oleh Israel. Apa yang dilakaukan Israel tersebut merupakan serangan terbesar sepanjang 10 tahun terakhir. Tak peduli dengan korban yang berjatuhan, tentara Israel terus melancarkan serangan ke Gaza.

Bahkan, otoritas pemerintahan Israel menyebutkan dalam siaran persnnya tak akan berhenti dan akan terus melancarkan serangan ke kelompok Hamas yang berada di Jalur Gaza. Tentara Israel seakan menutup mata dengan adanya warga sipil yang jadi korban jiwa pada wilayah tersebut. Pada Minggu pagi, Israel menyerang dengan dengan target ke berbagai tempat termasuk sebuah masjid, stasiun televise, rumah-rumah pemukiman warga dan truk yang melintas di jalan raya.
Dalam sebuah jumpa pers, juru bicara Israel Evi Benanyahu mengatakan jika ini baru awal dan akan terus meningkatkan operasi militer ke Gaza. Pasalnya hal ini sudah menjadi keputusan dewan keamaan Israel. Adanya ‘restu’ negara yang jadi sekutunya membuat Israel mengambil langkah menyerang Palestina. Terutama Amerika Serikat dan megara-negara Eropa. Misalnya saja Amerika, yang pada dasarnya bersikap plin-plan. Di satu sisi menyalahkan Hamas atas serangan Israel ke Jalur Gaza. Bahkan pling parah menyebut Hamas sebagai teroris. Sementara di sisi lain, AS hanya meminta agar Israel menghindari jatuhnya korban dari pihak sipil. Namun, hal itu tidak ada dalam kamus peperangan. Setiap perang yang terjadi, korban paling banyak selalu berasal dari warga (rakyat). Iarael menjadikan orang tua hingga anak-anak dijadikan sasaran tembak yang empuk. Pasalnya sebagian besar rakyat Palestina hanya menggunakan senjata amatir ’’kelas teri’’ dan batu. Sementara, militer Israel dengan senjata yang lengkap.
Sikap AS
Sikap plin-plan As ini sebenarnya semakin menguatkan posisi akan dukungan AS terhadap Israel dalam hal melenyapkan negara Palestina secara perlahan-lahan. AS tidak pernah mengambil kebijakan yang berpihak pada Palestina, melainkan selalu berpihak pada Israel. Apa yang dilakukan AS merupakan agenda setting akan keberadaannya di timur tengah. Apa yan dilakukan As sebabrnya bukan lagi hal biasa. Selama ini AS selalu berada dibelakang Israel dan menyalahkan pihak Palestina jika terjadi kontak senjata. Bagi AS apa yang dilakukan Israel adalah sebuah pembelaan terhadap serangan kelompok Hamas. Dan jika dirunut sejak dahulu, setiap peristiwa kekerasan antara Israel dan Palestina. As selalu mengambil sikap pro terhadap Israel. Bahkan AS selama ini memberikan dukungan dan menutup mata terhadap ribuan warga sipil Palestina yang meninggal dan menderita akibat peperangan ini. Hamas yang sebenarnya berjuang untuk tetap bertahan di tanah airnya. Malah diusir dan dianggap teroris jika tentara israel melancarkan serangan. Sebuah tindakan yang burutal dan amat keji bagi bangsa sebesar AS. Lucunya lagi, Presiden Palestina Mahmoud Abbas ikutan-ikutan AS menyalahkan Hamas sebagai biang keladi serangan Israel ke Jalur Gaza (eramuslim.com). kepentingan As yang cukup besar di Timur Tengah membuat mereka tak mampu berbuat banyak jika Israel menyerang Palestina. Upaya untuk mengokohkan pengaruh dan dominasi imprealismenya membuat AS jadi buta melhat korban yang terus berjatuhan. Apalagi Iran sebagai kekuatan negara islam sangat membenci Israel. Dan AS tak ingin pengaruhnya di timur tengah lepas begitu saja dengan munculnya Iran sebagai kekuatan baru. Pada prinsipnya, AS mncegah munculnya negara yang akan mengancam kepentingannya di Timur tengah. Misalnya saja Iran dan Suriah. Tak hanya sekarang, keberpihakan AS dapat dilihat sejak dahulu. Konflik Israel dan Palestina sudah belangsung sejak dahulu dan belum berhenti hingga saat ini. Gencatan senjata selalu diakhiri dengan pertempuran dan penyerangan Israel ke Palestina. Mungkin sudah terpatron dalam benak pemerintah AS jika perdamaian Timur Tengah hanya akan terjadi jika teroris yang menyebarkan kebencian dan rasa takut dilenyapkan.
Intifadah jilid Tiga
