tag:blogger.com,1999:blog-62174737206612845592024-02-07T01:28:34.960-08:00berandamaoBerandamaohttp://www.blogger.com/profile/15300088152709797621noreply@blogger.comBlogger118125tag:blogger.com,1999:blog-6217473720661284559.post-66377088761513806932012-11-26T22:44:00.000-08:002012-11-26T22:44:06.454-08:00Pulau Kawaluso dan Pesona Budaya Lokal <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjKgRJRIBSOgH1-XZeSSzIDKB7naSub-__4fDh14_xi8uoc2iUO5guXbclNzFZmjIVnOQ-5glky-Hmu-EZSkQHhkyvyWf-T6RPSk17mSndHYGRZH6zhyj3pW5xPnpWIvDONkkcoSQzXX-bH/s1600/kawaluso.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="480" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjKgRJRIBSOgH1-XZeSSzIDKB7naSub-__4fDh14_xi8uoc2iUO5guXbclNzFZmjIVnOQ-5glky-Hmu-EZSkQHhkyvyWf-T6RPSk17mSndHYGRZH6zhyj3pW5xPnpWIvDONkkcoSQzXX-bH/s640/kawaluso.jpg" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Pulau Kawaluso, pulau perbatasan Filipina</td></tr>
</tbody></table>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0.2pt 10pt 22.5pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;">Pulau Kawaluso merupakan salah satu pulau kecil terluar yang di wilayah Kecamatan Kandeha, Kabupaten Sangihe, Provinsi Sulawesi Utara. Dengan luas 0,9 km persegi, pulau ini memiliki </span><span lang="FI" style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;">Titik Dasar TD 053A dan Titik Referensi TR 053 serta berada pada koordinat 04<sup>o</sup> 13' 54"LU dan 125<sup>o</sup> 19' 29''BT.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0.2pt 10pt 22.5pt; text-align: justify;">
<span lang="FI" style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;">Menurut sejarah yang dipercaya oleh masyarakat, Pulau Kawaluso awalnya dikelilingi karang yang berbentuk seperti kawat. Dalam bahasa daerah masyarakat mengenal kawat dengan <i>Kawa </i>dan karang disebut <i>huso</i>. Jadilah dalam setiap hari mereka menyebut pulau itu Kawaluso.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0.2pt 10pt 22.5pt; text-align: justify;">
<span lang="FI" style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;">Untuk sampai ke Pulau Kawaluso, perjalanan dimulai dari Pelabuhan Tahuna. Jika menggunakan perahu motor 40 GT. Perjalanan ditempuh dengan 4 jam. Alternatif lain yang bisa digunakan yakni menggunakan perahu nelayan. Meski demikian, terdapat kapal perintis yang berlabuh di pulau tersebut. Kapal perintis itu yakni KM Daya Sakti dan KM Surya (reguler) yang berangkat dari Pelabuhan Bitung ke Sangihe lalu melanjutkan perjalanan ke Pulau Kawaluso.</span></div>
<a name='more'></a><o:p></o:p><br />
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0.2pt 10pt 22.5pt; text-align: justify;">
<span lang="FI" style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;">Di Pulau Kawaluso </span><span lang="PT-BR" style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;">lahan milik warga dijadikan kebun pala, kebun cengkeh dan ditanami kelapa. Kelapa tersebut hasilnya akan diolah menjadi minyak dan dijual ke Manado atau Sangir. Begitu juga dengan cengkeh dan palawija lainnya, hasilnya dijual ke Manado atau Sangir.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0.2pt 10pt 22.5pt; text-align: justify;">
<span lang="PT-BR" style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;">Pembangunan sarana dan prasarana di Pulau Kawaluso harus mendapat perhatian dari pemerintah. Hanya terdapat satu sekolah dasar miliki swasta. Guru yang mengabdi di sekolah itu berjumlah 6 orang. Mereka silih berganti mengajar dari kelas 1 hingga kelas 6. Untuk melanjutkan sekolah ke jenjang menengah, para siswa mesti ke Tahuna (ibu kota kabupaten Sangihe).<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0.2pt 10pt 22.5pt; text-align: justify;">
<span lang="PT-BR" style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;">Sarana kesehatan di Pulau Kawaluso masih berupa puskesmas pembantu. Belum ada dokter yang disiagakan di pulau tersebut. Selama ini masyarakat hanya dilayani oleh seorang bidan. Kebutuhan dokter tersebut dianggap sangat penting oleh masyarakat. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0.2pt 10pt 22.5pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;">Fasilitas listrik belum juga dirasakan di pulau itu. Meski terdapat fasilitas listrik tenaga surya milik TNI, namun sejak 2010, listrik tenaga surya tersebut mengalami kerusakan dan hingga saat ini belum diperbaiki. Untuk mengantisipasi kebutuhan listrik, warga menggunakan <i>genset.</i><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0.2pt 10pt 22.5pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;">Kebutuhan jaringan telekomunikasi juga sangat diharapkan. Akses telekomunikasi yang tak ada membuat masyarakat seperti terisolasi. Dari penuturan warga yang kami temui di dermaga, pemerintah daerah sudah dua kali menjanjikan akan menyelesaikan persoalan telekomunikasi tersebut. Namun sampai hari ini belum ada kejelasan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0.2pt 10pt 22.5pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;">Kebutuhan air bersih menjadi salah satu yang cukup penting. Air bersih yang selama ini digunakan masyarakat berasal dari air hujan yang ditadah di penampungan. Untuk keperluan mandi dan MCK sebagian besar masyarakat memakai air sumur. Bantuan pemerintah berupa alat penyulingan destilasi air belum digunakan karena mengalami kerusakan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0.2pt 10pt 22.5pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;">Di Pulau tersebut, ada budaya yang masih terjaga hingga saat ini. Masyarakat menyebutnya <i>Tudule.</i> Sepanjang sejarah, upacara <i>Tudule</i> dilakukan sebagai bentuk rasa syukur pada Tuhan YME atas kelimpahan rahmat pada warga pulau.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0.2pt 10pt 22.5pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;">Pelaksanaan upacara dilakukan setiap awal tahun. Berbagai macam kegiatan dilakukan dalam perayaan tersebut. Pesta dan hiburan kesenian dinikmati masyarakat. Dalam perayaan, tarian Empat wayer, Masamper, dan Cakalele akan ditampilkan. Perayaan itu menjadi ajang silaturrahmi masyarakat. Mereka bersuka cita atas potensi alam yang dikaruniakan Tuhan YME.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0.2pt 10pt 22.5pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;">Budaya saling berbagi menjadi ciri khas di masyarakat Pulau Kawaluso. Hal ini bisa dilihat saat perayaan hari besar keagamaan. Misalnya perayaan Idul Fitri, Natal. Mereka saling mengunjungi untuk member selamat. Semangat kebersamaan tersebut hingga hari ini masih terus terjaga.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-right: 0.2pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<span class="fullpost">
</span>Berandamaohttp://www.blogger.com/profile/15300088152709797621noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6217473720661284559.post-81589865376324625872012-10-31T01:29:00.000-07:002012-10-31T01:34:54.335-07:00Lebih Dekat Dengan Negeri Paman SAM di @amerika<!--[if gte mso 9]><xml>
<o:OfficeDocumentSettings>
<o:RelyOnVML/>
<o:AllowPNG/>
</o:OfficeDocumentSettings>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:TrackMoves/>
<w:TrackFormatting/>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:DoNotPromoteQF/>
<w:LidThemeOther>EN-US</w:LidThemeOther>
<w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian>
<w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
<w:SplitPgBreakAndParaMark/>
<w:DontVertAlignCellWithSp/>
<w:DontBreakConstrainedForcedTables/>
<w:DontVertAlignInTxbx/>
<w:Word11KerningPairs/>
<w:CachedColBalance/>
</w:Compatibility>
<m:mathPr>
<m:mathFont m:val="Cambria Math"/>
<m:brkBin m:val="before"/>
<m:brkBinSub m:val="--"/>
<m:smallFrac m:val="off"/>
<m:dispDef/>
<m:lMargin m:val="0"/>
<m:rMargin m:val="0"/>
<m:defJc m:val="centerGroup"/>
<m:wrapIndent m:val="1440"/>
<m:intLim m:val="subSup"/>
<m:naryLim m:val="undOvr"/>
</m:mathPr></w:WordDocument>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267">
<w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/>
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt;
mso-para-margin-top:0in;
mso-para-margin-right:0in;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0in;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-theme-font:minor-fareast;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;}
</style>
<![endif]--><span style="font-size: small;"><br /></span>
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody>
<tr style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><td style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh6geudtgyDUL53kuBbpjUbi6__6QVGQ5t9YRsfQzO1pHUOPIc4sxBgLLIfZvGyRNt4SEfzyBiHLP8cDBizBJbFKIu6CPRX2-4U7o_XgbHWS0n8UVx_spgrEnSF8tMWNj6m5BQyWmOUIN8x/s1600/@amerikajpg.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="212" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh6geudtgyDUL53kuBbpjUbi6__6QVGQ5t9YRsfQzO1pHUOPIc4sxBgLLIfZvGyRNt4SEfzyBiHLP8cDBizBJbFKIu6CPRX2-4U7o_XgbHWS0n8UVx_spgrEnSF8tMWNj6m5BQyWmOUIN8x/s320/@amerikajpg.jpg" width="320" /></a></span></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="font-size: small;">Jusuf Kalla pada Talk Show tentang Pentingnya Darah di @america</span></td></tr>
</tbody></table>
<span style="font-size: small;">Beruntung
sekali bias masuk kelas English meeting hari ini, Sabtu, beberapa bulan lalu</span><span style="font-size: small;">. Setelah</span><span style="font-size: small;">
kelas usai. Penulis diajak oleh teman untuk mengikuti sebuah acara
talkshow di @amerika <a href="http://www.blogger.com/%20http://www.atamerica.or.id/%20"> http://www.atamerica.or.id/ </a>yang berada di gedung Pasicif Palace.</span><br />
<span style="font-size: small;"><br /></span>
<span style="font-size: small;">Dengan antusias,
penulis mengiyakan. Jadilah jalan kaki menempuh kisaran 1 kilomenter untuk
sampai ke sana. Sebab apabila menggunakan motor atau kendaraan mesti harus
memutar jauh. Sistem satu arah yang diberlakukan di Jakarta membuat kendaraan harus
menempuh jarak yang jauh. Meskipun lokasi yang dituju ada di seberang mata.</span><br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Berjalan kaki
ke @amerika cukup jauh namun tak terasa lelahnya. Dalam perjalanan penulis
terus membayangkan apa saja ayng disajikan di corner amerika iu di Indoenesia.
Dalam benakku, penjangaan akan sangat ketat. Pas seperti Kedutaan Besar Amerika
yang berada di daerah Menteng yang cukup ketat penjagaannya. Jangankan mau
masuk, bertingkah aneh di sepanjang jalan depan gedung Kedubes tersebut, pasti</span><span style="font-size: small;"> akan ditegur oleh polisi yang khusus menjaga
perwakilan AS di Indonesia tersebut.</span></div>
<a name='more'></a><span style="font-size: small;"><br /></span>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Gedung Pacifik Palace sudah terlihat,meski
demikan kami harus masuk melewati taman. Rupanya gedung tersebut bersebelahan
dengan Hitel JW Marriot. Salah satu Hotel Berbintang lima yang cukup terkenal
di Jakarta. Banyak faktir yang membuat Hotel tersebut terkenal, salah satunya
Hotel itu menjadi lambing kedigjayaan Amerika di Indonesia, merupakan lokasi
terjadinya bom yang sempat membuat dunia Heboh dengan bom bunuh diri dan
menewaskan bos PT Holcim, serta dianggap jadi target gerakan teroris karena
para expatriate banyak yang tinggal di sana.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"> Dalam benakku, hotel ini pasti sangat ketat
penjagaannya sekaligus banyak agen intelejen yang berkeliaran di lokasi
tersebut. Satu lagi yang buat Hotel itu jadi pusat perhatian ketika PKS
melakukan pertemuan nasional di sana. Sontak saja PKS jadi sorotan karena
partai berlabel islam tersebut memilih melakukan pertemuan di hotel yang
merupakan symbol Negara adikuasa. Enth apa yang menjadi target PKS kala itu,
namun</span><span style="font-size: small;"> peristiwa tersebut sempat membuat
hebih di Negara ini.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Akhirnya
setelah menyeberang jalan, sampailah di pintu gerbang Pasipic Palace. Tak
seperti mall biasa. Setiap tamu yang akan masuk ke mall ini harus diperiksa
dengan ketat. Tak luput metal detector juga disiapkan di area pintu masuk. “
Selamat siang, mohon barang bawaanya pak,” ujar salah seorang petugas wanita
yang berbaju safari.</span><span style="font-size: small;"> Setelah masuk, kami
bergegas ke lantai 3. Pasalnya pertunjukan sudah berjalan 15 menit yang lalu.
Terlambat, seperti itulah mengisahkan perjalanan kami.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Sampai di
lantai 3, penulis pikir sudah langsung masuk. Seperti di bioskop-bioskop
Indonesia. Tapi ternyata penulis haru melewati 3 pintu. Pertama pintu masuk
yang hanya di jaga seorang officer. Kedua melewati metal detector dan semua
barang diperiksa. Nah, di area ini. Tas dan barang bawaan disimpan dalam loker.
Petugas Indonesia yang menjaga lokasi itu sudah menyiapkan loker-loker yg
dugunakan sebagai tempat penitipan tas. Ada yang besar dan ada pula yang kecil.
Setiap pengunjung tak boleh membawa masuk tasnya. Mereka hanya bias membawa
handpone, kamera atau dompet. Tas yang besar tak diijinkan masuk. Di area ini
pula ada locker yang khusus digunakan untuk menyimpan tas yang memuat laptop.
Awalnya saya menaruh sembarangan, namun ditegur leh petugas karena daerah yang
kupilih dekat dengan metal detector. Lalu ia menunjukkan locker yang pas untuk
tas berisi laptop.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">“ terima kasih
, pak,” senyumku. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Tak berhenti
sampai disitu. Untuk masuk ke dalam arena @amerika. Kami harus melewati satu
penjagaan lagi. Di area ini setiap pengunjung akan diperiksa lebih detail lagi.
Di sini ada dua petugas yang memeriksa. Pertama yang memeriksa dompet dan hp.
