Pulau Kawaluso dan Pesona Budaya Lokal

Pulau Kawaluso, pulau perbatasan Filipina
Pulau Kawaluso merupakan salah satu pulau kecil terluar yang di wilayah Kecamatan Kandeha, Kabupaten Sangihe, Provinsi Sulawesi Utara. Dengan luas 0,9 km persegi, pulau ini memiliki Titik Dasar TD 053A  dan Titik Referensi TR 053 serta berada pada koordinat 04o 13' 54"LU dan 125o 19' 29''BT.
Menurut sejarah yang dipercaya oleh masyarakat, Pulau Kawaluso awalnya dikelilingi karang yang berbentuk seperti kawat. Dalam bahasa daerah masyarakat mengenal kawat dengan Kawa dan karang disebut huso. Jadilah dalam setiap hari mereka menyebut pulau itu Kawaluso.
Untuk sampai ke Pulau Kawaluso, perjalanan dimulai dari Pelabuhan Tahuna. Jika  menggunakan perahu motor 40 GT. Perjalanan ditempuh dengan 4 jam. Alternatif lain yang bisa digunakan yakni menggunakan perahu nelayan. Meski demikian, terdapat kapal perintis yang berlabuh di pulau tersebut. Kapal perintis itu yakni KM Daya Sakti dan KM Surya  (reguler) yang berangkat dari Pelabuhan Bitung ke Sangihe lalu melanjutkan perjalanan ke Pulau Kawaluso.

Lebih Dekat Dengan Negeri Paman SAM di @amerika


Jusuf Kalla pada Talk Show tentang Pentingnya Darah di @america
Beruntung sekali bias masuk kelas English meeting hari ini, Sabtu, beberapa bulan lalu.  Setelah  kelas usai. Penulis diajak oleh teman untuk mengikuti sebuah acara talkshow di @amerika http://www.atamerica.or.id/ yang berada di gedung Pasicif Palace.

Dengan antusias, penulis mengiyakan. Jadilah jalan kaki menempuh kisaran 1 kilomenter untuk sampai ke sana. Sebab apabila menggunakan motor atau kendaraan mesti harus memutar jauh. Sistem satu arah yang diberlakukan di Jakarta membuat kendaraan harus menempuh jarak yang jauh. Meskipun lokasi yang dituju ada di seberang mata.

Berjalan kaki ke @amerika cukup jauh namun tak terasa lelahnya. Dalam perjalanan penulis terus membayangkan apa saja ayng disajikan di corner amerika iu di Indoenesia. Dalam benakku, penjangaan akan sangat ketat. Pas seperti Kedutaan Besar Amerika yang berada di daerah Menteng yang cukup ketat penjagaannya. Jangankan mau masuk, bertingkah aneh di sepanjang jalan depan gedung Kedubes tersebut, pasti  akan ditegur oleh polisi yang khusus menjaga perwakilan AS di Indonesia tersebut.

Dilema Membangun Kawasan Perbatasan

Kepulauan Anambas slah satu pulau perbatasan
Pembangunan kawasan perbatasan merupakan persoalan yang sejak dulu hingga sekarang masih menjadi pekerjaan rumah pemerintah. Pada pemerintahan Presiden Soekarno hingga presiden Susilo Bambang Yudoyono, konflik yang terjadi di perbatasan terus terjadi.

Perebutan batas negara menjadi konflik utama dan konflik tersebut berpengaruh  pada system pemerintahan. Sejauh ini, pemerintah belum menemukan formula yang tepat untuk menyelesaikan persoalan perbatasan itu.

Lepasnya Pulau Sipadan dan Ligitan merupakan bukti ketidakmampuan pemerintah mempertahankan kedaulatan negara.
Kawasan perbatasan secara strategis memiliki peran yang cukup penting bagi negara. Integritas dan keadaulatan sebuah negara bisa dilihat dari perbatasan yang dimilikinya. Karena perbatasan memberikan garis yang jelas mengenai kedaulatan negara. Selain itu, kawasan perbatasan merupakan benteng pertama dalam upaya penegakan system keamanan secara regional dan internasional.