Apa yang dilakukan Israel terhadap warga Paletina ini merupakan sebuah upaya pehnghapusan etnis. Dalam siaran persnya, presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad menyatakan jika hal ini adalah sebuah upaya pembantaian dan upaya menghapus Palestina dari peta dunia oleh Israel dan AS. Olehnya itu, sontan saja presiden negara para Mullah ini mengirim bantuan untuk warga Palestina yang mengalami luka-luka akibat serangan Israel. Perhatian Ahmadinejad ini merupakan sebuah tindakan melawan dominasi AS yang secara tak langsung mendukung Israel. Pernyataan pimpinana Hamas yang menyatakan jika saat ini merupakan sebuah langkah yang cukup baik untuk melakukan perlawanan. Mengambil langkah perlawanan adalah bagian dari kekecewaan Hamas terhadap sikap presiden Palestina yang lebih mendukung Israel. Intifada jilid tiga merupakan seruan untuk bersatunya seluruh rakyat Palestina untuk saling bahu-membahu melakukan perlawanan terhadap kebrutalan tentara Israel yang keras kepala.
Reaksi Dunia
Kebrutalan yang dilakukan Israel terhadap warga sipil di Jalur Gaza membuat sejumlah negara di dunia bereaksi keras. Inggris, Rusia, dan Prancis menyerukan agar Israel menghentikan serangannya ke Palestina. Bahkan mengutuk serangan tersebut sebab pada dasarnya akan menimbulkan penderitaan bagi rakyat Palestina. Namun, apa yang diserukan ditanggapi dingin oleh Israel. Malah petinggi Israel menyatakan bahwa hal ini sama dengan apa yang dilakukan AS saat memerangi Al Qaeda. Jadi tidak ada alasan untuk menghentikan serangan ke Jalur Gaza. Reaksi dan kecaman terus berdatangan. Demonstrasi terjadi di tiap negara. Sementara itu Sementara dari dunia Arab, pemimpin Libya Muammar Gaddafi yang pertama kali melontarkan kecaman atas serangan brutal Zionis Israel ke Jalur Gaza. Ia menyerukan dunia Arab mengambil sikap tegas terhadap Israel dan mendesak agar perbatasan-perbatasan di Gaza dibuka. Apa yang dilakukan Presiden Libya ini memberikan sedikt harapan. Jika kepedulian negara Arab terhadap Palestina masih ada. Meski tak semua negara Arab mau bersuara. Sebab tekanan yang besar dari AS tak mampu membuat sebagian bangsa arab mengambil posisi mendukung Palestina. Ini juga menjadi ujian buat OKI dan dan PBB yang tak mampu berbuat nyata terhadap kebrutalan Israel ini. Suatu hal yang sangat ironis, saat lembaga perdamaian duni tak mampu berbuat apa-apa. Sementara korban dari warga sipil Palestina terus menglami peningkatan. Begitu juga dengan negara-negara islam yang tak bisa berbuat nyata atau menunjukkan sikap yang otonom terhadap kasus ini. Padahal di depan mata Israel membantai warga tak berdosa. Semestinya pemimpin islam bersatu dan menarik garis tegas mengutuk dan meminta Israel menghentikan serangannya. Sebab jika hal ini terus berlanjut, maka korban jiwa, luka-luka dan penderitaan warga Palestina tak akan pernah berakhir.
Lalu dimana Indonesia memosisikan diri. Sebagai negara yang penganut agama islam paling besar di dunia, mestinya Indonesia mengambil langkah progresif agar Israel berhenti melakukan serangan ke Palestina. Misalnya saja dengan menjadi mediasi perdamaian kedua pihak. Jika tak bisa jalan itu dipenuhi, Indonesia mestinya menggalang kekuatan negara-negara islam agar bersatu, mengutuk dan mendesak Israel berhenti membantai warga Palestina.
Menunggu Sikap Obama
Konflik antara Israel dan Palestina saat ini menjadi ujian presiden baru AS, yaitu Barac Obama. Sebagai presiden yang terpilih dengan elektabilitas yang cukup tinggi, Obama hadir dengan harapan membawa pesan perdamaian dunia. Tidak sama dengan pendahulunya (Bush) yang selalu menyelesaikan dengan jalan agresi (kekerasan). Harapan akan perdamaian dunia tercurah pada pemimpin muda ini. Termasuk dalam menangani kasus pembantaian warga Palestina oleh tentara Israel. Namun sejauh ini belum ada langkah progresif yang dilakukan pemimpin baru AS tersebut. Sebagai warga dunia, kita masih menunggu apa kebijakan Obama yang sifatnya radikal hingga Israel berhenti menyerang Palestina. Setidaknya korban yang jatuh tidak terlalu banyak dan warga Palestina merasa aman tinggal di tanah kelahiran mereka sendiri. Hal ini sangat penting. Sebab saat ini momen pergantian tahun masehi, dan pmemasuki tahun baru Hijriyah bagi umat islam. Yang pada dasarnya semuanya membawa pesan kedamaian. Namun, jika hal itu tak terwujud, maka akhir tahun 2008 dan awal tahun baru islam ini menjadi duka bagi rakyat Palestina dan dunia Islam secara Umum.