Kedua yang memeriksa badan dengan metal detector. Bahkan pintu terakhir harus
masuk harus lewat pintu metal detector yang lebih detail lagi. Wow...!!</span><span style="font-size: small;"> </span></div>
Berandamaohttp://www.blogger.com/profile/15300088152709797621noreply@blogger.comJakarta Capital Region, Indonesia-6.211544 106.845172-6.464111 106.52931500000001 -5.958977 107.161029tag:blogger.com,1999:blog-6217473720661284559.post-25688473842527241472012-09-11T01:54:00.002-07:002012-09-11T01:55:57.765-07:00Dilema Membangun Kawasan Perbatasan<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<!--[if gte mso 9]><xml>
<o:OfficeDocumentSettings>
<o:RelyOnVML/>
<o:AllowPNG/>
</o:OfficeDocumentSettings>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:TrackMoves/>
<w:TrackFormatting/>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:DoNotPromoteQF/>
<w:LidThemeOther>EN-US</w:LidThemeOther>
<w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian>
<w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
<w:SplitPgBreakAndParaMark/>
<w:DontVertAlignCellWithSp/>
<w:DontBreakConstrainedForcedTables/>
<w:DontVertAlignInTxbx/>
<w:Word11KerningPairs/>
<w:CachedColBalance/>
</w:Compatibility>
<m:mathPr>
<m:mathFont m:val="Cambria Math"/>
<m:brkBin m:val="before"/>
<m:brkBinSub m:val="--"/>
<m:smallFrac m:val="off"/>
<m:dispDef/>
<m:lMargin m:val="0"/>
<m:rMargin m:val="0"/>
<m:defJc m:val="centerGroup"/>
<m:wrapIndent m:val="1440"/>
<m:intLim m:val="subSup"/>
<m:naryLim m:val="undOvr"/>
</m:mathPr></w:WordDocument>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267">
<w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/>
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt;
mso-para-margin-top:0in;
mso-para-margin-right:0in;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0in;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-theme-font:minor-fareast;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;}
</style>
<![endif]-->
</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEivJDfIDWiQanjjlS90MZk0hYq58CRbay2e71OTymlUvN295oewG2Tw7pSAnXuHwtXR1eMyXpN6YV1nlN1mua0aCO7q3Ck_pQBj6GMQWYH9dqUz4-5KdU3nmZR98ujb622J0WbulY0G6SHd/s1600/anambas1.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="232" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEivJDfIDWiQanjjlS90MZk0hYq58CRbay2e71OTymlUvN295oewG2Tw7pSAnXuHwtXR1eMyXpN6YV1nlN1mua0aCO7q3Ck_pQBj6GMQWYH9dqUz4-5KdU3nmZR98ujb622J0WbulY0G6SHd/s320/anambas1.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Kepulauan Anambas slah satu pulau perbatasan</td></tr>
</tbody></table>
Pembangunan kawasan perbatasan
merupakan persoalan yang sejak dulu hingga sekarang masih menjadi pekerjaan
rumah pemerintah. Pada pemerintahan Presiden Soekarno hingga presiden Susilo
Bambang Yudoyono, konflik yang terjadi di perbatasan terus terjadi.<br />
<br />
Perebutan
batas negara menjadi konflik utama dan konflik tersebut berpengaruh<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>pada system pemerintahan. Sejauh ini,
pemerintah belum menemukan formula yang tepat untuk menyelesaikan persoalan
perbatasan itu.<br />
<br />
Lepasnya Pulau Sipadan dan Ligitan merupakan bukti
ketidakmampuan pemerintah mempertahankan kedaulatan negara. </div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
Kawasan perbatasan secara
strategis memiliki peran yang cukup penting bagi negara. Integritas dan
keadaulatan sebuah negara bisa dilihat dari perbatasan yang dimilikinya. Karena
perbatasan memberikan garis yang jelas mengenai kedaulatan negara. Selain itu,
kawasan perbatasan merupakan benteng pertama dalam upaya penegakan system
keamanan secara regional dan internasional. </div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<a name='more'></a><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
Tak hanya itu, factor
kesejahteraan dan pemerataan pembangunan menjadi sesuatu yang penting. Hal itu
terjadi karena sampai saat ini, pembangunan di kawasan perbatasan belum
sepenuhnya dilakukan. Pemerintah masih menutup mata terhadap kemiskinan yang
terjadi di perbatasan.</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
Akibantya masyarakat perbatasan secara
perlahan mengalami decrease rasa nasionalisme. Kepercayaan masyarakat
perbatasan terhadap negara makin turun. Nasionalisme yang ditanamkan oleh
negara secara perlahan terkikis. Apalagi pengaruh negara tetangga yang dengan
cerdasnya memberikan perhatian pada masyarakat perbatasan. </div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Kawasan Tertinggal </b></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="mso-spacerun: yes;">M</span>eskipun posisi kawasan perbatasan yang cukup
strategis. Masyarakat yang tinggal di daerah tersebut masih berada pada garis
kemiskinan. Jauh dari kehidupan kota yang pembangunannya sudah makin maju.
Pemerintah belum sepenuhnya memberikan perhatian pada pembangunan. Hal itu
dapat dilihat dengan minimnya infrastruktur dasar yang terdapat di kawasan
perbatasan. Akses untuk menuju kawasan perbatasan juga sangat sulit sehingga
daerah perbatasan tetap terisolasi dan tertinggal. </div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
Padahal kawasan perbatasan
memiliki potensi sumber daya alam yang cukup besar. Tapi karena daerahnya
terisolasi, sumber daya alam yang dimiliki tersebut belum dimanfaatkan dengan
baik.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Sehingga masyarakat perbatasan
menjual sumber daya yang dimiliki ke negara tetangga. Begitu pun sebaliknya,
negara tetangga memberikan kebutuhan dasar bagi masyarakat perbatasan. </div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<br />
<span style="font-size: 11pt; line-height: 115%;">Frame
sebagai daerah tertinggal juga bisa dilihat pada pulau perbatasan/pulau
terluar. Kebijakan pemerintah yang menggalakkan pembangunan di daratan membuat
daerah pulau makin terisolasi. <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Land based
development </i>menjadikan pulau terluar sebagai anak tiri. Sama halnya kawasan
perbatasan darat. Pembangunan infrastruktur dasar di pulau perbatasan bahkan
lebih parah.</span></div>
Berandamaohttp://www.blogger.com/profile/15300088152709797621noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6217473720661284559.post-86941541523186408342012-06-23T20:16:00.001-07:002012-09-10T20:49:38.444-07:00Pendidikan di Pulau Kecil, Riwayatmu Kini <table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjKqNB9DYOr_mF5LylRl4eEvIJYwBU9d1Q7jhumyaWmn3DN77T7NerHesolAzsPyiLyx7I6MJUeSvjQS9mm3AWVWF9gODnbRbzredjRqCLHUlYqd42pW2TwSlXJnt0JIAJ-idaDP6leQk1A/s1600/DSC01960.JPG" style="clear: right; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjKqNB9DYOr_mF5LylRl4eEvIJYwBU9d1Q7jhumyaWmn3DN77T7NerHesolAzsPyiLyx7I6MJUeSvjQS9mm3AWVWF9gODnbRbzredjRqCLHUlYqd42pW2TwSlXJnt0JIAJ-idaDP6leQk1A/s400/DSC01960.JPG" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Saat sekolah, anak-anak pulau memilih bermain di dermaga</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Tanggal 2 Mei setiap tahun diperingati sebagai hari Pendidikan Nasional. Gegap gempita perayaan pendidikan nasional tersebut dilakukan secara serentak dari Sabang sampai Merauke. Seperti biasa pemerintah hanya melakukan upacara bendera yang sifatnya seremonial belaka. Sementara mahasiswa dan kaum buruh yang masih merasakan pendidikan sebagai barang yang mahal, melakukan aksi protes. Setiap tanggal 2 Mei, ramai-ramai mahasiswa se Indonesia turun ke jalan menyuarakan penolakan mereka terhadap rencana pemerintah melakukan liberalisasi pendidikan. </span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Gemerlap hari pendidikan akan diwarnai dengan seremoni. Pemerintah tanpa merasa malu mengklaim bahwa apa yang telah mereka lakukan sudah cukup baik untuk kemajuan nasional. Di setiap pertemuan, klaim bahwa kesuksesan dalam membangun pendidikan terus digumamkan.Anggaran pendidikan yang sudah mencapai 20 persen, atau memberikan biaya secara gratis pada jenjang sekolah Dasar, Sekolah Menengah dan Sekolah Menengah Atas. Program yang juga dianggap sukses oleh pemerintah yakni program pemberian dana BOS. </span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Sehingga dalam perannya, secara umum apa yang dilakukan oleh kementrian pendidikan nasional untuk kemajuan sumber daya manusia dianggap sudah maksimal. Padahal sebenarnya pengelolaan dana BOS rentan terjadi penyimpangan di dalamnya. (Kasus dana BOs ) Gambaran keberhasilan pemerintah selalu mengacu pada kemajuan yang terjadi di kota. Amat jarang melihat kehidupan masyarakat kepulauan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Pertanyaan yang mungkin sudah seringkali kita dengat yakni bagaimana nasib pendidikan anak-anak usia sekolah yang tinggal di daerah pulau. Apalagi mereka yang tinggal di pulau terluar dan pulau terpencil. Sejauh mana komitmen pemerintah memajukan atau meningkatkan taraf kehidupan siswa dalam menuntut ilmu. Sebab masyarakat pulau juga adalah warga Negara yang memiliki hak untuk mendapatkan pengajaran yang layak.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Sementara pemerintah berkewajiban menyelenggarakan pendidikan yang bisa mencerdaskan rakyat. Ironis memang, namun seperti itulah amanat undang-undang dasar 1945. Tapi, undang-undang hanya secarik kertas, dan tinta-nya pun tak mampu berbicara menegur sikap pemerintah yang abay terhadapa nasib masyarakat pesisir dan pulau. Dari data yang dirilis oleh BKKBN yang dinyatakan bahwa terdapat 11,7 Juta jiwa anak-anak putus sekolah. Keberadaan tersebut tersebar di seluruh Indonesia.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"> Penulis mencermati, anak-anak pulau memberikan persentasi yang besar pada angka putus sekolah tersebut. Minimnya perhatian pemerintah pada proses blajar mengajar di kepulauan menjadi factor pemicu. Selain itu, keterbatasan siswa usia sekolah pada satu pulau juga membuat pemerintah berfikir dua kali untuk membuat sekolah di sana. Makanya seringkali kita temui, sekolah biasanya terdapat di pulau-pulau yang jumlah penduduknya lebih padat. Oleh sebab itu, anak-anak dari pulau seberang harus menggunakan perahu atau jolloro untuk ke sekolah. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Itupun dengan susah payah dan mengikuti kondisi cuaca. Jika cuaca tak bersahabat, maka siswa pun tak bisa pergi bersekolah. Kejadiaan ini pernah penulis alamami saat akan melakukan penelitian di Selat Makassar. Dalam perjalanan, kami bertemu dengan rombongan anak berseragam merah putih. Saat kutanya, salah satu diantara mereka mengatakan kalau mereka dari pulau seberang dan akan ke kecamatan untuk sekolah. Anak yang lebih besar, menjadi pemandu dan memegang kemudi agar segera sampai di daratan. Nasib mereka sungguh malang, apalgi dalam kondisi hujan, atau badai yang kadang tak berhenti, mustahil anak-anak itu berangkat sekolah </span></div>
Berandamaohttp://www.blogger.com/profile/15300088152709797621noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6217473720661284559.post-38682828058003428892012-04-08T06:25:00.001-07:002012-04-08T07:01:31.615-07:00MEREKAYASA PROMOSI WISATA BAHARI SULSEL<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgukSOJebh_Ag3lNnx1sJxoSY6EFO3JEDXoukWyBTLXc57f2WML8jlI-nC7vfzPT9d2__SAfcK2l5AkUlQPwFUXvGuz0pCC43RrHvwaDZ8imGk96JGs1lE4fHW78Zn1PQ-XJjyD5TRf8wVH/s1600/visit-poster-flat.jpg" imageanchor="1" style="clear:left; float:left;margin-right:1em; margin-bottom:1em"><img border="0" height="320" width="250" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgukSOJebh_Ag3lNnx1sJxoSY6EFO3JEDXoukWyBTLXc57f2WML8jlI-nC7vfzPT9d2__SAfcK2l5AkUlQPwFUXvGuz0pCC43RrHvwaDZ8imGk96JGs1lE4fHW78Zn1PQ-XJjyD5TRf8wVH/s320/visit-poster-flat.jpg" /></a></div>
Pada akhir Maret 2012 lalu, penulis bertemu dengan wisatawan asal Finlandia di Manado. Felisa, secara kebetulan kami bertemu di depan Hotel Aston Manado. Dari perbincangan singkat itu ia mengaku pulang dari Pulau Tomia dan akan melanjutkan perjalanan ke Bunaken. Penulis bertanya apakah mengenal Takabonerate. Ia menjawab No, I dont know. Penulis kemudian menyarankan untuk ke Selayar, Takabonerate. Tapi, ia tak punya waktu lagi. Soalnya setelah kembali dari Bunaken, ia langsung ke Singapura dan kembali ke negaranya. <br /> <br /> Pertemuan singkat itu amat berkesan dan membuat penulis yakin bahwa wisata bahari di Sulsel belum sepenuhnya dikenal masyarakat dunia. Yang membuat penulis sedikit merasa sedih karena Traveller itu lebih mengenal Wakatobi dan Bunaken sebagai lokasi penyelaman yang baik. <br /> <br /> Tapi yang terkenal adalah Wakatobi dan Bunaken. Hal itu kemudian penulis refleksikan dengan hasil diskusi dengan Andi Januar Jaury Darwis, anggota DPRD Provinsi Sulawesi Selatan yang juga pemerhati Kelautan. Dalam diskusi yang santai tersebut terungkap bahwa prospek wisata bahari Sulsel hanya berjalan di tempat. Ini berarti pariwisara bahari belum menjadi jualan utama wisata di Sulsel. <br /> <br /> Padahal seharusnya pariwisata bahari menjadi pusat tujuan wisata. Soalnya di Sulsel terdapat beberapa destinasi wisata bahari yang bisa dikunjungi. Misalnya saja Taman Laut Takabonerate di Selayar, Taman Laut Kapoposang, Pulau-pulau kecil di Kepulauan Spermonde, Pulau Samalona, Pantai Bira dengan pasir putihnya dan lain sebagainya. Semua potensi wisata bahari tersebut dapat menjadi tujuan wisatawan domestik dan wisatawan mancanegara untuk berlibur. Namun, sejauh ini kunjugan wisatawan untuk menikmati keindahan alam Sulsel tersebut masih minim. <br /> <br /> Peluang memanfaatkan wisata bahari sangat terbuka lebar. Saat ini kecenderungan wisata dunia mulai bergeser ke natural tourism. Dalam hal ini masyarakat dunia lebih menyukai menghabiskan waktunya untuk menikmati wisata alam yang natural.