Pendidikan di Pulau Kecil, Riwayatmu Kini

Saat sekolah, anak-anak pulau memilih bermain di dermaga
Tanggal 2 Mei setiap tahun diperingati sebagai hari Pendidikan Nasional. Gegap gempita perayaan pendidikan nasional tersebut dilakukan secara serentak dari Sabang sampai Merauke. Seperti biasa pemerintah hanya melakukan upacara bendera yang sifatnya seremonial belaka. Sementara mahasiswa dan kaum buruh yang masih merasakan pendidikan sebagai barang yang mahal, melakukan aksi protes. Setiap tanggal 2 Mei, ramai-ramai mahasiswa se Indonesia turun ke jalan menyuarakan penolakan mereka terhadap rencana pemerintah melakukan liberalisasi pendidikan.

Gemerlap hari pendidikan akan diwarnai dengan seremoni. Pemerintah tanpa merasa malu mengklaim bahwa apa yang telah mereka lakukan sudah cukup baik untuk kemajuan nasional. Di setiap pertemuan, klaim bahwa kesuksesan dalam membangun pendidikan terus digumamkan.Anggaran pendidikan yang sudah mencapai 20 persen, atau memberikan biaya secara gratis pada jenjang sekolah Dasar, Sekolah Menengah dan Sekolah Menengah Atas. Program yang juga dianggap sukses oleh pemerintah yakni program pemberian dana BOS.

Sehingga dalam perannya, secara umum apa yang dilakukan oleh kementrian pendidikan nasional untuk kemajuan sumber daya manusia dianggap sudah maksimal. Padahal sebenarnya pengelolaan dana BOS rentan terjadi penyimpangan di dalamnya. (Kasus dana BOs ) Gambaran keberhasilan pemerintah selalu mengacu pada kemajuan yang terjadi di kota. Amat jarang melihat kehidupan masyarakat kepulauan.
Pertanyaan yang mungkin sudah seringkali kita dengat yakni bagaimana nasib pendidikan anak-anak usia sekolah yang tinggal di daerah pulau. Apalagi mereka yang tinggal di pulau terluar dan pulau terpencil. Sejauh mana komitmen pemerintah memajukan atau meningkatkan taraf kehidupan siswa dalam menuntut ilmu. Sebab masyarakat pulau juga adalah warga Negara yang memiliki hak untuk mendapatkan pengajaran yang layak.
Sementara pemerintah berkewajiban menyelenggarakan pendidikan yang bisa mencerdaskan rakyat. Ironis memang, namun seperti itulah amanat undang-undang dasar 1945. Tapi, undang-undang hanya secarik kertas, dan tinta-nya pun tak mampu berbicara menegur sikap pemerintah yang abay terhadapa nasib masyarakat pesisir dan pulau. Dari data yang dirilis oleh BKKBN yang dinyatakan bahwa terdapat 11,7 Juta jiwa anak-anak putus sekolah. Keberadaan tersebut tersebar di seluruh Indonesia.
 Penulis mencermati, anak-anak pulau memberikan persentasi yang besar pada angka putus sekolah tersebut. Minimnya perhatian pemerintah pada proses blajar mengajar di kepulauan menjadi factor pemicu. Selain itu, keterbatasan siswa usia sekolah pada satu pulau juga membuat pemerintah berfikir dua kali untuk membuat sekolah di sana. Makanya seringkali kita temui, sekolah biasanya terdapat di pulau-pulau yang jumlah penduduknya lebih padat. Oleh sebab itu, anak-anak dari pulau seberang harus menggunakan perahu atau jolloro untuk ke sekolah. 
Itupun dengan susah payah dan mengikuti kondisi cuaca. Jika cuaca tak bersahabat, maka siswa pun tak bisa pergi bersekolah. Kejadiaan ini pernah penulis alamami saat akan melakukan penelitian di Selat Makassar. Dalam perjalanan, kami bertemu dengan rombongan anak berseragam merah putih. Saat kutanya, salah satu diantara mereka mengatakan kalau mereka dari pulau seberang dan akan ke kecamatan untuk sekolah. Anak yang lebih besar, menjadi pemandu dan memegang kemudi agar segera sampai di daratan. Nasib mereka sungguh malang, apalgi dalam kondisi hujan, atau badai yang kadang tak berhenti, mustahil anak-anak itu berangkat sekolah

MEREKAYASA PROMOSI WISATA BAHARI SULSEL

Pada akhir Maret 2012 lalu, penulis bertemu dengan wisatawan asal Finlandia di Manado. Felisa, secara kebetulan kami bertemu di depan Hotel Aston Manado. Dari perbincangan singkat itu ia mengaku pulang dari Pulau Tomia dan akan melanjutkan perjalanan ke Bunaken. Penulis bertanya apakah mengenal Takabonerate. Ia menjawab No, I dont know. Penulis kemudian menyarankan untuk ke Selayar, Takabonerate. Tapi, ia tak punya waktu lagi. Soalnya setelah kembali dari Bunaken, ia langsung ke Singapura dan kembali ke negaranya.