BOIKOT PRODUK AMERIKA

Sebagai bentuk keprihatinan kita terhadap tragedi kemanusiaan di Palestina yang diprakarsai Amerika Serikat-Israel.




Maka salah satu langkah yang nyata adalah tidak membeli, memboikot, produk negara tersebut. Sebab, hasil dari penjualan barang tersebut sebagian diserahkan ke Israel. Dan secara tidak langsung, kita turut berperan dalam menyumbang dana pada pembantaian masyarakat Palestina


Israel Membasmi Generasi Palestina







Perang selalu menjadikan anak-anak sebagai korban. Apalagi sebuah pembantaian yang dilakukan bangsa yang tak beradab. dari beberapa perang yang terjadi, anak-anak selalu jadi korban.









Meninggal dunia, luka-luka dan mengalami trauma secara psikologis menjadi hal yang biasa ketika perang. misalnya saja saat ISreal menyerang Palestina dengan membabi-buta. Bom curah yang berpencar di udara kemudian nmeledak menghancurkan sudut-sudut kota Gaza.
Warga Gaza terkepung dari setiap sudut. Tak ada jalan keluar kecuali melewati Mesir. Itupun melalui pemeriksaan yang ketat. jadilang bangsa palestina seperti berada dalam penjara. sepeti Guantanamo yang dikenal sebagai penjara yang sangat menakutkan. begitulah Palestina. Terkurung dalam sangkar, lalu di basmi dari udara dengan bom beracun, dari laut, dan dari darat. Dan ingat, disana banyak anak-anak Palestina yang tak bisa berkutik. Mereka hanya bersandar pada nasib apakah masih bisa bertahan hidup.

Israel Ingin Menghapus Negara Palestina

Dunia tak hanya diam menyaksikan kebiadaban Israel di bumi Gaza, Palestina; kita semua akan melihat bahwa Israel pada akhirnya hanya tengah menyulut api untuk membakar dirinya sendiri.

Pagi ini, pagi esok, dan setiap pagi, anak-anak muda di Jalur Gaza akan lebih kuat dan berani untuk melawan penjajahan di atas tanah mereka, walau hanya dengan batu, atau apalagi dengan roket.

Para dedengkot Israel mati-matian meyakinkan diri mereka sendiri bahwa semakin keras mereka menghajar Palestina, maka akan semakin lemah lah rakyat Palestina. Namun mereka tidak menyadari, ketika semuanya usai, kebencian terhadap Israel semakin muntab, dan sejarah lama yang sudah berjalan akan terus menunggu mereka, tanpa direncanakan.

Jalur Gaza lebih kecil daripada Pulau Wight—sebuah pulau kecil yang terletak di laut selatan Inggris—tapi Gaza menampung 1.5 juta orang yang tak pernah bisa pindah dari sana. Mereka tumpang-tindih di sana, kelaparan, tanpa ada pekerjaan, dikelilingi tembok dan menara. Dari lantai atas menara mereka, kita akan bisa melihat perbatasan Gaza, Mediterania, dan kabel listrik Israel yang dipasang dengan keji. Jika bom meledak di Gaza, sudah dipastikan, tak ada tempat yang bisa digunakan untuk berlindung dan bersembunyi.


Sekarang, tengah terjadi perang di sana. Pemerintahan Israel berkata, “Kami mundur dari Gaza pada tahun 2005, dan yang kami dapatkan adalah roket Qassam dan Hamas menghujani kota kami. 16 orang mati. Berapa banyak lagi kami harus berkorban?” Ini adalah sebuah narasi yang sangat naif, dan banyak pula menyimpan celah. Jika kita ingin memahami realitas dan menghentikan serbuah roket, kita perlu meloncat ke beberapa tahun di belakang dan melihat apa penyebab semua itu.