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiJOBCYek02uwcdG_vPlqP89qBYUdoi2Z173UZBnNlijS0zNLne8B6SfWG7-FrnOPzAb1j3jNBdmRolPkFBw0lwKqiFFWBtJm7J01RweQVwjxwzAzTgkAAFwY7USp80YNfBtxdofHIFzr4b/s1600/TAKABONERATE.jpg" imageanchor="1" style="clear:left; float:left;margin-right:1em; margin-bottom:1em"><img border="0" height="300" width="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiJOBCYek02uwcdG_vPlqP89qBYUdoi2Z173UZBnNlijS0zNLne8B6SfWG7-FrnOPzAb1j3jNBdmRolPkFBw0lwKqiFFWBtJm7J01RweQVwjxwzAzTgkAAFwY7USp80YNfBtxdofHIFzr4b/s400/TAKABONERATE.jpg" /></a></div>
Di Indonesia, perkembangan pariwisata bahari menunjukkan kemajuan yang pesat. Hal itu ditandai dengan banyaknya wisatawan yang berkunjung ke Indonesia.
<br /> <br /> Namun, destinasi wisata bahari di Sulsel selalu luput dari kunjungan wisatawan. Keadaan tersebut semakin membuktikan bahwa promosi pariwisata bahari Sulsel amat lemah. Kondisi itu sangat berbeda dengan konsep Pemerintah Daerah (Pemda) Sulawesi Utara dalam mempromosikan Keindahan Alam bawah laut Bunaken. Begitu juga dengan Pemda Wakatobi yang luar biasa berjuang memperkenalkan potensi wisata bahari yang mereka miliki. <br /> <br /> Penulis bertemu dengan Bupati Wakatobi akhir Desember 2011 lalu. Pak Hugua memaparkan dengan antusias prosesnya memperkenalkan Wakatobi hingga dikenal di dunia saat ini. Hugua mempromosikan keunggulan wisata Wakatobi dengan kerja cerdas. Strategi yang Hugua pakai juga penuh perjuangan. <br /> <br /> Seringkali ia ikut forum-forum nasional dan internasional lalu memperkenalkan keindahan alam Wakatobi. Setiap kali pada pameran daerah, Hugua sendiri ikut terlibat mengangkat dan membawa peralatan untuk pameran. Selain itu, Hugua mengunjungi kampus-kampus di Eropa. Memberi kuliah pada mahasiswa dan memperkenalkan Wakatobi sebagai Surga bawah laut dunia. Melihat kerja keras Hugua, penulis berpikir seharusnya kepala daerah di Sulsel juga melakukan hal yang sama. Memerjuangkan agar daerah yang potensi wisata kelautannya cukup menjanjikan bisa terkenal di dunia.
<span class="fullpost">
Menjadikan Sulsel sebagai pusat destinasi wisata bahari bukan hal yang mudah. Butuh kerja keras dan kerja cerdas. Pasalnya wisatawan masih lebih mengenal Bali, Lombok, Bunaken, Wakatobi dan Raja Ampat dibanding objek wisata bahari di Sulsel. Menyiasati hal tersebut, penulis melihat peran pemerintah dan keberpihakan pada kemajuan wisata bahari menjadi tumpuan utama. Tanpa keberpihakan pemerintah, penulis pikir konsep apapun yang ditawarkan untuk memajukan wisata bahari sulit untuk berkembang.<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEir8i5swpneaRHKMrsnCw0Rz2lDrKWzTrnP5dVjVkTS9IghTfZ0j1lsfcCHhQJgBpWH9n9_Wdom-ocHnIfLdrLw9qvppMmzFX4PhhxA1qOgnB4YevwDZb7vsxZlZsnUxOeBsh40wRtFb8yd/s1600/TAKABONERATE+2.jpg" imageanchor="1" style="clear:right; float:right; margin-left:1em; margin-bottom:1em"><img border="0" height="226" width="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEir8i5swpneaRHKMrsnCw0Rz2lDrKWzTrnP5dVjVkTS9IghTfZ0j1lsfcCHhQJgBpWH9n9_Wdom-ocHnIfLdrLw9qvppMmzFX4PhhxA1qOgnB4YevwDZb7vsxZlZsnUxOeBsh40wRtFb8yd/s320/TAKABONERATE+2.jpg" /></a></div>
Berkaca pada kemajuan Wakatobi yang daerahnya cukup jauh dari ibu kota. Malah menjadi pusat destinasi dan terkenal di dunia. Itu terjadi karena keberpihakan, konsistensi pemerintah daerah membangun wisata bahari. Keberpihakan juga nantinya akan berpengaruh pada politik anggaran. Jika selama ini anggaran untuk pengembangan sektor ini masih minim. Maka ke depannya perlu dilakukan penambahan anggaran.
Wisata bahari bisa juga dikembangkan dengan menambah varian-varian wisata. Selain menikmati wisata alamnya, di pulau yang dikunjungi terdapat wisata kuliner yang bisa dinikmati oleh para wisatawan. Ini kombinasi wisata bahari dan wisata kuliner. <br /> <br /> Pemerintah mesti mengajak pihak swasta untuk ikut serta mengembangkan wisata bahari Sulsel. Hal ini membuat pemerintah bisa bekerja secara bersama swasta memperkenalkan pariwisata bahari pada berbagai pameran yang bersifat nasional maupun internasional. Pihak travel agency juga perlu dilibatkan. <br /> <br /> Penulis berfikir perlu ada rekayasa informasi terkait pariwisata bahari di Sulsel. Namun, rekayasa tersebut tidak mengaburkan fakta yang ada. Melainkan mengonsep informasi menjadi lebih menarik sehingga setiap penikmat travelling makin rasa penasaran terhadap wisata bahari di Sulsel. Informasi tersebut dipromosikan secara rutin di media massa. Misalnya di televisi, radio, surat kabar dan online. Selain itu, bisa juga disiasati dengan mengundang para jurnalis dan perwakilan media untuk mengunjungi lokasi destinasi wisata. <br /> <br /> Penulis menyarankan agar setiap kunjungan Gubernur ke berbagai negara mestinya membawa pesan yang bisa ditinggalkan di negara yang dikunjugi. Tidak hanya jalan-jalan menghabiskan anggaran. Melainkan perjalanan berkualitas. Misalnya pada setiap kunjungan ke berbagai negara tetangga. Gubernur menyempatkan diri mempromosikan wisata bahari Sulsel dengan segala keindahan bawah lautnya.
<br /> <br /> Memanfaatkan social media. Cara ini cukup efektif. Perkembangan media sosial yang begitu cepat mesti perlu dijadikan sebagai alat untuk promosi wisata bahari Sulsel. Media Facebook, Twitter,Youtube bisa menjadi garda terdepan. Tentu perlu sumber daya untuk mengelola itu dengan baik. Selain itu, website yang berisi informasi wisata perlu dikembangkan. Bahkan lebih baik jika informasi biaya paket wisata, perjalanan, tiket, hotel, rumah makan terdekat dan segala yang terkati dengan lokasi wisata yang dituju sudah lengkap pada website. <br /> <br /> Tiap tahun di Sulsel perlu diadakan event terkait dengan Bahari. Misalnya saja Sail Takabonerate, Ekspedisi Kepulauan Spermonde, Festval Losari, Festival Pulau-Pulau Kecil. Mengundang perwakilan duta besar yang ada di Indonesia, para jurnalis, termasuk jurnalis luar negeri yang memiliki kantor di Indonesia. Serta melibatkan fotografer dan masyarakat umum untuk berlomba mengabadikan gambar terbaik pada setiap festival. Tak hanya itu para pembuat film dokumenter diajak ikut berpartisipasi. Mereka berlomba membuat film yang berhubungan dengan prospek wisata bahari. Hasilnya akan dipublikasikan di youtube dan dinilai masyarakat umum. Di akhir festival pemenangnya diberi hadiah dan penghargaan.
<br /> <br />Penulis pikir, meski terlambat sadar akan potensi wisata bahari yang dimiliki. Namun momentum untuk mengubah arah destinasi wisatawan ke Sulsel masih terbuka lebar. Saatnya wisatawan menikmati surga bawah laut wisata bahari Sulsel.
</span>Berandamaohttp://www.blogger.com/profile/15300088152709797621noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6217473720661284559.post-28658722867838724612012-04-07T19:38:00.001-07:002012-04-07T19:46:50.343-07:00SURGA TAMAN LAUT WAKATOBI DAN TAKABONERATE<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiXmKmg5GGnFTsYMDkw0FaHsinuX21DSDmKoPWxiKUfL90X7yutQI8ACUvwHeDcjxi_ClZU8z5X9uclZSswhHfqV3Bbnp_0PmjTiobQaunuYAer4GHkWiAF1qxzf-dYB7AIEVF1Aci-SNBy/s1600/wakatobi-2.jpg" imageanchor="1" style="clear:left; float:left;margin-right:1em; margin-bottom:1em"><img border="0" height="213" width="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiXmKmg5GGnFTsYMDkw0FaHsinuX21DSDmKoPWxiKUfL90X7yutQI8ACUvwHeDcjxi_ClZU8z5X9uclZSswhHfqV3Bbnp_0PmjTiobQaunuYAer4GHkWiAF1qxzf-dYB7AIEVF1Aci-SNBy/s320/wakatobi-2.jpg" /></a></div>
Tak ada yang bisa menyangsikan keindahan bawah laut Talam Nasional Wakatobi Sulawesi Tenggara dan Taman Nasional Takabonerate, Kabupaen Selayar Sulawesi Selatan. Meski terpisah secara geografi, kedua taman nasional tersebut mempunyai keindahan dan keunikan masing-masing. Tapi kedua taman nasional tersebut menjanjikan surga bawah laut dengan pemandangan yang hanya ada di Kawasan Timur Indonesia
Sebagai salah satu lokasi yang masuk kawasan segitiga Karang Dunia. Kawasan Taman Laut Wakatobi memiliki daya tarik tersendiri. Yakni keindahan bawah laut yang luar biasa. Hal itu didukung oleh keberadaan 750 jenis koral dari 850 jenis koral yang ada di dunia. Sementara itu Perairan Wakatobi juga memiliki biota laut yang masih alami. Termasuk 942 jenis ikan. Tentu dengan keanekaragaman hayati tersebut, Wakatobi menjadi surga bagi para penyelam dari segala penjuru dunia. <span class="fullpost">
Keberadaan Taman Nasional Wakatobi merupakan program pemerintah yang dicanagkan tahun 1996 silam. Luas lokasi kawasan tersebut mencapai 1,39 justa hektare. Taman tersebut mempunyai 25 gugusan terumbu karang. Berbagai jenis karang bisa ditemukan di kawasan tersebut. Menurut catatan departemen kehutanan karang di Wakoatobi tersebar pada 25 pulau dengan keliling pantai dari pulau karang sepanjang 600 km.
Lokasi penyelaman yang bisa dijumpai di Wakatobi terletak padab eberapa titik. Diantaranya Karang Mari Mabo, Onemobaa, Pulau Hioga, dan Pantai Patuno. Yang membuat para penyelam terus berdatangan ke Wakatobi karena biota laut yang pada lokasi penyelaman masih sangat terjaga. Sehingga para penyelam bisa menikmati dan bermain bersama ikan hias di bawah laut.
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhB5_fAQ6U27JAsP_63P_9rs1-o1poXk2wOJzATTq5_fNhYcbectmID0hW1q0oFtQx-57fUmqibpdUUtnLtYCSy_2aEaQrl6-ErWTVWxiJvACPVOn4wKrrvGqochKA77impZUxuayS6KLSS/s1600/taman+laut.jpg" imageanchor="1" style="clear:right; float:right; margin-left:1em; margin-bottom:1em"><img border="0" height="182" width="277" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhB5_fAQ6U27JAsP_63P_9rs1-o1poXk2wOJzATTq5_fNhYcbectmID0hW1q0oFtQx-57fUmqibpdUUtnLtYCSy_2aEaQrl6-ErWTVWxiJvACPVOn4wKrrvGqochKA77impZUxuayS6KLSS/s320/taman+laut.jpg" /></a></div>
Bupati Wakatobi, ir Hugua pada berbagai kesempatan mengaku melakukan promosi besar-besaran sehingga para wisatawan berdatangan ke daerahnya. Baik wisatawan lokal maupun yang berasal dari luar negeri. Tak hanya para wisatawan yang berkunjung untuk menikmati laut wakatobi. Para peneliti dari berbagai negara juga menjadikan Wakatobi sebagai pusat penelitian. Hugua juga melakukan promosi ke berbagai negara. Ia bicara di kampus-kampus terkemuka di Inggris, Jerman untuk mempresentasikan keindahan alam laut Wakatobi. Ia juga menambahkan perairan wakatobi bisa menampung jutaan orang untuk satu kali penyelaman. Meski begitu, pemerintah Wakatobi membuat zonasi sehingga kawasan penyelaman terlindungi. Sehingga bisa dimanfaatkan secara berkelanjutan.
Takabonerate menjadi tempat yang sangat menarik untuk para wisatawan penggemar olahraga Diving. selain Bunaken, Wakatobi, dan Raja Ampat. Kelebihan yang dimiliki Taman laut Takabonerate yakni taman bawah lautnya yang indah. Takabonerate memiliki luas 300,000 hektare persegi. Terdiri dari 20 pulau. Taman lautnya mempunyai grade 35. Sementara Bunaken hanya memilki grade 27. Grade merupakan indicator kenanekaragaman terumbukarang yang dimiliki serta spesies ikan yang beragam.
Takabonerate merupakan Taman Laut yang memiliki karang atol terbesar ketiga di dunia setelah Kwajifein di Kepulauan Marshal dan Suvadiva di Kepulauan Moldiva. Atol yang terdapat di Takabonerate memiliki luas sekitar 220.000 hektar, dengan terumbu karang yang tersebar datar seluas 500 km². Topografi kawasan sangat unik dan menarik, dimana atol yang terdiri dari gugusan pulau-pulau gosong karang dan rataan terumbu yang luas dan tenggelam, membentuk pulau-pulau dengan jumlah yang cukup banyak.
</span>Berandamaohttp://www.blogger.com/profile/15300088152709797621noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6217473720661284559.post-60610167229220966402011-12-10T20:28:00.001-08:002011-12-10T21:02:07.661-08:00KONOHAGAKURE DAN KAMMI-GAKURE<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEieT-cUowJ_BXckhpofUONvtH6L18lZVDaIJkQiKOheaTU8YVEA2k90njwjLb3hn0W-VIVK1W9Sq2z6HKC_xGsPH117g2Orgy9BDjpjwvFW2UfOf1YYCnvPlLeLWJgrDkOJPca6MrUfCyiD/s1600/Mks-Aksi+KAMMI+2_Maman+Sukirman.jpg" imageanchor="1" style="clear:left; float:left;margin-right:1em; margin-bottom:1em"><img border="0" height="197" width="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEieT-cUowJ_BXckhpofUONvtH6L18lZVDaIJkQiKOheaTU8YVEA2k90njwjLb3hn0W-VIVK1W9Sq2z6HKC_xGsPH117g2Orgy9BDjpjwvFW2UfOf1YYCnvPlLeLWJgrDkOJPca6MrUfCyiD/s320/Mks-Aksi+KAMMI+2_Maman+Sukirman.jpg" /></a></div>
Tulisan ini adakah karya Azizah Bintang. Salah satu teman seperjuangan di KAMMI Daerah Sulsel. Ia menulis tentang KAMMI dengan menggunakan pendekatan Konhagakure. Sebuah pendekatan yang sederhana dengan melihat komik Naruto. Mungkin masih ingat cerita tentang Naruto, Sasuke, dan akhir hidup perjalanan cerita Naruto Shippuden. Ia memang agak unik, penyuka Komik Naruto. Kehebatan Naruto dan kawan-kawannya itulah yang ditransformasi ke dalam tulisan ini. KAMMI!