Pertemuan singkat itu amat berkesan dan membuat penulis yakin bahwa wisata bahari di Sulsel belum sepenuhnya dikenal masyarakat dunia. Yang membuat penulis sedikit merasa sedih karena Traveller itu lebih mengenal Wakatobi dan Bunaken sebagai lokasi penyelaman yang baik.

Tapi yang terkenal adalah Wakatobi dan Bunaken. Hal itu kemudian penulis refleksikan dengan hasil diskusi dengan Andi Januar Jaury Darwis, anggota DPRD Provinsi Sulawesi Selatan yang juga pemerhati Kelautan. Dalam diskusi yang santai tersebut terungkap bahwa prospek wisata bahari Sulsel hanya berjalan di tempat. Ini berarti pariwisara bahari belum menjadi jualan utama wisata di Sulsel.

Padahal seharusnya pariwisata bahari menjadi pusat tujuan wisata. Soalnya di Sulsel terdapat beberapa destinasi wisata bahari yang bisa dikunjungi. Misalnya saja Taman Laut Takabonerate di Selayar, Taman Laut Kapoposang, Pulau-pulau kecil di Kepulauan Spermonde, Pulau Samalona, Pantai Bira dengan pasir putihnya dan lain sebagainya. Semua potensi wisata bahari tersebut dapat menjadi tujuan wisatawan domestik dan wisatawan mancanegara untuk berlibur. Namun, sejauh ini kunjugan wisatawan untuk menikmati keindahan alam Sulsel tersebut masih minim.

Peluang memanfaatkan wisata bahari sangat terbuka lebar. Saat ini kecenderungan wisata dunia mulai bergeser ke natural tourism. Dalam hal ini masyarakat dunia lebih menyukai menghabiskan waktunya untuk menikmati wisata alam yang natural.
Di Indonesia, perkembangan pariwisata bahari menunjukkan kemajuan yang pesat. Hal itu ditandai dengan banyaknya wisatawan yang berkunjung ke Indonesia.

Namun, destinasi wisata bahari di Sulsel selalu luput dari kunjungan wisatawan. Keadaan tersebut semakin membuktikan bahwa promosi pariwisata bahari Sulsel amat lemah. Kondisi itu sangat berbeda dengan konsep Pemerintah Daerah (Pemda) Sulawesi Utara dalam mempromosikan Keindahan Alam bawah laut Bunaken. Begitu juga dengan Pemda Wakatobi yang luar biasa berjuang memperkenalkan potensi wisata bahari yang mereka miliki.

Penulis bertemu dengan Bupati Wakatobi akhir Desember 2011 lalu. Pak Hugua memaparkan dengan antusias prosesnya memperkenalkan Wakatobi hingga dikenal di dunia saat ini. Hugua mempromosikan keunggulan wisata Wakatobi dengan kerja cerdas. Strategi yang Hugua pakai juga penuh perjuangan.