Betul, pemerintahan Israel memang mundur dari Jalur Gaza tahun 2005—agar bisa lebih intensif mengontrol Tepi Barat. Dov Weisglass, penasihat senior Ariel Sharon, mengeluarkan pernyataan ambigu akan hal ini. “Penarikan dari Gaza hanya sementara. Penarikan ini akan menjadi indikasi bahwa tidak akan ada proses politik dengan Palestina. Negara Palestina sudah kami coret dari agenda kami.”

Sejak kali pertama mendengar pernyataan ini, warga sipil Palestina sudah diliputi perasaan was-was, dan karena ditambah kelakuan buruk pemimpin Fatah yang korup, mereka pun akhirnya memilih Hamas. Itu adalah pemilu yang bebas dan demokratis,dan polling yang dilalukan oleh Universitas Maryland, mengatakan bahwa 72% warga Palestina menginginkan solusi untuk kedua pihak, dan hanya kurang dari 20% saja yang tidak sudi berbagi tanah Palestina dengan Yahudi. Dan dengan segala tekanan tersebut, Hamas sudah sangat bersabar terhadap Israel dan menawarkan gencatan senjata, dan akan membiarkan Israel jika saja Yahudi-Yahudi itu mau kembali lagi ke daerah perbatasannya.

Alih-alih menerima tawaran Hamas yang simpatik tersebut, Israel malah bereaksi dengan menurunkan tangan keji pada segenap penduduk sipil Palestina. Israel menutup semua akses ke Gaza. Penduduk Gaza hidup dengan sedikit makanan, bensin, dan obat-obatan, tapi sama sekali tak cukup untuk bertahan hidup. Weisglass menyebutnya sebagai “Gaza sedang berdiet.” Menurut Oxfam, sebuah LSM yang bekerja di bidang pengentasan kemiskinan dan memerangi ketidakadilan di tiga benua di dunia, selama satu bulan terakhir ini hanya 137 truk pengangkut makanan yang boleh memasuki Gaza. Untuk jumlah 1.5 juta orang, suplai makanan tersebut jauh dari cukup. PBB mengatakan bahwa kemiskinan mencapai level luar biasa tak terkirakan. Orang yang datang ke rumah sakit langsung ditolak oleh pihak rumah sakit, karena antara rumah sakit dan rumah tinggal sudah tidak ada beda fungsinya. Di jalanan, anak-anak kecil bertebaran kelaparan.

Agresi terhadap Gaza telah melahirkan sesuatu yang amoral. Hamas mulai menembakan roket al-Qossam dan “hanya” menewaskan 16 orang Israel, bandingkan dengan Israel yang sudah melenyapkan lebih dari 500 jiwa hanya dalam waktu seminggu. AS dan Negara-negara Barat menapikan hal ini. Mereka mengatakan bahwa sangat tidak mungkin bernegosiasi dengan Israel sementara Negara Yahudi itu tengah menembakan roket, tapi mereka meminta rakyat Palestina untuk diam saja, untuk melakukan kompromi politik.

Israel sudah menolak gencatan senjata dan proses diplomatik dengan Hamas. Mengapa? Ini karena Israel ingin menghapus Palestina. Seorang penulis Yahudi mengatakan, “Jika kita menginginkan perdamaian sekarang, masalahnya bukan pada Hamas. Tapi pada Israel sendiri.”


(SA/JH-The Independent)eramuslim.com


Cuma Doa, Senjata Kami yang Tersisa

"Musik tahun baru kami adalah deru suara pesawat tempur Israel, kembang api tahun baru kami adalah percikan-percikan sinar dari misil-misil Israel," kata Raed Samir, seorang pemuda Gaza dengan nada sendu.

Itulah gambaran tahun baru di Jalur Gaza, di saat penduduk dunia bersuka ria merayakan tahun baru dengan hura-hura dan pesta kembang api. Dimana-mana disampaikan pesan tahun baru yang penuh harapan, tapi tidak bagi warga Gaza yang memulai tahun baru dengan penderitaan yang mungkin akan berlangsung lama akibat kebiadaban kaum Zionis Yahudi Israel.

"Lihatlah ke luar, pesawat-pesawat tempur F-16 tersenyum padamu, misil-misil menari untukmu, zanana (suara gemuruh) bernyanyi untukmu," itulah bunyi sms yang diterima Fathi Tobal, juga warga Gaza dari seorang temannya.

Tobal dengan sinis berkata,"Sementara orang lain di seluruh dunia berpesta, kelihatannya pasukan udara Israel sedang berusaha memberikan kami kembang api."