Tulisan ini tanpa sengaja saya temukan di Puluhan folder dan file. Mari membaca pemikiran kawan kita Azizah dengan KAMMI-Gakure :: Happy Reading :
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgXzy4Cbb52F_y9uSbCC8RkHNuIlXavlvJ0atvZhYQDQwEGKm5O1EMotzJVxL6DbX8ulLR-JWB6I5W3R7PFXR4qsVXXF-LbzI7TMzlqqSGTXqkgJz3QB4s8bryGjJY9MIwOJXMTWekIGfM5/s1600/Mks-Aksi+KAMMI+3_Maman+Sukirman.jpg" imageanchor="1" style="clear:right; float:right; margin-left:1em; margin-bottom:1em"><img border="0" height="198" width="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgXzy4Cbb52F_y9uSbCC8RkHNuIlXavlvJ0atvZhYQDQwEGKm5O1EMotzJVxL6DbX8ulLR-JWB6I5W3R7PFXR4qsVXXF-LbzI7TMzlqqSGTXqkgJz3QB4s8bryGjJY9MIwOJXMTWekIGfM5/s320/Mks-Aksi+KAMMI+3_Maman+Sukirman.jpg" /></a></div>
Konohakagure bukanlah judul drama asia di televisi atau jenis jamur yang terpampang jelek di Lab.Biologi. Konohagakure adalah nama sebuah desa yang dikisahkan serial komik NARUTO. Gakure yang berarti desa, merupakan tempat tinggal masyarakat Konoha, sebuah perkampungan ninja yang berisikan banyak klan yang saling berinteraksi dalam sebuah masyarakat ninja yang sangat rapi dan dipimpin oleh seorang Hokage.
Naruto adalah anak laki laki yang di dalam tubuhnya disegel siluman rubah. Anak ini memiliki cita-cita yang sederhana: menjadi Hokage, memimpin desa Konoha. Komik ini berkisah mengenai perjalanan bocah tersebut mencapai tujuannya dengan berbagai kesulitan. Bagi orang-orang yang dilahirkan sinis hal ini biasa saja, namun sangatlah tidak sopan mentertawakan cita-cita orang.
Bukankah kita juga masih menganggap Teori Newton sebagai sebuah kenyataan walaupun sesungguhnya kenyataan itu didasari oleh imajinasi sempurna Newton pada sebuah apel?!
Walau sepintas berkisah seperti itu, namun jika diperhatikan lebih pada beberapa bagian penting kita akan mendapati bahwa hampir semua permasalahan yang dialami oleh naruto berkisar pada Konoha. Bahkan monster rubah yang menurut sebagian orang adalah sebuah masalah pribadi bagi Naruto sesungguhnya tidak ditanggung secara individual, melainkan oleh semua orang di Konoha walaupun hanya disadari oleh sebagian orang saja.
Persaingan antara Sasuke dan Naruto pun bukanlah masalah pribadi mengingat sejarah kelam klan Uchiha. Motto “No Man Left Behind”-nya desa Konoha, menjadikan Sasuke sebagai masalah bersama di Konoha. Hal ini diungkap Shikamaru Nara bahwa Sasuke memang bukanlah teman dekatnya namun ia adalah seorang Shinobi Konoha dan Shikamaru akan menolongnya dengan mempertaruhkan nyawa karena itu adalah cara Konoha.
<span class="fullpost">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgJH64ZF7FkqP7iWZEsxmWCVkxOnAaZJbokgd61JqwB9iKzzFhCjvKftJjvi22p_IaXhH40GPtgUQgoV6_bKw6Z27Vw6nDqNJmBL7iWiBVwSlMz66Zhi-kpQIy14OK5CxuuJjeHLc8hm2ZE/s1600/IMG_9809.JPG" imageanchor="1" style="margin-left:1em; margin-right:1em"><img border="0" height="214" width="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgJH64ZF7FkqP7iWZEsxmWCVkxOnAaZJbokgd61JqwB9iKzzFhCjvKftJjvi22p_IaXhH40GPtgUQgoV6_bKw6Z27Vw6nDqNJmBL7iWiBVwSlMz66Zhi-kpQIy14OK5CxuuJjeHLc8hm2ZE/s320/IMG_9809.JPG" /></a></div>
Di Konoha para ninja memiliki beberapa tingkatan, berawal dari tingkatan terendah adalah Genin, Chunin, dan Jounin. Tingkatan ini menjadi salah satu pola yang menyusun cerita. Sebuah dunia besar yang dibangun secara imajinatif yang memfokuskan pada cara pandang Konohagakure melalui seorang bocah bernama Naruto. Sebuah dunia dengan perang massive antar tiap individu dan segenap intrik kepentingan antar tiap manusia fiktifnya. Terlepas dari semua abnormalitas dan keajaiban berdasarkan perspektif yang dapat memicu perdebatan, sesungguhnya dunia imajinatif ini tidaklah jauh berbeda dengan dunia yang kita jalani dengan semua elemennya yang manusiawi.
Kali ini kita coba menarik sesuatu antara dunia imajinatif itu dengan lingkungan kita yang paling dekat saat ini. Anggaplah secara struktural KAMMIgakure adalah roda komunitas yang dipimpin oleh seorang Ketua Umum [Hokage]. Sedangkan Genin adalah tingkatan dasar seorang Shinobi Konoha memulai kariernya [AB1], Chunin tingkatan diatas Genin yang merupakan pelaksana structural [AB2]. Melalui ini, kita pun dapat mengambil persepsi sendiri, yang termuda dalam komunitas KAMMIgakure saat ini termasuk dalam kelompok Genin, Chunin yang menjadi pelaksana struktural komisariat, sedangkan Jonin yang sedang dan telah menjadi pelaksana struktural daerah/Teritorial. Kemudian mari kita refeleksikan beberapa aspek keberadaan yang menurut saya juga sebaiknya dimiliki oleh KAMMIgakure.
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhJ4BinmaIe8LUA0dj02jeEHcdH5CseaZnMr6V27IDxFpVgOsPZf2P1xSPIitj5Au-Hp99A1hJ60DGugAjCiTf84tCrH268UWBgcs2YWvHFylucmwqRYV-D7-gH09E-2_ZQ0gFCN2QESHWa/s1600/PIC_0058.JPG" imageanchor="1" style="margin-left:1em; margin-right:1em"><img border="0" height="240" width="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhJ4BinmaIe8LUA0dj02jeEHcdH5CseaZnMr6V27IDxFpVgOsPZf2P1xSPIitj5Au-Hp99A1hJ60DGugAjCiTf84tCrH268UWBgcs2YWvHFylucmwqRYV-D7-gH09E-2_ZQ0gFCN2QESHWa/s320/PIC_0058.JPG" /></a></div>
Penghargaan terhadap sejarah
Masyarakat Konohagakure merupakan sekelompok komunitas yang memiliki kultur sendiri serta sangat menghargai kearifan lokal. Sehingga dalam usaha mengekspresikan hal tersebut, Sang Pengarang, Masashi Kishimoto sepertinya merasa penting menunjukkan kearifan tersebut melalui beberapa chapter yang dikhususkan membahas tokoh tertentu dengan latar belakang budaya klannya masing masing yang nantinya memperkuat karakter dan jalinan cerita. Sebut saja Kakshi, Sasuke, Neji,dll
Melalui penelusuran latar belakang itu, sedikit demi sedikit kita dapat menyerap tanpa berlebihan kearifan lokal klan yang membangun kultur sebuah desa. Sehingga melalui kebanggaan akan semua sejarah yang melatarbelakangi Konoha itu akan terasa sangat wajar bila kita menemukan Naruto, Sang tokoh utama memiliki kecintaan yang besar pada Konohagakure, kekaguman yang besar pada semua Hokage, rasa hormat yang besar pada mereka yang berusaha melindungi Konoha dengan sekuat tenaga dan usaha untuk menjadi lebih kuat setiap harinya demi melindung semua hal yang dicintainya. Melalui sejarah, yang menjadi dasar kekuatan itulah yang secara signifikan disandarkan sebagai batu pijakan untuk menjadi pilar pendukung perkembangan Konoha.
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhrH3-8p6pURKuWWrDEme0-wgX3cTNhFCO1-rOUZF_hp9XKIemtYan3V_B00XwZsCMJFsRRb0JWgrwW4EfCYAllMsSdEHTHW-0PGnpG0B04a37PeLizYrZ6IhZwlFvoTTn3JQGRjAb8Qvd6/s1600/DSC_0033.JPG" imageanchor="1" style="clear:left; float:left;margin-right:1em; margin-bottom:1em"><img border="0" height="212" width="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhrH3-8p6pURKuWWrDEme0-wgX3cTNhFCO1-rOUZF_hp9XKIemtYan3V_B00XwZsCMJFsRRb0JWgrwW4EfCYAllMsSdEHTHW-0PGnpG0B04a37PeLizYrZ6IhZwlFvoTTn3JQGRjAb8Qvd6/s320/DSC_0033.JPG" /></a></div>
Sama seperti Konoha, KAMMIgakure juga memiliki sejarah yang menjadi pilarnya. KAMMI telah menjadi organisasi besar pelopor perubahan (momentum reformasi 98) yang kini sangat diperhitungkan diusianya yang ke-10 tahun dengan tetap fight untuk konsisten di garis perjuangannya sejak awal tanpa pernah berfikir untuk mau menggadaikan idealismenya sebagai seorang aktivis muslim sebab IJDK itu telah ter-internalisasi dalam dirinya, begitupun dengan pemahamannya. Namun berbeda dengan Konohagakure yang menyadari pentingnya sejarah, sebagai sebuah komunitas kita kadang terlupa hal tersebut sehingga justru menjadi pragmatis di depan keterdesakan dan ketidakberdayaan oleh keadaan. Mampukah KAMMI mempertahankan dirinya sebagai gerakan politik nilai yang senantiasa nyambung dengan rakyat dan kalangan mahasiswa atau justru terjebak dalam gerakan elitis dan tidak transparan yang justru berujung pada matinya gerakan mahasiswa dan meluasnya ke-bete’-an sosial? Konohagakure melandaskan perkembangan komunitasnya berdasarkan sejarah yang menjadi input analisa dan perencanaan persiapan bagi sekian banyak skenario pengembangan komunitas. Ketika zaman sedang bergerak Konohagakure telah siap.
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgLWNOGOfMqjvNTZzLTiesOYE9JV2JUh2YzbPS9tK-cjOISq4TsgEGIa8aHMk3OmrHSjJvKw_WHPJMaCbl056AUBTZPUKzgfEcr-cyvoSg-_6TWWARQp2cV_YxgV1ucWan5297T7mFeczFo/s1600/PIC_0019.JPG" imageanchor="1" style="clear:right; float:right; margin-left:1em; margin-bottom:1em"><img border="0" height="240" width="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgLWNOGOfMqjvNTZzLTiesOYE9JV2JUh2YzbPS9tK-cjOISq4TsgEGIa8aHMk3OmrHSjJvKw_WHPJMaCbl056AUBTZPUKzgfEcr-cyvoSg-_6TWWARQp2cV_YxgV1ucWan5297T7mFeczFo/s320/PIC_0019.JPG" /></a></div>
Perkembangan generasi sebagai tujuan primer komunitas
Dalam bahasa komunitas kita, generasi muda dapat dipersandingkan dengan bahasa: kader. Nah, di Konohagakure kader adalah mereka yang tumbuh dan besar di dalam lingkungan Konoha. Para kader inilah yang akan menjadi faktor penting bagi eksistensi Konohagakure kedepannya. Dalam Naruto vol.35, Asuma Sarutobi menganalogikan Shikamaru Nara sebagai ksatria dalam permainan catur yang fleksibel dalam bergerak dan bisa melindungi Raja dari berbagai sisi, sedangkan dirinya hanyalah sebagai pion yang dapat dikorbankan kapan saja. Selanjutnya Asuma mengakhiri permainan dengan bertanya pada Shikamaru, “siapakah di Konohagakure yang bisa dianalogikan sebagai raja pada permainan catur tersebut?”. Pada kelanjutannya, Shikamaru pun mengerti bahwa sesungguhnya raja yang dianalogikan pada permainan catur oleh Asuma di Konohagakure adalah kader atau generasi penerus Konohagakure.
Kesadaran ini pula yang juga ditekankan oleh Anis Matta, ”Dari Gerakan Ke Negara” dimana pada salah satu tulisannya mengenai jamaah, beliau menyebutkan bahwa salah satu pilar perkembangan jamaah atau komunitas adalah adanya kesadaran bahwa segala usaha komunitas senantiasa diperuntukkan bagi perkembangan generasi penerus komunitas.
Di KAMMI pun seperti itu. Ketersediaan berbagai media dan materi pengkaderan adalah modal awal untuk senantiasa memperkokoh gerakan dan membangun integritas terutama pada ujung tombaknya, yakni di level komisariat.
Sebuah Nama, Sebuah Cerita…
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjgEuOFUaBfsguBWZv86KExBzyjwerlaY6gAWZtEjps-0KzIlZFGWMYSzGY9eoRGRerMqLbijUuuUdrZsPeRXczz2rLClB2SpzKOnKZ2b3SM9BHsyLfAEyr_mByuFpzShlbIqWtvoeReOLO/s1600/Mks-Pesona+KAMMI+4_Maman+Sukirman.jpg" imageanchor="1" style="margin-left:1em; margin-right:1em"><img border="0" height="206" width="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjgEuOFUaBfsguBWZv86KExBzyjwerlaY6gAWZtEjps-0KzIlZFGWMYSzGY9eoRGRerMqLbijUuuUdrZsPeRXczz2rLClB2SpzKOnKZ2b3SM9BHsyLfAEyr_mByuFpzShlbIqWtvoeReOLO/s320/Mks-Pesona+KAMMI+4_Maman+Sukirman.jpg" /></a></div>
(Konser Terakhir 2006-2008 di Makassar).