Seringkali ia ikut forum-forum nasional dan internasional lalu memperkenalkan keindahan alam Wakatobi. Setiap kali pada pameran daerah, Hugua sendiri ikut terlibat mengangkat dan membawa peralatan untuk pameran. Selain itu, Hugua mengunjungi kampus-kampus di Eropa. Memberi kuliah pada mahasiswa dan memperkenalkan Wakatobi sebagai Surga bawah laut dunia. Melihat kerja keras Hugua, penulis berpikir seharusnya kepala daerah di Sulsel juga melakukan hal yang sama. Memerjuangkan agar daerah yang potensi wisata kelautannya cukup menjanjikan bisa terkenal di dunia. Menjadikan Sulsel sebagai pusat destinasi wisata bahari bukan hal yang mudah. Butuh kerja keras dan kerja cerdas. Pasalnya wisatawan masih lebih mengenal Bali, Lombok, Bunaken, Wakatobi dan Raja Ampat dibanding objek wisata bahari di Sulsel. Menyiasati hal tersebut, penulis melihat peran pemerintah dan keberpihakan pada kemajuan wisata bahari menjadi tumpuan utama. Tanpa keberpihakan pemerintah, penulis pikir konsep apapun yang ditawarkan untuk memajukan wisata bahari sulit untuk berkembang.
Berkaca pada kemajuan Wakatobi yang daerahnya cukup jauh dari ibu kota. Malah menjadi pusat destinasi dan terkenal di dunia. Itu terjadi karena keberpihakan, konsistensi pemerintah daerah membangun wisata bahari. Keberpihakan juga nantinya akan berpengaruh pada politik anggaran. Jika selama ini anggaran untuk pengembangan sektor ini masih minim. Maka ke depannya perlu dilakukan penambahan anggaran. Wisata bahari bisa juga dikembangkan dengan menambah varian-varian wisata. Selain menikmati wisata alamnya, di pulau yang dikunjungi terdapat wisata kuliner yang bisa dinikmati oleh para wisatawan. Ini kombinasi wisata bahari dan wisata kuliner.

Pemerintah mesti mengajak pihak swasta untuk ikut serta mengembangkan wisata bahari Sulsel. Hal ini membuat pemerintah bisa bekerja secara bersama swasta memperkenalkan pariwisata bahari pada berbagai pameran yang bersifat nasional maupun internasional. Pihak travel agency juga perlu dilibatkan.

Penulis berfikir perlu ada rekayasa informasi terkait pariwisata bahari di Sulsel. Namun, rekayasa tersebut tidak mengaburkan fakta yang ada. Melainkan mengonsep informasi menjadi lebih menarik sehingga setiap penikmat travelling makin rasa penasaran terhadap wisata bahari di Sulsel. Informasi tersebut dipromosikan secara rutin di media massa. Misalnya di televisi, radio, surat kabar dan online. Selain itu, bisa juga disiasati dengan mengundang para jurnalis dan perwakilan media untuk mengunjungi lokasi destinasi wisata.

Penulis menyarankan agar setiap kunjungan Gubernur ke berbagai negara mestinya membawa pesan yang bisa ditinggalkan di negara yang dikunjugi. Tidak hanya jalan-jalan menghabiskan anggaran. Melainkan perjalanan berkualitas. Misalnya pada setiap kunjungan ke berbagai negara tetangga. Gubernur menyempatkan diri mempromosikan wisata bahari Sulsel dengan segala keindahan bawah lautnya.

Memanfaatkan social media. Cara ini cukup efektif. Perkembangan media sosial yang begitu cepat mesti perlu dijadikan sebagai alat untuk promosi wisata bahari Sulsel. Media Facebook, Twitter,Youtube bisa menjadi garda terdepan. Tentu perlu sumber daya untuk mengelola itu dengan baik. Selain itu, website yang berisi informasi wisata perlu dikembangkan. Bahkan lebih baik jika informasi biaya paket wisata, perjalanan, tiket, hotel, rumah makan terdekat dan segala yang terkati dengan lokasi wisata yang dituju sudah lengkap pada website.

Tiap tahun di Sulsel perlu diadakan event terkait dengan Bahari. Misalnya saja Sail Takabonerate, Ekspedisi Kepulauan Spermonde, Festval Losari, Festival Pulau-Pulau Kecil. Mengundang perwakilan duta besar yang ada di Indonesia, para jurnalis, termasuk jurnalis luar negeri yang memiliki kantor di Indonesia. Serta melibatkan fotografer dan masyarakat umum untuk berlomba mengabadikan gambar terbaik pada setiap festival. Tak hanya itu para pembuat film dokumenter diajak ikut berpartisipasi. Mereka berlomba membuat film yang berhubungan dengan prospek wisata bahari. Hasilnya akan dipublikasikan di youtube dan dinilai masyarakat umum. Di akhir festival pemenangnya diberi hadiah dan penghargaan.