Apa yang dirasakan rakyat Palestina sekarang? Banyak diantara mereka yang merasa diabaikan dan dikhianati oleh masyarakat internasional. "Dunia seharusnya membuka mata, daripada menari-nari dan minum-minum, mereka seharusnya menghentikan sebuah holocaust yang sedang dialami rakyat Gaza. Dunia internasional seharusnya sudah menghentikan dan melindungi hak-hak kami dibawah penjajahan Israel," kata Asad Abu Sharekh, seorang profesor dan pengamat politik.

Warga Gaza bernama Marwan, 40, mengatakan, di apartemennya yang cuma dua kamar kini ada 25 anggota keluarganya yang mengungsi untuk menghindar dari serangan udara Israel. "Orang tua, saudara perempuan, saudara lelaki saya terpaksa mengungsi karena khawatir dengan bombardir Israel di tempat tinggal mereka," ujarnya.

Banyak keluarga di Gaza kini mengungsi ke rumah kerabat atau ke gedung-gedung sekolah. Meski di tempat itu juga mereka tidak aman karena Israel tidak pandang bulu menjatuhkan bom-bomnya. Masjid-masjid pun menjadi target serangan pasukan Zionis biadab itu.

"Seperti yang kalian lihat, pesawat-pesawat Israel menebarkan ketakutan dimana-mana. Saya berharap anak-anak muda di tempat lain, melakukan sesuatu sebagai bentuk solidaritasnya pada kami, anak-anak muda di Palestina.

Pada tahun baru, rakyat Palestina biasanya mengucapkan "Kul am wa antum bi khoir" (Semoga Anda selalu sehat dan selamat). Tapi tahun ini, warga Palestina di Gaza saling mengucapkan "Kul qasif wa antum bi khoir" (semoga Anda selamat setelah pengeboman). Sungguh Ironis.

Sebagian warga Gaza yang bertahan di rumah-rumah mereka tidak berani keluar. Anak-anak tak lagi pergi sekolah, para lelaki tidak bisa bekerja bahkan salat pun kini di rumah saja, karena masjid-masjid banyak yang hancur. Para orang tua langsung meraih anak-anaknya, jika melihat mereka mendekat ke jendela atau membuka pintu untuk sekedar mengintip situasi di luar.

Abu Anas Al-Banna beserta isteri dan 10 anaknya kini cuma bisa berdiam diri di rumah kecil mereka di Gaza City. Selama enam hari ini mereka merasakan getaran dan suara dentuman yang memekakkan telinga akibat ledakan misil-misil Israel.

"Kematian mengintai kami semua. Saya sendiri panik dan rasanya ingin berteriak, tapi tak bisa. Saya harus kuat demi anak-anak saya," kata seorang ibu sambil memeluk erat Sami, puteranya yang baru berusia tiga tahun dan tidak berhenti menangis.

"Tidak ada jeritan ataupun air mata yang bisa menyelematkan kami. Berdoa. Doalah satu-satunya senjata kami yang tersisa," kata Abu al-Banna.

Saat malam menjelang merupakan saat-saat yang menakutkan bagi keluarga al-Banna. Lina, 14, salah satu anak perempuan al-Banna, dari sudut tempat tidurnya cuma bisa berbisik bahwa ia sangat ketakutan saat malam tiba. Saudara lelakinya, Anas, juga masih ketakutan setelah beberap jam bombardir yang dilakukan Israel ke pemukiman mereka. Tubuhnya gemetar. "Saya tidak bisa merasakan apa-apa lagi. Saya kehilangan semua rasa indera saya," kata Anas.

Sejak serangan Israel hari Sabtu kemarin, keluarga al-Banna memutuskan untuk tinggal dalam satu ruangan. Mereka memilih kamar yang tidak ada jendela di sudut yang paling jauh dari lantai dasar, tempat yang paling minimal dari resiko terkena bombardir Israel. Abu al-Banna juga menyiapkan peralatan pertolongan pertama. Meski demikian, mereka tetap tidak bisa memejamkan mata saat malam turun di Gaza.

Anak-anak menutup muka atau menutup telinga mereka jika menderngar deru pesawat tempur Israel. "Setiap menit, rasanya kami harus siap mengucapkan perpisahan satu sama lain. Kami tidak pernah tahu apakah kami akan selamat esok hari," kata mereka pasrah. (ln/iol)
 

© Copyright berandamao . All Rights Reserved.

Powered By Blogger Thanks to Blogger Templates | punta cana dominican republic