Seperti kisah grup band Peterpan meratapi nasibnya yang akan manggung terakhir kali (tapi kok tak kunjung berakhir yak?). Ratapannya adalah rutukan, ”Mengapa terjadi, kepada diriku...”. Sebab setelah ini mungkin mereka tak lagi eksis hatta memiliki nama baru. Gemerlap dunia hiburan yang selama ini menjadi kesehariannya mungkin akan menjadi senyap seiring tenggelamnya popularitas dan munculnya band-band baru.
Kali ini adalah pembacaan LPJ pengurus pusat periode 2006-2008 yang juga menjadi penanda demisionernya kepengurusan yang digawangi oleh Akh Taufik Amrullah. Setiap kader KAMMI tentu paham betul bahwa LPJ itu tidak semata-mata dibacakan dan dipertanggungjawabkan di depan forum muktamar, melainkan dihadapan Yang Maha Melihat, Yang Maha mengetahui apa yang tersembunyi di dalam hati setiap insan, Allah Subhanahu wa ta’ala. Utusan-utusan daerah mungkin lebih banyak awamnya tentang keadaan di Pusat. Untuk itulah dalam upaya membangun kultur dan etika internal organisasi yang terbuka serta membangun budaya kerja setiap kader maka diperlukan Komitmen pada Top Manajemen, dalam hal ini seluruh jajaran PP KAMMI di semua bidang. Para Qiyadah di KAMMI pusat adalah sponsor utama dalam membangun sistem nilai yang kuat melalui komitmen moral dan keterbukaan dalam komunikasi.
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhbPiKYwJU6lYUOKUlzEXQJHkuCcO466CA4q2cJmV5k25NhvKq2_WgGbG1ULkGasN40BME8lI3UxbYA-oLzcK_AU6dwJ3OSfHopUmVt1nmFow6tafOdmCiltHaD1nd4k_l1y1J9zS14rPK4/s1600/PIC_0015.JPG" imageanchor="1" style="clear:right; float:right; margin-left:1em; margin-bottom:1em"><img border="0" height="240" width="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhbPiKYwJU6lYUOKUlzEXQJHkuCcO466CA4q2cJmV5k25NhvKq2_WgGbG1ULkGasN40BME8lI3UxbYA-oLzcK_AU6dwJ3OSfHopUmVt1nmFow6tafOdmCiltHaD1nd4k_l1y1J9zS14rPK4/s320/PIC_0015.JPG" /></a></div>
Kita tentu tidak ingin semua cita-cita KAMMI hanya berujung di atas kertas dengan kata-kata manis namun minim implementasi. Allah tidak memberikan tempat bagi pribadi-pribadi yang tidak selaras ucapan dan perbuatannya. Dan orang-orang yang seperti itu harus di-instal ulang, pantas untuk ikut DM1 lagi. Perbuatan-perbuatan salah adalah biasa bagi manusia, tetapi perbuatan pura-pura itulah sebenarnya yang menimbulkan permusuhan dan pengkhianatan.
Selain dari top manajer, diperlukan pula sebuah kontinuitas usaha untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi KAMMI merealisasikan cita-citanya. Misalnya membangun kemandirian ekonomi agar tidak terlalu banyak menunduk-nunduk pada pejabat dan kaum elit hingga tak mampu lagi berteriak LAWAN!.
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhO12lIfyq8JuGKWLxuXPhHinTEbsEEaGUG2FuUXYUoyS60-U7Fb2piKNpZos5HMqrQ8qXsRdMzjkHcGjQtIkj1kDsYDTw_g923IKX75ohVvJf6xz_ZtYIIMOmDHob1BHWVsW491xuYNcpx/s1600/IMG_1006.JPG" imageanchor="1" style="clear:right; float:right; margin-left:1em; margin-bottom:1em"><img border="0" height="214" width="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhO12lIfyq8JuGKWLxuXPhHinTEbsEEaGUG2FuUXYUoyS60-U7Fb2piKNpZos5HMqrQ8qXsRdMzjkHcGjQtIkj1kDsYDTw_g923IKX75ohVvJf6xz_ZtYIIMOmDHob1BHWVsW491xuYNcpx/s320/IMG_1006.JPG" /></a></div>
Dan hal yang sangat penting adalah memperkuat kaderisasi dan berbagai perangkat yang mendukungnya, membangun saluran yang efektif dalam berkomunikasi (termasuk dalam bersyuro’!), serta berani untuk menegakkan disiplin (al indibath). Banyaknya intrik dan polemik disatu sisi memang menunjukkan adanya dinamika. Tapi disisi lain bisa juga menjadi bibit-bibit perpecahan jika tidak disikapi sebagaimana mental seorang pemimpin yang cerdas. Banyaknya isu yang tidak jelas seputar pemilihan ketua umum mungkin bisa membuat kita terjebak dan kebingungan jika tidak mengedepankan rasionalitas yang dibingkai oleh ke-tsiqoh-an pada sesama ikhwah. Tapi diatas semua itu, apalagikah yang bisa mengikat kita selain islam dan ukhuwah ini, saudaraku?...
Eks pekuburan cina,61108
</span>Berandamaohttp://www.blogger.com/profile/15300088152709797621noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6217473720661284559.post-10184351254620865272011-11-29T00:56:00.000-08:002011-11-29T01:09:20.883-08:00Toraja, Rambu Solo dan Kematian yang Sempurna<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi3VPINoEsCjw6m9z2y2MD3IKb69awQnI8fomb2jcU5R3XyNFQEuIUwtnatvb4NDuGx0zLpX6VFlwrDGSPIpRXDX4W_hW6st8jk2DMLpfvvvtWAE4XLYUO2mRUkUhCZYxUqg5lZOFmQODKR/s1600/toraja7.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 320px; height: 218px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi3VPINoEsCjw6m9z2y2MD3IKb69awQnI8fomb2jcU5R3XyNFQEuIUwtnatvb4NDuGx0zLpX6VFlwrDGSPIpRXDX4W_hW6st8jk2DMLpfvvvtWAE4XLYUO2mRUkUhCZYxUqg5lZOFmQODKR/s320/toraja7.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5680342222860040802" /></a><br />Indonesia memiliki banyak daerah wisata yang unik dan menarik buat para wisatawan. Misalnya di Bali, Yokyakarta, Lombok dan Jakarta. Namun berbeda dengan Toraja. Salah satu tujuan wisata di wilayah Sulawesi Selatan yang masih memelihara budaya, adat-istiadat para leluhur terdahulu. Masyarakat Toraja memegang teguh prinsip adat tersebut sehigga tak lekang oleh waktu. Kekuatan budaya dan adat-istiadat itulah yang membuat Toraja berbeda dengan daerah lainnya. Selain menawarkan adat-istiadat yang beraneka ragam dan unik. Di daerah berpenduduk 1 juta jiwa tersebut, para penikmat wisata bisa menyaksikan hamparan pegunungan yang masih asri, tegalan sawah dan lembah dengan pohon pinus yang membuat mata tak pernah bosan memandang. Salah satu keunggulan Toraja yakni ketaatan masyarakat dalam menjalankan perintah leluhurnya. Pun hingga saat ini, hal itu membuat Toraja terkenal ke penjuru dunia. Masyarakat Toraja masih melestarikan upacara Rambu Solo. Rambu Solo merupakan upacara kematian yang dilakukan pada keluarga yang meninggal beberapa tahun sebelumnya. Setiap ada yang meninggal, maka kewajiban saudara yang masih hidup menggelar pesta yang besar. Pesta ini menjadi bukti penghormatan pada keluarga yang pergi. <br /><span class="fullpost"><br />Pesta Rambu Solo dilakukan sebagai bentuk penghormatan pada setiap saudara yang sudah meninggal. Penghormatan itu dianggap sebagai persembahan yang terakhir sebelum bertemu dengan Tuhan. Masyarakat Toraja percaya bahwa kematian akan sempurna jika prosesi itu dilakukan. Tradisi Rambu Solo termasuk proses penyempurnaan kematian. Karena sebelum dilakukan, orang yang meninggal akan dianggap sakit atau lemah. Sehingga, jasadnya selama pesta belum dilakukan akan dibaringkan di Tongkonan ( rumah adat Toraja). Kewajiban keluarga yang masih hidup yakni membuat pesta pemakaman. Prosesi itu menghabiskan dana yang tak sedikit. Semakin tinggi tingkat sosial dan derajat kebangsawanan, maka pesta yang dilakukan juga semakin meriah. Biasanya pesta diadakan tujuh hari lamanya. Hal ini dikenal dengan Dipapitung Bongi. Hewan yang dipersembahkan juga jumlahnya cukup banyak. Jumlah kerbau 25 – 150 ekor, babi 50 – 350 ekor. Kerbau yang dikurbankan juga bukan kerbau biasa. Melainkan kerbau pilihan khas Toraja (Tedong Bonga) dengan harga yang lumayan besar. Satu ekor kerbau bisa seharga Rp 300 - 350 Juta. Makanya Rambu Solo yang besar menghabiskan anggaran milyaran rupiah. Rambu Solo yang lengkap disebut sapu randanan sarrinna bone bone (pesta terlengkap) karena semua jenis kerbau (Tedong Bonga) yang dipersembahkan lengkap. Kemeriahan Rambu Solo bisa kita temukan di Toraja atau Toraja Utara. Setiap akhir tahun (Desember) rangkaian prosesi upacara kematian yang megah biasa digelar di daerah yang jaraknya 350 km dari Makassar tersebut. Kemeriahan terlihat saat puncak acara Rambu Solo. Secara umum prosesi Rambu Solo dimulai dengan Ma paroko paladan. Yaitu meurunkan jenazah dari rumah ke teras Tongkonan. Selanjutnya semua jenis kerbau yang akan dipersembahkan akan diberi nama oleh tujuh tokoh adat. Setelah itu Ma pasa tedong. Kerbau pilihan akan diadu satu sama lain di sebuah lapangan luas. Ribuan masyarakat berkumpul di lapangan menanti adu kerbau tersebut. Setelah mengadu kerbau pilihan, prosesi yang menarik bagi masyarakat toraja yakni Ma pasisemba. Tradisi baku tendang antara penduduk kampung dianggap sebagai tanda persahabatan. Masyarakat akan berkumpul di lapangan, berhadap-hadapan dan melakukan aksi “kungfu” secara bersama. Seorang tokoh adat berdiri di tengah lapangan menjadi pemandu tanda si semba di mulai. Pada hari pemakaman jenazah dipindahkan dari teras ke depan rumah, lalu kemudian jenazah diarak keliling kota Toraja sebelum diantar ke tempat peristirahatan terakhir. Dalam proses ini ribuan masyarakat akan mengiringi jenazah. Sambil membentangkan kain berwarna merah yang cukup pajang. <br />Setelah prosesi pemakaman usai, keluarga menerima tamu undangan, kerabat dan para pejabat yang berkunjung ke rumah duka. Proses menerima tamu ini dilakukan bersamaan dengan mengurbankan Tedong Bonga. Caranya pun sangaat unik yakni hanya dengan melakukan satu kali tebasan pada leher kerbau itu. Daging kerbau tersebut kemudian dibagi-bagikan pada warga dan dijadikan santapa selama menerima tamu. Proses itu pun berakhir setelah pesta menerima tamu undangan usai. Rambu Solo membuat kematian menjadi sempurna sebab dalam kepercayaan masyarakat Toraja, Dewata akan menerima segala pengorbanan anak cucu yang masih hidup . <br />Kuburan batu Londa<br />Mayat yang telah disimpan bertahun-tahun itu tak dimakamkan seperti masyarakat pada umumnya. Di Toraja, masyarakat memiliki lokasi pemakaman yang unik, dikenal dengan nama Londa. Londa itu merupakan kuburan yang terbuat dari batu. Mayat yang sudah meninggal hanya disimpan dalam peti lalu diletakkan di dalam gua batu tersebut. <br /><br />Dulunya Londa merupakan lokasi pemakaman satu keluarga. Namun akhirnya dibuka karena minat masyarakat untuk melihat kawasan itu amat besar. di Londa terdapat banyak tengkorak kepala manusia yang berumur ratusan tahun. Selain itu juga terdapat banyak tulang-tulang yang berserakan. Untuk menunjukkan jumlah orangy ang sudah meninggal dibuat tau-tau. Tau-tau merupakan pertanda banyaknya masyarakat Toraja yang telah dikubur di lokasi tersebut. Selain Londa juga terdapat kawasan penguburan batu Lemo. <br /><br /></span>Berandamaohttp://www.blogger.com/profile/15300088152709797621noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6217473720661284559.post-58602875721731796042011-11-24T08:04:00.000-08:002012-04-08T06:47:08.339-07:00Makassar Menuju kota Dunia<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiwfJc48kZgtsdcizMskl_0bgSudsv4-QIqzfKHeoI_-EGr84O30-6a4mZQz2-WWWCW64Pc2od9NvvpHPsSaHxI8ziD5c-WO6w6HqYeSmxp5wrTXZFhfeL4H-6lLsh2NaElDpjN8fIWAmvm/s1600/makassar.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 320px; height: 188px;" src="http://4.bp.blogspot.com/-
o2FCRkifEC0/Ts5ttwIktOI/AAAAAAAAAM0/2fyxnf1_ayQ/s320/makassar.jpg" border="0"
alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5678596812943176930" /></a><br />Tepat 9 November 2011 lalu, Makassar berulang tahun yang ke 404. Umur yang tak muda lagi bagi perkembangan kota. Bersamaan dengan ulang tahun tersebut, Makassar yang sudah dikenal sebagai kawasan perdagangan sejak abad XVI telah dicanangkan menjadi Kota Dunia. Kota yang kelak menjadi pusat peradaban di Kawasan Timur Indonesia (KTI). Tentu tak mustahil mewujudkan mimpi tersebut. Namun, Pemerintah Kota Makassar perlu bekerja keras, bahu membahu dengan masyarakat mewujudkan impian tersebut. <br /> <br />Pada setiap pertemuan, Waikota Makassar, Ilham Arif Sirajuddin selalu menekankan perlunya perubahan prilaku masyarakat. Perubahan prilaku tersebut amat mendukung Makassar menuju Kota Dunia. Kota Dunia sebenarnya kota yang identik dengan lingkungan yang berkualitas, pelayanan publik yang baik, prilaku masyarakat yang taat aturan, transparansi pemerintahan dan birokrasi yang bebas dari korupsi. Kota yang memiliki sistem transportasi yang memadai, baik laut, udara dan darat serta memiliki gerak ekonomi yang terus tumbuh dengan memberdayakan ekonomi masyarakat. Selain itu kota yang mampu menghadapi perubahan iklim dunia yang terjadi terus menerus. <br /><br />Pencapaian Kota Dunia memang menjadi pekerjaan rumah bagi seluruh elemen warga yang tinggal di Makassar. Sesuai dengan visi Makassar menuju Kota Dunia, saat ini pemerintah terus melakukan pembenahan. Penataan kota dengan pembangunan fisik untuk kepentingan publik. Selain itu yang paling urgent yakni pembangunan kesadaran. Dalam hal ini prilaku masyarakat. Misalnya saja kesadarakan akan kebersihan, contohnya tidak membuang sampah pada sembarang tempat. <br /><br />Persoalan kebersihan kota, Pemkot telah melakukan program Makassar Green and Clean. Upaya tersebut membuat warga kota turut berperan dalam menjaga kebersihan hingga lorong tersempit sekali pun. Seiring dengan harapan warga, Pemkot melakukan pembenahan fasilitas pendukung, perbaikan Infrastruktur, dan penataan kota menjadi lebih baik. Paling tidak sistem kebersihan yang harus dibenahi, tak boleh berhenti. “ Pasalnya kota tak ada yang mengunjungi jika tak menjamin kebersihan kota,” ungkap Walikota Makassar beberapa waktu lalu. <br /><br />Perbaikan sistem transportasi juga dilakukan. Penataan tersebut menghindari kemacetan yang terus menerus meningkat. Kenyamanan saat berada di jalan raya kelak akan membuat Makassar makin dilirik. Untuk itu pemerintah menyiapakan dua program dalam menata sistem transportasi tersebut. Pertama, menyediakan sistem trasportasi massal. Transportasi ini akan mengganti transportasi kecil (pete-pete). Upaya tersebut dilakukan agar volume kendaraan pada ruas jalan raya bisa lebih sedikit. Meski menggunakan transportasi massal. Sistem ini tak mengorbankan pete-pete. Nantinya peran pete-pete tersebut akan menjadi angkutan feeder dalam satu kawasan yang berfungsi mengangkut warga menuju angkutan massal. Sehingga peran angkutan kecil tersebut tetap ada. <br /><br /><span class="fullpost"><br /><br />Sebenarnya pembangunan angkutan massal sudah dimulai sejak 2009 lalu. Yakni dengan melakukan pelebaran jalan. Target pertama yakni menghubungkan Terminal Daya dengan Pettarani. Sesuai rencana, awal 2012 nanti, sistem trasportasi massal tersebut akan diberlakukan secara perlahan. Soalnya sistem ini akan mendukung prospek usaha angkutan di Makassar dengan pengguna 500 – 600 ribu orang perhari. Kedua, pembangunan monorel, penataan ini bersifat jangka panjang. Pemerintah bersama pengembang lokal (Kalla Group) telah menandatangani kerjasama tersebut. <br />Di usia yang ke 404 ini, Makassar mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Pertumbuhan ekonomi di Triwulan kedua mencapai 8,62 persen. Pertumbuhan itu cukup meningkat dibanding pertumbuhan ekonomi nasional yang hanya berkisar pada 6 persen. Ilham mengakui momentum ulang tahun Makassar difokuskan untuk memberikan sesuatu pada masyarakat kota. Pada 2011, Makassar menjadi pusat destinasi untuk beberapa kegiatan. Sehingga tingkat hunian hotel trendnya terus mengalami peningkatan. Bahkan pada Ramadhan lalu hunian hotel di Makassar mencapai 70 persen. Ini menandakan Makassar menjadi tujuan dari berbagai kegiatan bisnis, ekonomi, eksebisi, meeting dan beberapa pertemuan nasional yang digelar di kota ini. <br /><br />Peningkatan jumlah tersebut membuat Walikota merekomendasikan pembangunan lima hotel. Hotel berkelas bintang dua sampai bintang lima tersebut diharapkan bisa menampung pengunjung kota Makassar. Geliat tersebut menandakan investor memang melirik Makassar sebagai daerah tujuan investasi yang memberikan prospek peluang bisnis yang cukup baik. Olehnya itu fokus pengembangan ekonomi Makassar tak mengacu pada pengelolaan sumber daya alam. Pasalnya di Makassar tak ada sumber daya alam. Melainkan mengandalkan bisnis dan jasa yang ada. Meski demikian Makassar sudah menjadi pusat pelayaan jada dan distibusi barang untuk Kawasan Timur indonesia. Secara perlahan, semakin banyak industri yang menjadikan Makassar living home kedua. Untuk menjadikan Makassar sebagai the second home, pemerintah berupaya menyediakan segala kebutuhan masyarakat tersedia di Makassar. Sehingga masyarakat KTI tidak lagi menyeberang ke pulau Jawa untuk mencari kebutuhannya, melainkan ke Makassar. Makanya pemerintah terus meyakinkan investor masuk ke Makassar. Caranya yakni dengan memberikan kemudahan, regulasi, keringan dan mengoptimalan segala kebutuhan yang ada. <br /><br />Dengan masuknya investro, maka implikasi kehidupan masyarakat lebih baik, tercipta lapangan kerja baru, angka pengagguran berkurang. Tentunya semua gejolak bisnis pasti akan memberikan impilakasi positif bagi kehidupan masyarakat di kota Makassar. Kondisi Makassar dalam lima tahun kedepan bisa makin kondusif. Hal itu terjadi jika tak ada gejolak sosial dan politik yang memberikan dampak sosial. Kehidupan masyarakat dengan berbagai fasilitas sarana pendukungnya bisa lebih baik. Data badan Pusat Statistik mencatat bahwa pndapatan per kapita masyarakat mencapai Rp 27, 9 juta pertahun. Dalam kurun waktu 2006-2010 pendapatan masyarakat mengalami perbaikan. <br /><br />Meski kehidupan masyarakat mulai membaik, pemerintah juga mendorong agar investor melakukan pengembangan pada daerah yang berbatasan dengan Makassar. Misalnya daerha Maros, Pangkep, Gowa dan Takalar. Dalam artian pengembangna industri dan manufaktur tidak selamanya di Makassar. Tapi memberdayakan daerah lain sehingga masyarakat tak menumpuk di Makassar. Sesuai target, Makassar ketika menjadi Kota Dunia pada 2025, penduduknya tak bisa lebih dari 2 juta jiwa. Wilayah <br /><br />Makassar sejak awal didesain sebagai the second home. Sebagai pusat destinasi sebelum melanjutkan perjalanan ke daerah lain. Di sisi lain, Kota Dunia yang didambakan terus berkembang dengan pembangunan fisik dan membangun kesadaran warga. <br /><br />Ismawan As<br /><br /><br /><br /><br /></span>Berandamaohttp://www.blogger.com/profile/15300088152709797621noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6217473720661284559.post-18909695402624992032011-10-17T16:22:00.000-07:002011-11-24T08:28:57.762-08:00HIPMI Dan Orang-Orang Muda<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgY8jCNr-pk92Hlz2zfod8nxlb8QjpU0AwfvNPZetQ22l07yQdShVpRd8jGGQUhvjVoxoFHOJC2LyIpCOKemo0ELvsp0RLpbv6YUw3HLaRQeQDs4AjuVuxrdWO5rMDn2J6Z498A3WTVc7QU/s1600/Rajasapta-antara.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 300px; height: 217px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgY8jCNr-pk92Hlz2zfod8nxlb8QjpU0AwfvNPZetQ22l07yQdShVpRd8jGGQUhvjVoxoFHOJC2LyIpCOKemo0ELvsp0RLpbv6YUw3HLaRQeQDs4AjuVuxrdWO5rMDn2J6Z498A3WTVc7QU/s320/Rajasapta-antara.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5678600169025645138" /></a><br />Makassar dalam beberapa hari ini dikunjungi oleh banyak tokoh yang memiliki kontribusi tergadap pembangunan di negeri ini. Mereka berasal dari Sabang sampai Merauke. Yang menarik adalah bukan hanya tokoh yang sudah lanjut usia, melainkan anak-anak muda yang punya dedikasi, inovatif dan kaya raya.<br /><br />Mereka adalah para pengusaha yang berada di bawah bendera Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI). Rata-rata mereka berusia 20-40 tahun. Gambaran anak muda yang cukup ideal. Yang paling membuat heboh yakni para calon ketua umum HIPMI tersebut. <br /><br />Keempat calon itu kemarin diulas di koran Fajar Makassar. Sungguh bombasti Fajar menulis tentang mereka. Judulnya saja, " Muda, Kaya Raya, dan Berinovasi. Secara ekonomi inilah para anak muda yang ideal.<br /><br />Nah mari kita tuggu gebrakan selanjutnya. siapakah pengganti Erwin Aksa yang ketua Hipmi saat ini. Dan ternyata, setelah pertarungan yang cukup sengit. Raja Sapta OKtohari ter[ilih sebagai ketua Hipmi menggantikan Erwin Aksa. <br /><br /><span class="fullpost"></span>Berandamaohttp://www.blogger.com/profile/15300088152709797621noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6217473720661284559.post-83903868879094383512011-03-09T08:33:00.000-08:002011-11-24T08:35:05.629-08:00ORMAS ISLAM: BUBARKAN AHMADIYAH<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgGlfLIQpf8coiBQ8OrbZkT8_rWLQ-QVepFe4LJCBlUnSZssZ3W6IL0V5nyp2Iazn8QazDud9yFwp6BxOz9QURIV-emW1Vz3bhV7htP9RylvVt6ug8TrGoGWyf8Q6iTTiPUGSl8sC3S4xWs/s1600/fpi3.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 320px; height: 212px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgGlfLIQpf8coiBQ8OrbZkT8_rWLQ-QVepFe4LJCBlUnSZssZ3W6IL0V5nyp2Iazn8QazDud9yFwp6BxOz9QURIV-emW1Vz3bhV7htP9RylvVt6ug8TrGoGWyf8Q6iTTiPUGSl8sC3S4xWs/s320/fpi3.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5678601744676248850" /></a><br />Gabungan organisasi sosial kemasyarakatan (ormas) islam mendatangi Kantor DPRD Sulawesi Selatan (SulSel), Selasa, (01/03).Mereka menuntut agar Ahmadiyah yang ada di Sulsel dibubarkan. Hal tersebut diambil karena di beberapa daerah seperti Sumtera Barat, Banten dan Jawa Tmur, Ahmadiyah sudah dibubarkan dan dilarang melakukan aktivitas.<br />Berangkat dari beberapa daerah yang telah melarang Ahmadiyah beraktivitas, gabungan ormas yang tergabung dalam Forum Umat Islam (FUI) itu meminta DPRD Sulsel mengeluarkan peraturan daerah pembubaran Ahmadiyah.<br /><br />Sekretaris Jenderal FUI Sulsel HM Siradjuddin, yang menjadi orator mengatakan bahwa kelompok Ahmadiyah termasuk aliran sesat yang sudah dilarang beraktivitas oleh MUI sejak 1980. Kemudian ditegaskan kembali 2005. Juga 1974 Lembaga Muslim Dunia mengeluarkan fatwa tenang kesesatan Ahmadiyah.<br /><br /><span class="fullpost"><br /><br />Siradjuddin juga mendesak presiden Sby segera mengelarkan keputusan tentang pembubaran Ahmadiyah.” Dengan jalan ini, persoalan Ahmadiyah dapat selesai dengan tuntas dan menutup pintu terjadinya bentrokan,” pungkasnya. Ia juga menjelaskan jika konflik yang terjadi belakangan ini karena lambannya presiden SBY mengambil keputusan. Hal tersebut membuat warga mengambil jalan sendiri dalam penyelesaian kasus Ahmadiyah.<br /><br />FUI memilih memakai jalur DPRD untuk penyelesaian Ahmadiyah. Sebab mereka masih percaya jalur itu. Namun jika tuntutan mereka tak direspon, maka bisa dipastikan warga akan bertindak sendiri. Seperti yang diungkapkan KH Herli, perwakilan FPI tersebut menyerukan akan membakar masjid Ahmadiyah jika masalah tersebut dibiarkan berlarut-larut. “ Kalau tetap dibiarkan, kami akan bakar masjid mereka,“ tegasnya disambut takbir dari perwakilan pengunjukrasa.<br /><br />Habib Reza, Ketua Front Pembela Islam (FPI) Sulsel juga mengungkapkan jika ia siap mewakafkan dirinya demi pembubaran Ahmadiyah. Pasalnya Sulsel adalah daerah religius yang menghasilkan ulama besar seperti Syeh Yusuf. “ Sebelum kekuatan umat bergerak, kami minta Ahmadiyah segera dibubarkan,” tegasnya.<br /><br />Beberap hari sebelumnya, FUI mengadakan rapat yang diikuti 58 orang dari 18 organisasi islam. berdasarkan pertemuan yang diikuti 58 orang dari 18 organisasi Islam di Sulsel mendesak agar pemerintah pusat mengeluarkan kepres dan pemerintah daerah mengeluarkan perda pembubaran Ahmadiyah. <br /><br />Hoist Bahtiar, anggota DPRD Sulsel yang menerima aspirasi FUI mengatakan pihaknya siap menyampaikan aspirasi umat kepada pimpinan DPRD dan gubernur. Sementara itu, Amir Uskara, Ketua Umum PPP mengaku akan mendorong gubernur mengeluarkan peraturan gubernur untuk organisasi terlarang seperti Ahmadiyah.<br /><br />Sebanyak 18 organisasi Islam yang tergabung dalam FUI adalah, Majelis Ulama Indonesia, Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, Darul Da'wah Al Islami (DDI) AD, Hidayatullah, Komite Persiapan Penegakan Syariat Islam (KPPSI), Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), Front Pembela Islam (FPI), Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI), Wahdah Islamiyah, DDII, PMS, PUI, PII, IMM, BKMT, Majelis Mujahidin dan FPPU. <br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /></span>Berandamaohttp://www.blogger.com/profile/15300088152709797621noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6217473720661284559.post-18868724270853632742011-03-09T08:31:00.000-08:002011-11-24T08:41:11.107-08:00AKSI ANARKISME DI MAKASSAR BY ORDER<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEje8FGLi2pEMd41Q0D4ocrLnXkhoLtdJsAt8BUt_Ua5LxLJ8UKK-k4CdZPvVWRrMWdlEsHrbmcylcSuS8NtrL5OsgSmPbGI-LksrkIy4muQ2S2evhnCjvUH33erEGlLcsf4YFbk1eDtrHsd/s1600/aksi-kekerasan-mahasiswa-makassar-tertinggi-di-indonesia.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 320px; height: 193px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEje8FGLi2pEMd41Q0D4ocrLnXkhoLtdJsAt8BUt_Ua5LxLJ8UKK-k4CdZPvVWRrMWdlEsHrbmcylcSuS8NtrL5OsgSmPbGI-LksrkIy4muQ2S2evhnCjvUH33erEGlLcsf4YFbk1eDtrHsd/s320/aksi-kekerasan-mahasiswa-makassar-tertinggi-di-indonesia.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5678603292296250018" /></a><br />Aksi unjuk rasa di Makassar yang seringkali berujung pada aksi anarkis dan bentrokan, faktor-faktor yang melatar belakangi terjadinya aksi anarkis, peran media dan adanya pihak lain yang menjadi provokator atau peran polisi yang represif sebaga pemicu bentrokan dibincangkan seluruh Badan Eeksekutif Mahasiswa (BEM) se Makassar di Universitas Negeri Makassar (UNM), Selasa, (08/03).