Penulis pikir, meski terlambat sadar akan potensi wisata bahari yang dimiliki. Namun momentum untuk mengubah arah destinasi wisatawan ke Sulsel masih terbuka lebar. Saatnya wisatawan menikmati surga bawah laut wisata bahari Sulsel.

SURGA TAMAN LAUT WAKATOBI DAN TAKABONERATE

Tak ada yang bisa menyangsikan keindahan bawah laut Talam Nasional Wakatobi Sulawesi Tenggara dan Taman Nasional Takabonerate, Kabupaen Selayar Sulawesi Selatan. Meski terpisah secara geografi, kedua taman nasional tersebut mempunyai keindahan dan keunikan masing-masing. Tapi kedua taman nasional tersebut menjanjikan surga bawah laut dengan pemandangan yang hanya ada di Kawasan Timur Indonesia Sebagai salah satu lokasi yang masuk kawasan segitiga Karang Dunia. Kawasan Taman Laut Wakatobi memiliki daya tarik tersendiri. Yakni keindahan bawah laut yang luar biasa. Hal itu didukung oleh keberadaan 750 jenis koral dari 850 jenis koral yang ada di dunia. Sementara itu Perairan Wakatobi juga memiliki biota laut yang masih alami. Termasuk 942 jenis ikan. Tentu dengan keanekaragaman hayati tersebut, Wakatobi menjadi surga bagi para penyelam dari segala penjuru dunia. Keberadaan Taman Nasional Wakatobi merupakan program pemerintah yang dicanagkan tahun 1996 silam. Luas lokasi kawasan tersebut mencapai 1,39 justa hektare. Taman tersebut mempunyai 25 gugusan terumbu karang. Berbagai jenis karang bisa ditemukan di kawasan tersebut. Menurut catatan departemen kehutanan karang di Wakoatobi tersebar pada 25 pulau dengan keliling pantai dari pulau karang sepanjang 600 km. Lokasi penyelaman yang bisa dijumpai di Wakatobi terletak padab eberapa titik. Diantaranya Karang Mari Mabo, Onemobaa, Pulau Hioga, dan Pantai Patuno. Yang membuat para penyelam terus berdatangan ke Wakatobi karena biota laut yang pada lokasi penyelaman masih sangat terjaga. Sehingga para penyelam bisa menikmati dan bermain bersama ikan hias di bawah laut.
Bupati Wakatobi, ir Hugua pada berbagai kesempatan mengaku melakukan promosi besar-besaran sehingga para wisatawan berdatangan ke daerahnya. Baik wisatawan lokal maupun yang berasal dari luar negeri. Tak hanya para wisatawan yang berkunjung untuk menikmati laut wakatobi. Para peneliti dari berbagai negara juga menjadikan Wakatobi sebagai pusat penelitian. Hugua juga melakukan promosi ke berbagai negara. Ia bicara di kampus-kampus terkemuka di Inggris, Jerman untuk mempresentasikan keindahan alam laut Wakatobi. Ia juga menambahkan perairan wakatobi bisa menampung jutaan orang untuk satu kali penyelaman. Meski begitu, pemerintah Wakatobi membuat zonasi sehingga kawasan penyelaman terlindungi. Sehingga bisa dimanfaatkan secara berkelanjutan. Takabonerate menjadi tempat yang sangat menarik untuk para wisatawan penggemar olahraga Diving. selain Bunaken, Wakatobi, dan Raja Ampat. Kelebihan yang dimiliki Taman laut Takabonerate yakni taman bawah lautnya yang indah. Takabonerate memiliki luas 300,000 hektare persegi. Terdiri dari 20 pulau. Taman lautnya mempunyai grade 35. Sementara Bunaken hanya memilki grade 27. Grade merupakan indicator kenanekaragaman terumbukarang yang dimiliki serta spesies ikan yang beragam. Takabonerate merupakan Taman Laut yang memiliki karang atol terbesar ketiga di dunia setelah Kwajifein di Kepulauan Marshal dan Suvadiva di Kepulauan Moldiva. Atol yang terdapat di Takabonerate memiliki luas sekitar 220.000 hektar, dengan terumbu karang yang tersebar datar seluas 500 km². Topografi kawasan sangat unik dan menarik, dimana atol yang terdiri dari gugusan pulau-pulau gosong karang dan rataan terumbu yang luas dan tenggelam, membentuk pulau-pulau dengan jumlah yang cukup banyak.

KONOHAGAKURE DAN KAMMI-GAKURE

Tulisan ini adakah karya Azizah Bintang. Salah satu teman seperjuangan di KAMMI Daerah Sulsel. Ia menulis tentang KAMMI dengan menggunakan pendekatan Konhagakure. Sebuah pendekatan yang sederhana dengan melihat komik Naruto. Mungkin masih ingat cerita tentang Naruto, Sasuke, dan akhir hidup perjalanan cerita Naruto Shippuden. Ia memang agak unik, penyuka Komik Naruto. Kehebatan Naruto dan kawan-kawannya itulah yang ditransformasi ke dalam tulisan ini. KAMMI! Tulisan ini tanpa sengaja saya temukan di Puluhan folder dan file. Mari membaca pemikiran kawan kita Azizah dengan KAMMI-Gakure :: Happy Reading :
Konohakagure bukanlah judul drama asia di televisi atau jenis jamur yang terpampang jelek di Lab.Biologi. Konohagakure adalah nama sebuah desa yang dikisahkan serial komik NARUTO. Gakure yang berarti desa, merupakan tempat tinggal masyarakat Konoha, sebuah perkampungan ninja yang berisikan banyak klan yang saling berinteraksi dalam sebuah masyarakat ninja yang sangat rapi dan dipimpin oleh seorang Hokage. Naruto adalah anak laki laki yang di dalam tubuhnya disegel siluman rubah. Anak ini memiliki cita-cita yang sederhana: menjadi Hokage, memimpin desa Konoha. Komik ini berkisah mengenai perjalanan bocah tersebut mencapai tujuannya dengan berbagai kesulitan. Bagi orang-orang yang dilahirkan sinis hal ini biasa saja, namun sangatlah tidak sopan mentertawakan cita-cita orang. Bukankah kita juga masih menganggap Teori Newton sebagai sebuah kenyataan walaupun sesungguhnya kenyataan itu didasari oleh imajinasi sempurna Newton pada sebuah apel?! Walau sepintas berkisah seperti itu, namun jika diperhatikan lebih pada beberapa bagian penting kita akan mendapati bahwa hampir semua permasalahan yang dialami oleh naruto berkisar pada Konoha. Bahkan monster rubah yang menurut sebagian orang adalah sebuah masalah pribadi bagi Naruto sesungguhnya tidak ditanggung secara individual, melainkan oleh semua orang di Konoha walaupun hanya disadari oleh sebagian orang saja. Persaingan antara Sasuke dan Naruto pun bukanlah masalah pribadi mengingat sejarah kelam klan Uchiha. Motto “No Man Left Behind”-nya desa Konoha, menjadikan Sasuke sebagai masalah bersama di Konoha. Hal ini diungkap Shikamaru Nara bahwa Sasuke memang bukanlah teman dekatnya namun ia adalah seorang Shinobi Konoha dan Shikamaru akan menolongnya dengan mempertaruhkan nyawa karena itu adalah cara Konoha.
Di Konoha para ninja memiliki beberapa tingkatan, berawal dari tingkatan terendah adalah Genin, Chunin, dan Jounin. Tingkatan ini menjadi salah satu pola yang menyusun cerita. Sebuah dunia besar yang dibangun secara imajinatif yang memfokuskan pada cara pandang Konohagakure melalui seorang bocah bernama Naruto. Sebuah dunia dengan perang massive antar tiap individu dan segenap intrik kepentingan antar tiap manusia fiktifnya. Terlepas dari semua abnormalitas dan keajaiban berdasarkan perspektif yang dapat memicu perdebatan, sesungguhnya dunia imajinatif ini tidaklah jauh berbeda dengan dunia yang kita jalani dengan semua elemennya yang manusiawi. Kali ini kita coba menarik sesuatu antara dunia imajinatif itu dengan lingkungan kita yang paling dekat saat ini. Anggaplah secara struktural KAMMIgakure adalah roda komunitas yang dipimpin oleh seorang Ketua Umum [Hokage]. Sedangkan Genin adalah tingkatan dasar seorang Shinobi Konoha memulai kariernya [AB1], Chunin tingkatan diatas Genin yang merupakan pelaksana structural [AB2]. Melalui ini, kita pun dapat mengambil persepsi sendiri, yang termuda dalam komunitas KAMMIgakure saat ini termasuk dalam kelompok Genin, Chunin yang menjadi pelaksana struktural komisariat, sedangkan Jonin yang sedang dan telah menjadi pelaksana struktural daerah/Teritorial. Kemudian mari kita refeleksikan beberapa aspek keberadaan yang menurut saya juga sebaiknya dimiliki oleh KAMMIgakure.