<br />Kapolda Sulawesi Selatan (Sul Sel), Irjen Polisi Johny Waenal Usman mengatakan, kegiatan unjuk rasa merupakan salah satu jalan untuk menyampaikan aspirasi. Tapi dalam pelaksanaannya perlu memperhatikan rambu-rambu yang telah ditetapkan.<br />Ketika ada aksi yang mulai menunjukkan tanda- tanda bakal berujung anarkis, polisi akan mengambil langkah dengan memberi peringatan pada peserta aksi, pimpinan, atau menghentikan kegiatan unjuk rasa.<br /><br /><span class="fullpost"><br />"Bisa juga dengan pembubaran, penangkapan, penahanan dan menyita barang bukti," tuturnya di depan para mahasiswa Makassar.<br />Kapolda menambahkan, aksi yang anarkis sebenarnya terjadi karena kurangnya pemahaman mahasiswa, juga akan merugikan mahasiswa sendiri. Pasalnya, simpati masyarakat akan berkurang. Sementara mahasiswa melakukan aksi unjuk rasa mengatasnamakan kepentingan publik dan meperjuangkan hak-hak rakyat.<br />Pendapat berbeda diungkapkan Koordinator Kontras Sulawesi, Suaib yang menilai penanganan polisi dalam setiap aksi unjuk rasa memang terlalu berlebihan. Bisa dibuktikan dengan banyaknya protap yang dikeluarkan oleh instansi kepolisian. Terkait dengan aksi anarkisme massa, hal tersebut masih diperdebatkan.<br />"Ada penafsiran sendiri dari pihak polisi dalam penanganan aksi unjuk rasa, padahal ada prosedur yang mengatur," tuturnya.<br />Suaib juga mengungkapkan kekhawatirannya dengan adanya Prosedur Tetap (Protap) tembak ditempat bagi pesera aksi anarkis yang dikeluarkan oleh polisi bisa disalahgunakan.<br />Sementara itu, Ketua BEM UNM, Bahtiar mengaku, pada setiap aksi unjuk rasa mahasiswa tak ingin berakhir dengan ricuh atau bentrokan. Ketika berdemo, mahasiswa selalu dianggap salah mengganggu keamanan.<br />"Padahal kami hanya memperjuangkan saudara kami, tukang becak orang tua kami yang petani," ujarnya.<br />Lebih lanjut Bahtiar mengatakan jika selama ini mahasiswa tak ingin berhadapan dengan polisi, apalagi sampai bentrok dengan polisi. "Kami juga sedih melihat bentrokan yang kerap terjadi,” pungkasnya.<br />Berbeda dengan Bahtiar, Aktivis HMI Sulselbar, La Ode Munandar mengaku kecewa dengan aksi unjuk rasa dan penangannya di Makassar. La ode meihat aksi yang terjadi merupakan orderan pihak-pihak tertentu yang memiliki kepentingan. Ia menyalahkan pihak polisi yang tak profesional dalam menangani aksi unjuk rasa. Apalagi hanya menangkap pelaku di jalanan.<br />"Mengapa pelaku yang merencanakan aksi tak ditangkap dan memutus mata rantainya," tukasnya dengan nada berapi-api<br /></span>Berandamaohttp://www.blogger.com/profile/15300088152709797621noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6217473720661284559.post-61614776963789248742010-10-30T06:39:00.000-07:002011-11-24T08:46:27.523-08:00MERAYAKAN KEABADIAN<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhl66D3rNy5Xkx6G1N__tvafC_iIcPUdD5GqCbPUiZ3ByDQcOmcVeeVg4RS9LdyQnO79Dq7KPRPqf7KTdeVw_b37J9G7FqNQk8O38NDnr_NkOJQ0j_FAx0c7j3UdJ8zHQ8XobzisJK5Duff/s1600/menulis-cerpen.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 320px; height: 240px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhl66D3rNy5Xkx6G1N__tvafC_iIcPUdD5GqCbPUiZ3ByDQcOmcVeeVg4RS9LdyQnO79Dq7KPRPqf7KTdeVw_b37J9G7FqNQk8O38NDnr_NkOJQ0j_FAx0c7j3UdJ8zHQ8XobzisJK5Duff/s320/menulis-cerpen.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5678604666447306818" /></a><br />“Menulislah untuk sebuah keabadian”<br /><br />Rasanya sudah lama sekali tak menulis, apalagi menggoreskan catatan perjalanan di ruang kecil ini. Setiap hari,Dari hati yang paling dalam ia berontak ingin menuangkan kata demi kata dari setiap langkahku. Namun, entah mengapa jemari ini begitu kuat untuk mengatakan tidak. Penolakan itu terjadi beberapa bulan hingga setahun lebih. Jadilah tahun 2009-2010 menjadi ruang kosong kreativitas dari menulis. Sedih rasanya. Oktober ini, keinginan itu kembali membuncah dan tak ada yang bisa menghalangiku. Jemari ini pun mulai setia, kembali bekerja menuliskan setiap apa yang aku ingin sampaikan. <br />Sejatinya aku tak berhenti menulis, setiap hari, setiap minggu, bulan yang terlewati selalu ada tulisan. Meskipun hanya menulis dalam pikiran, mendeskripsikannya secara detail dengan harapan suatu waktu bisa menjadi narasi yang indah. Kadang naluri ini seperti kehilangan sensitivitas, tak lagi sarat makna, dan kurang peduli terhadap realitas kehidupan ini. Semuanya terenggut oleh keinginan yang kuat untuk bisa belajar Bahasa Inggris di pelosok Jawa. Tepatnya di Desa Tulung rejo, Kecamatan Pare, kabupaten Kediri . Setiap harinya kuhabiskan waktuku bergelut dengan bahasa orang bule ini. <br /><br /><span class="fullpost"><br />Aku menamaninya perjuangan melawan kebodohan dalam berbahasa. Sejak dulu, keinginan untuk pintar dan menguasai lingua franca ini sangat besar. Tapi selalu saja tak terwujud. Hari-hari belajarku dimulai dari dari pukul 04.00 subuh, dilanjutkan dengan kelas pagi, siang, sore hingga kelas malam sampai jam 22.00 malam. Sebagai orang awam, rasanya kepala ini mau pecah dan tubuh ini selalu berontak minta istirahat. Namun, begitu banyak harapan yang kubawa ke kampung ini mengalahkan semuanya. Harapan untuk bisa menjadi cerdas dalam berbahasa Inggris dan bisa menularkan pada orang lain. Kuakui ini tak mudah namun harapan orang-orang yang mendukungku selama ini begitu besar. Malu rasanya ketika suatu saat aku kembali, bahasa ini tak mampu aku kuasai dan aplikasikan. Ingin juga sebenarnya pulang dan bisa masuk zona nyaman seperti teman-teman lain. Namun, itu tadi, serasa malu jika ilmu ini tak bermanfaat. Apalagi harapan orangtuaku, keluargaku dan teman-teman yang sangat besar padaku, suatu waktu menjadi orang yang bisa membangun peradaban. Begitu banyak hal yang mesti aku korbankan. Makanya sejak meninggalkan Makassar, semua aktivitas sehari-hari aku fokuskan memelajari bahasa ini, mulai dari vocabulary, listening, speaking, pronounciation,dan reading.<br />Jelang November rasanya aku ingin memulai kembali mengabadikan diriku. Memotret setiap peristiwa dan menarasikannya dalam sebuah karya. Mengasah sensitivitas yang hampir hilang, mengikat makna, memerjuangkan kebebasan berfikir, mengabadikan setiap cerita, atau gambar dalam sebuah bahasa tulis. Mari merayakan keabadian.<br /><br />Mammiri, 30 oktober 2010<br /> <br /></span>Berandamaohttp://www.blogger.com/profile/15300088152709797621noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6217473720661284559.post-21743714408089282662009-11-08T05:41:00.000-08:002011-11-24T08:49:31.899-08:00Rindu Pulang<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjojMcoy0_nBGLNYLquHJPkk7sSOjWMsM-hhMkbjKzGYAYIE1OEZI4TPUZy-ZMrw1AbpQouywMjTI6zUL4Te1uQwYa2xUpfyKDXMGrMdfoauNXMCBtaaGttxTk8qDLZTVM6Fe-Cn0H0DxI7/s1600/go_home_by_takunarrosid.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 320px; height: 198px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjojMcoy0_nBGLNYLquHJPkk7sSOjWMsM-hhMkbjKzGYAYIE1OEZI4TPUZy-ZMrw1AbpQouywMjTI6zUL4Te1uQwYa2xUpfyKDXMGrMdfoauNXMCBtaaGttxTk8qDLZTVM6Fe-Cn0H0DxI7/s320/go_home_by_takunarrosid.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5678605461750092066" /></a><br />Rasanya sudah lama<br />Aku rindu Pulang<br />aku mencintai Penciptaku, ragaku, mimpiku<br />pulang, mungkin suatu ketika<br />pare, Nop 09<br /><br /><br /><span class="fullpost"><br /><br /><br /></span>Berandamaohttp://www.blogger.com/profile/15300088152709797621noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6217473720661284559.post-36512918685578116282009-06-16T11:05:00.000-07:002011-11-24T08:52:21.334-08:00KEPEMIMPINAN DAN INDONESIA BARU<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgNY3pZRPKsdrHMlTQWAefGHTGUOkhMdzZs_dAlnwCCEmo9jw1Zpdj7GNaHqKU67R523sBOvOWqfw2WlRTmfcKUFH-AUEaajJlapoSyrnE3Gg9U9IqP9mg-RY1bMv1ktftVYHeeXfURcwhY/s1600/presiden-indonesia11.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 320px; height: 236px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgNY3pZRPKsdrHMlTQWAefGHTGUOkhMdzZs_dAlnwCCEmo9jw1Zpdj7GNaHqKU67R523sBOvOWqfw2WlRTmfcKUFH-AUEaajJlapoSyrnE3Gg9U9IqP9mg-RY1bMv1ktftVYHeeXfURcwhY/s320/presiden-indonesia11.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5678606174741916626" /></a> Indonesia adalah negara yang berdaulat berdasarkan hasil proklamasi 1945. Menjadi negara merdeka dan bebas dari penjajahan asing adalah cita-cita luhur. Itulah yang mengilhami para pemimpin untuk memulai langkah baru menjadikan nusantara ini sebagai Indonesia. Kemerdekaan yang dirintis para Faunding Father bangsa ini merupakan sebuah langkan untuk membangun tatanan baru dalam keindonesiaan. <br /><br /> Sejarah mencatat bagaimana pola kepemimpinan para pendahulu kita untuk merintis terwujudnya sebuah indonesia. Lalu dengan keberanian para pemimpin itu kemudian berani meyatakan diri bebas dari belenggu penjajahan bangsa asing. Lihat saja Sukarno yang berani menolak masuknya neoliberialisme ke dalam bangsa ini. <br /><br /> Sekadar mengingat kembali akibat lemahnya pemimpin, 350 tahun lamanya bangsa ini berada dalam kungkungan bangsa asing. Penjajahan kompeni dan pemerintah Belanda pada masa itu menyebabkan bangsa Indonesia kehilangan kemerdekaannya, kemandirian, kedaulatan politik, hukum dan ekonomi. Pasalnya, kebutuhan akan pasar rempah-rempah dan hasil bumi di Eropa, menuntut pihak perusahaan multinasional Vereenigde Ost-Indische Compagnie (VOC) untuk menguasai dan menguras bangsa ini. Pertanyaan mendasar adalah mengapa sebuah perusahaan mampu menjajah Indonesia. Jawabnya karena saat itu tidak semua raja atau penguasa melakukan perlawanan terhadap kaum imprealisme tersebut. Akibat dari penjajahan tersebut, secara struktur mental anak bangsa mengalami keruntuhan. <br /><br /><span class="fullpost"><br /> Memang kini Indonesia telah merdeka, namun permasalahan krisis kepemimpinan, kemiskinan, kesejahteraan rakyat, korupsi dan terbelakang dari bangsa lain menjadi catatan harian yang mengisi keseharian bangsa ini. Krisis kepemimpinan dan multidimensi yang berkepanjangan membuat jumlah rakyat miskin makin meningkat setiap tahun. Survey Bank Dunia menunjukkan penduduk miskin di Indonesia tetap di atas 100 juta orang atau 42,6% dari jumlah penduduk 236,4 juta jiwa pada tahun 2007. Ironisnya, pada kondisi bangsa yang terpuruk saat ini, pejabat pemerintah membodohi rakyat dengan kebijakan kerjasama dengan luar negeri. Namun, hakekatnya adalah hutang yang membuat pemerintah menganggarkan pada APBN dengan nilai paling besar. <br /><br /> Bangsa ini adalah bangsa yang kaya. Sumber daya alam yang melimpah dengan keanekaragaman hayati nomor satu di dunia. Sumber daya hutan, tambang emas, batu bara, minyak, perikanan dan sebagainya. Bahkan, karena kekayaan alamnya, bangsa ini disebut sebagai megabiodiversity. Kekayaan sumber daya alam yang melimpah tersebut menarik minta asing untuk menanamkan modalnya. Indonesia kemudian menjadi surga emas pemodal asing. Maka beramai-ramailah pengusaha kelas dunia datang ke Indonesia. Lalu terjadilah perselingkuhan antara pengusaha dan penguasa. Landasan utamanya pun adalah kepentingan materi.<br /><br /> Terlebih lagi, cengkraman globalisasi yang disokong oleh Internacional Monetary Found (IMF) ,World Trade Organization (WTO) dan World Bank membuat negara dunia ketiga, termasuk Indonesia tidak berkutik. Merekalah yang menetukan arah kebijakan, memberikan hutang yang dikemas dalam bentuk bantuan, lalu mengucilkan negara yang berani melawan. Ketiga lembaga internasional dalam menjalankan programnya mengacu pada Konsensus Washington. Yang isinya mendukung perdagangan bebas, liberalisasi pasar modal, nilai tukar mengambang dan lain-lain. Pada intinya keberpihakan pada pasar dan kepentingan pemodal menjadi bagian penting dalam konsensus ini. Sampai 2009 ini utang sudah mencapai kurang lebih 1 trilyun. Artinya ini lebih besar dari prndapatan bangsa setiap tahun.