Penghargaan terhadap sejarah Masyarakat Konohagakure merupakan sekelompok komunitas yang memiliki kultur sendiri serta sangat menghargai kearifan lokal. Sehingga dalam usaha mengekspresikan hal tersebut, Sang Pengarang, Masashi Kishimoto sepertinya merasa penting menunjukkan kearifan tersebut melalui beberapa chapter yang dikhususkan membahas tokoh tertentu dengan latar belakang budaya klannya masing masing yang nantinya memperkuat karakter dan jalinan cerita. Sebut saja Kakshi, Sasuke, Neji,dll Melalui penelusuran latar belakang itu, sedikit demi sedikit kita dapat menyerap tanpa berlebihan kearifan lokal klan yang membangun kultur sebuah desa. Sehingga melalui kebanggaan akan semua sejarah yang melatarbelakangi Konoha itu akan terasa sangat wajar bila kita menemukan Naruto, Sang tokoh utama memiliki kecintaan yang besar pada Konohagakure, kekaguman yang besar pada semua Hokage, rasa hormat yang besar pada mereka yang berusaha melindungi Konoha dengan sekuat tenaga dan usaha untuk menjadi lebih kuat setiap harinya demi melindung semua hal yang dicintainya. Melalui sejarah, yang menjadi dasar kekuatan itulah yang secara signifikan disandarkan sebagai batu pijakan untuk menjadi pilar pendukung perkembangan Konoha.
Sama seperti Konoha, KAMMIgakure juga memiliki sejarah yang menjadi pilarnya. KAMMI telah menjadi organisasi besar pelopor perubahan (momentum reformasi 98) yang kini sangat diperhitungkan diusianya yang ke-10 tahun dengan tetap fight untuk konsisten di garis perjuangannya sejak awal tanpa pernah berfikir untuk mau menggadaikan idealismenya sebagai seorang aktivis muslim sebab IJDK itu telah ter-internalisasi dalam dirinya, begitupun dengan pemahamannya. Namun berbeda dengan Konohagakure yang menyadari pentingnya sejarah, sebagai sebuah komunitas kita kadang terlupa hal tersebut sehingga justru menjadi pragmatis di depan keterdesakan dan ketidakberdayaan oleh keadaan. Mampukah KAMMI mempertahankan dirinya sebagai gerakan politik nilai yang senantiasa nyambung dengan rakyat dan kalangan mahasiswa atau justru terjebak dalam gerakan elitis dan tidak transparan yang justru berujung pada matinya gerakan mahasiswa dan meluasnya ke-bete’-an sosial? Konohagakure melandaskan perkembangan komunitasnya berdasarkan sejarah yang menjadi input analisa dan perencanaan persiapan bagi sekian banyak skenario pengembangan komunitas. Ketika zaman sedang bergerak Konohagakure telah siap.
Perkembangan generasi sebagai tujuan primer komunitas Dalam bahasa komunitas kita, generasi muda dapat dipersandingkan dengan bahasa: kader. Nah, di Konohagakure kader adalah mereka yang tumbuh dan besar di dalam lingkungan Konoha. Para kader inilah yang akan menjadi faktor penting bagi eksistensi Konohagakure kedepannya. Dalam Naruto vol.35, Asuma Sarutobi menganalogikan Shikamaru Nara sebagai ksatria dalam permainan catur yang fleksibel dalam bergerak dan bisa melindungi Raja dari berbagai sisi, sedangkan dirinya hanyalah sebagai pion yang dapat dikorbankan kapan saja. Selanjutnya Asuma mengakhiri permainan dengan bertanya pada Shikamaru, “siapakah di Konohagakure yang bisa dianalogikan sebagai raja pada permainan catur tersebut?”. Pada kelanjutannya, Shikamaru pun mengerti bahwa sesungguhnya raja yang dianalogikan pada permainan catur oleh Asuma di Konohagakure adalah kader atau generasi penerus Konohagakure. Kesadaran ini pula yang juga ditekankan oleh Anis Matta, ”Dari Gerakan Ke Negara” dimana pada salah satu tulisannya mengenai jamaah, beliau menyebutkan bahwa salah satu pilar perkembangan jamaah atau komunitas adalah adanya kesadaran bahwa segala usaha komunitas senantiasa diperuntukkan bagi perkembangan generasi penerus komunitas. Di KAMMI pun seperti itu. Ketersediaan berbagai media dan materi pengkaderan adalah modal awal untuk senantiasa memperkokoh gerakan dan membangun integritas terutama pada ujung tombaknya, yakni di level komisariat. Sebuah Nama, Sebuah Cerita…
(Konser Terakhir 2006-2008 di Makassar). Seperti kisah grup band Peterpan meratapi nasibnya yang akan manggung terakhir kali (tapi kok tak kunjung berakhir yak?). Ratapannya adalah rutukan, ”Mengapa terjadi, kepada diriku...”. Sebab setelah ini mungkin mereka tak lagi eksis hatta memiliki nama baru. Gemerlap dunia hiburan yang selama ini menjadi kesehariannya mungkin akan menjadi senyap seiring tenggelamnya popularitas dan munculnya band-band baru. Kali ini adalah pembacaan LPJ pengurus pusat periode 2006-2008 yang juga menjadi penanda demisionernya kepengurusan yang digawangi oleh Akh Taufik Amrullah. Setiap kader KAMMI tentu paham betul bahwa LPJ itu tidak semata-mata dibacakan dan dipertanggungjawabkan di depan forum muktamar, melainkan dihadapan Yang Maha Melihat, Yang Maha mengetahui apa yang tersembunyi di dalam hati setiap insan, Allah Subhanahu wa ta’ala. Utusan-utusan daerah mungkin lebih banyak awamnya tentang keadaan di Pusat. Untuk itulah dalam upaya membangun kultur dan etika internal organisasi yang terbuka serta membangun budaya kerja setiap kader maka diperlukan Komitmen pada Top Manajemen, dalam hal ini seluruh jajaran PP KAMMI di semua bidang. Para Qiyadah di KAMMI pusat adalah sponsor utama dalam membangun sistem nilai yang kuat melalui komitmen moral dan keterbukaan dalam komunikasi.
Kita tentu tidak ingin semua cita-cita KAMMI hanya berujung di atas kertas dengan kata-kata manis namun minim implementasi. Allah tidak memberikan tempat bagi pribadi-pribadi yang tidak selaras ucapan dan perbuatannya. Dan orang-orang yang seperti itu harus di-instal ulang, pantas untuk ikut DM1 lagi. Perbuatan-perbuatan salah adalah biasa bagi manusia, tetapi perbuatan pura-pura itulah sebenarnya yang menimbulkan permusuhan dan pengkhianatan. Selain dari top manajer, diperlukan pula sebuah kontinuitas usaha untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi KAMMI merealisasikan cita-citanya. Misalnya membangun kemandirian ekonomi agar tidak terlalu banyak menunduk-nunduk pada pejabat dan kaum elit hingga tak mampu lagi berteriak LAWAN!.
Dan hal yang sangat penting adalah memperkuat kaderisasi dan berbagai perangkat yang mendukungnya, membangun saluran yang efektif dalam berkomunikasi (termasuk dalam bersyuro’!), serta berani untuk menegakkan disiplin (al indibath). Banyaknya intrik dan polemik disatu sisi memang menunjukkan adanya dinamika. Tapi disisi lain bisa juga menjadi bibit-bibit perpecahan jika tidak disikapi sebagaimana mental seorang pemimpin yang cerdas. Banyaknya isu yang tidak jelas seputar pemilihan ketua umum mungkin bisa membuat kita terjebak dan kebingungan jika tidak mengedepankan rasionalitas yang dibingkai oleh ke-tsiqoh-an pada sesama ikhwah. Tapi diatas semua itu, apalagikah yang bisa mengikat kita selain islam dan ukhuwah ini, saudaraku?... Eks pekuburan cina,61108
 

© Copyright berandamao . All Rights Reserved.

Powered By Blogger Thanks to Blogger Templates | punta cana dominican republic