<br /><br /> Korporasi asing pun berdatangan dan menanamkan investasi di Inodonesia. Kebijakan Presiden Soeharto saat Orde Baru berkuasa membuka pintu bagi pemodal asing secara lebar. Mulailah sumber daya alam bangsa ini dikeruk dan dikuasai oleh pihak asing. Misalnya saja ladang minyak, perusahaan sebesar Caltex mampu menguasai 70 % produksi minyak di Indonesia. Lalu dengan regulasi yang baru, pemerintah hanya mendapat 10 % ladang minyak dikelola. Sisanya untuk pihak swasta. Begitu pula yang terjadi di Blok Natuna, gas alam pada lokasi itu dikuasai 100 % oleh Exxon. Lucunya Indonesia hanya bisa gigit jari karena tidak mendapat apa-apa. Sementara itu, kontrak karya Freeport yang dimulai tahun 1971 baru akan berakhir tahun 2041. Saat itu pemerintah hanya mendapat royalty 1-3,5 %, ditambah dengan pajak deviden. Jadi totalnya hanya 479 juta US$. <br /><br /> Freeport sendiri akan menerima 1,5 milyar US$. Penghasilan kotor dari emas 200.000 ons atau sekitar Rp 1,6 triliun sehari, Rp 48 triliun/bulan, Rp 576 triliun pertahun selama 50 tahun ke depan, akan melayang. Lain halnya dengan persoalan ilegal logging, ilegal fishing dan ekspor pasir ke Singapura. Dari pasir saja, negara dirugikan Rp 59 trilyun. <br /><br /> Kehilangan tanah negeri mungkin akan terjadi pada rakyat bangsa ini. Pasalnya pemerintah begitu murahan menjual kekayaan alam bangsa ini. Tak hanya itu, akibat privatisasi BUMN, Satelit Palapa, BNI 46, Garuda dan berbagai PTPN telah menjadi milik korporast asing. Perselingkuhan antara penguasa dan pemodal yang rela mengorbankan nasib rakyat bukan lagi hal lumrah di negeri ini. Apalagi pemerintah melalui undang-undang no 25 tahun 2007 dan peraturan presiden nomor 77 tahun 2007 membuka peluang asing untuk berinvestasi di negeri ini melalui kepemilikan modal. Misalnya saja pihak asing diberi kebolehan memiliki modal 95 % pada bidang energi dan sumber daya alam, bidang usaha, pekerjaan umum, dan sektor pertanian <br />Di saat kondisi bangsa yang sedang carut-marut seperti ini. Korupsi di gedung dewan masih merajalela.<br /> <br /> Anggota dewan yang seharusnya dipercaya mewakili rakyat dan mengaspirasikan suara kaum papah tak banyak berbuat. Sama halnya dengan penegak hukum, saat kemiskinan semakin meningkat, milyaran rupiah habis dikorupsi demi kepentingan pribadi dan memuluskan para pemodal asing masuk ke bangsa ini. Jadi kita tak perlu heran jika Indonesia termasuk salah satu negara terkorup di dunia.<br />Persoalan Indonesian memang telah menjadi impian bangsa yang seutuhnya. Pasalnya penjajahan model bersenjata seperti zaman Belanda dulu kini tidak ada lagi. Melainkan lewat jerat kapitalisme global. Itulah yang mejadikan bangsa ini tak akan pernah merdeka. Lalu, apakah yang dibutuhkan oleh generasi bangsa untuk keluar dari penjajahan model baru tersebut. Keberanian, dan tidak menjadi budak – budak kekuasaan adalah salah satu jalan. Mungin bangsa kita akan menjadi bagian dari negara seperti Kuba, Argentina, Venezuela, Malaysia dan Chile yang berani melawan kepentingan negara adidaya dalam mengintervensi bangsanya. <br /> <br /> Hal ini penting, sebab masa depan bangsa ini berada di tangan generasi muda yang memiliki kepemimpinan tangguh, kritis, dan optimis. <br /><br />Berani Meretas jalan baru<br /><br /> Dengan permasalahan yang segudang tersebut, bangsa ini kemudian memerlukan jalan baru (poros perubahan) dan meretas sesuatu yang masih membelenggu. Dalam artian bangsa ini memerlukan pemimpin yang mampu membawa Indonesia keluar dari krisis yang berkepanjangan. Terkait dengan hal itu ini adalah momentum yang tepat untuk menjalin komitmen bangsa ini akan keluar dari krisis. Sebab pemilu presiden yang sedang berlangsung saat ini menjadi tolak ukur masa depan bangsa. Setidaknya lima tahun ke depan arah kebijakan pemerintah menghasilkan sesuatu yang bermanfaat buat bangsa. Momentum pemilihan presiden kali ini cukup berharga, pasalnya tiga calon yang maju pada pilpres mengusung visi misi yang berbeda. Meskipun pada dasarnya mengklaim untuk kesejahterakan rakyat. <br /> <br /> Persoalan yang dihadapi bangsa ini seperti di atas menjadi semakin rumit dengan sikap para kandidiat calon presiden. Mereka lebih sibuk dengan mencari sensani dan saling sindir yang tak jelas juntrungannya. Sebenarnya rakyat tak berharap banyak dari janji-janji para calon. Sebab mereka juga belum tentu yakin akan janji tersebut akan ditepati. Namun keinginan untuk menjadikan indonesia negara yang betul-betul merdeka ada pada para calon presiden ini. Kita tahu Megawati-Prabowo datang dengan mengandalkan ekonomi kerakyatan dan membangun kesadaran rakyat melalui upaya menghapus UU BHP. Begitu juga dengan SBY-Budiono yang terus berupaya menghapus jejak atas isu antek neolib. Lalu ada juga Jusuf Kalla-Wiranto yang berupaya menarik simpati dengan isu kemandirian bangsa. Tidak menjadikan tangan di bawah melainkan tangan di atas. <br /> <br /> Ketiga capres ini pada dasarnya setali tiga uang. Artinya apa, ada kesamaan yang tak bisa dipisahkan, yaitu sama-sama berjanji akan membawa indonesia ke jalan baru. Namun, mereka berada pada jalur yang berbeda. Pada siapa jalan baru tersebut kita percayakan. Hanya anda sendiri yang lebih tahu. Tapi yang pasti, untuk meretas jalan baru dan keluar dari belengggu bangsa kita butuh pemimpin yang berani. Hanya keberanian yang menjadikan seorang pemimpin ada. Setelah itu, mungkin kita baru merasakan indonesia baru yang seutuhnya.<br /><br /><br />Ismawan As<br />Aktivis Kammi<br /><br /></span>Berandamaohttp://www.blogger.com/profile/15300088152709797621noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6217473720661284559.post-18313512258673390752009-06-03T18:37:00.000-07:002010-08-01T04:09:00.796-07:00EMAIL PRITA MEMBAWA SENGSARA<div style="text-align: left;"><br /></div>Dua hari ini media dihebohkan oleh kasus penahanan <a href="http://www.detiknews.com/read/2009/06/03/160717/1142159/10/prita-mulyasari-bebas-dari-penjara">Prita Mulyasari</a>. Seorang korban yang dianggap melakukan <a href="http://www.scribd.com/doc/2362550/UU-ITE">pelanggaran UU ITE</a>. Kasus ibu dua anak ini sebenarnya hanya kasus biasa saja. Mengirim email, lalu diposting ke milis dan kemudian tersebar luas. Namun, ranah private yang masuk ke public tersebut membuat geram pihak rumah sakit yang merasa namanya tercemar.<br /><br />Inilah awal kasus itu dimulai. Meskipin kini Prita Mulyasari ditahan sejak 13 Mei 2009 di LP Wanita Tangerang, Banten dan harus menghadapi p<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjDSIntLa0Q23FvKMZTvO1M7BLmpncYfopKxL1AcfOhIiQc7Zyc4AiqxV01KRtxe6pTvTMEG0JCtw6FSbRWrjSeFIj6goVtNy4nMlZUlxTF87RvEbYCdY69GJMVndJFivpse9P5RWIuQ61F/s1600-h/prita.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 200px; height: 266px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjDSIntLa0Q23FvKMZTvO1M7BLmpncYfopKxL1AcfOhIiQc7Zyc4AiqxV01KRtxe6pTvTMEG0JCtw6FSbRWrjSeFIj6goVtNy4nMlZUlxTF87RvEbYCdY69GJMVndJFivpse9P5RWIuQ61F/s320/prita.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5343283440426013906" border="0" /></a>ersidangan pidana telah bebas ( tahana kota). Dia dijerat Pasal 27 Undang-Undang nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.<br /><br />Inilah isi lengkap email Prita Mulyasari yang dimuat di surat pembaca detik pada Sabtu, 30/08/2008 11:17 WIB dengan judul RS Omni Dapatkan Pasien dari Hasil Lab Fiktif<br /><br />Jakarta - Jangan sampai kejadian saya ini akan menimpa ke nyawa manusia lainnya. Terutama anak-anak, lansia, dan bayi. Bila anda berobat berhati-hatilah dengan kemewahan rumah sakit (RS) dan title international karena semakin mewah RS dan semakin pintar dokter maka semakin sering uji coba pasien, penjualan obat, dan suntikan.<br /><br />Saya tidak mengatakan semua RS international seperti ini tapi saya mengalami kejadian ini di RS Omni International. Tepatnya tanggal 7 Agustus 2008 jam 20.30 WIB. Saya dengan kondisi panas tinggi dan pusing kepala datang ke RS OMNI Internasional dengan percaya bahwa RS tersebut berstandard International, yang tentunya pasti mempunyai ahli kedokteran dan manajemen yang bagus.<br /><br />Saya diminta ke UGD dan mulai diperiksa suhu badan saya dan hasilnya 39 derajat. Setelah itu dilakukan pemeriksaan darah dan hasilnya adalah thrombosit saya 27.000 dengan kondisi normalnya adalah 200.000. Saya diinformasikan dan ditangani oleh dr Indah (umum) dan dinyatakan saya wajib rawat inap. dr I melakukan pemeriksaan lab ulang dengan sample darah saya yang sama dan hasilnya dinyatakan masih sama yaitu thrombosit 27.000.<br /><br /><span class="fullpost"><br />dr I menanyakan dokter specialist mana yang akan saya gunakan. Tapi, saya meminta referensi darinya karena saya sama sekali buta dengan RS ini. Lalu referensi dr I adalah dr H. dr H memeriksa kondisi saya dan saya menanyakan saya sakit apa dan dijelaskan bahwa ini sudah positif demam berdarah.<br /><br />Mulai malam itu saya diinfus dan diberi suntikan tanpa penjelasan atau izin pasien atau keluarga pasien suntikan tersebut untuk apa. Keesokan pagi, dr H visit saya dan menginformasikan bahwa ada revisi hasil lab semalam. Bukan 27.000 tapi 181.000 (hasil lab bisa dilakukan revisi?). Saya kaget tapi dr H terus memberikan instruksi ke suster perawat supaya diberikan berbagai macam suntikan yang saya tidak tahu dan tanpa izin pasien atau keluarga pasien.<br /><br />Saya tanya kembali jadi saya sakit apa sebenarnya dan tetap masih sama dengan jawaban semalam bahwa saya kena demam berdarah. Saya sangat khawatir karena di rumah saya memiliki 2 anak yang masih batita. Jadi saya lebih memilih berpikir positif tentang RS dan dokter ini supaya saya cepat sembuh dan saya percaya saya ditangani oleh dokter profesional standard Internatonal.<br /><br />Mulai Jumat terebut saya diberikan berbagai macam suntikan yang setiap suntik tidak ada keterangan apa pun dari suster perawat, dan setiap saya meminta keterangan tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan. Lebih terkesan suster hanya menjalankan perintah dokter dan pasien harus menerimanya. Satu boks lemari pasien penuh dengan infus dan suntikan disertai banyak ampul.<br /><br />Tangan kiri saya mulai membengkak. Saya minta dihentikan infus dan suntikan dan minta ketemu dengan dr H. Namun, dokter tidak datang sampai saya dipindahkan ke ruangan. Lama kelamaan suhu badan saya makin naik kembali ke 39 derajat dan datang dokter pengganti yang saya juga tidak tahu dokter apa. Setelah dicek dokter tersebut hanya mengatakan akan menunggu dr H saja.<br /><br />Esoknya dr H datang sore hari dengan hanya menjelaskan ke suster untuk memberikan obat berupa suntikan lagi. Saya tanyakan ke dokter tersebut saya sakit apa sebenarnya dan dijelaskan saya kena virus udara. Saya tanyakan berarti bukan kena demam berdarah. Tapi, dr H tetap menjelaskan bahwa demam berdarah tetap virus udara. Saya dipasangkan kembali infus sebelah kanan dan kembali diberikan suntikan yang sakit sekali.<br /><br />Malamnya saya diberikan suntikan 2 ampul sekaligus dan saya terserang sesak napas selama 15 menit dan diberikan oxygen. Dokter jaga datang namun hanya berkata menunggu dr H saja.<br /><br />Jadi malam itu saya masih dalam kondisi infus. Padahal tangan kanan saya pun mengalami pembengkakan seperti tangan kiri saya. Saya minta dengan paksa untuk diberhentikan infusnya dan menolak dilakukan suntikan dan obat-obatan.<br /><br />Esoknya saya dan keluarga menuntut dr H untuk ketemu dengan kami. Namun, janji selalu diulur-ulur dan baru datang malam hari. Suami dan kakak-kakak saya menuntut penjelasan dr H mengenai sakit saya, suntikan, hasil lab awal yang 27.000 menjadi revisi 181.000 dan serangan sesak napas yang dalam riwayat hidup saya belum pernah terjadi. Kondisi saya makin parah dengan membengkaknya leher kiri dan mata kiri.<br /><br />dr H tidak memberikan penjelasan dengan memuaskan. Dokter tersebut malah mulai memberikan instruksi ke suster untuk diberikan obat-obatan kembali dan menyuruh tidak digunakan infus kembali. Kami berdebat mengenai kondisi saya dan meminta dr H bertanggung jawab mengenai ini dari hasil lab yang pertama yang seharusnya saya bisa rawat jalan saja. dr H menyalahkan bagian lab dan tidak bisa memberikan keterangan yang memuaskan.<br /><br />Keesokannya kondisi saya makin parah dengan leher kanan saya juga mulai membengkak dan panas kembali menjadi 39 derajat. Namun, saya tetap tidak mau dirawat di RS ini lagi dan mau pindah ke RS lain. Tapi, saya membutuhkan data medis yang lengkap dan lagi-lagi saya dipermainkan dengan diberikan data medis yang fiktif.<br /><br />Dalam catatan medis diberikan keterangan bahwa bab (buang air besar) saya lancar padahal itu kesulitan saya semenjak dirawat di RS ini tapi tidak ada follow up-nya sama sekali. Lalu hasil lab yang diberikan adalah hasil thrombosit saya yang 181.000 bukan 27.000.<br /><br />Saya ngotot untuk diberikan data medis hasil lab 27.000 namun sangat dikagetkan bahwa hasil lab 27.000 tersebut tidak dicetak dan yang tercetak adalah 181.000. Kepala lab saat itu adalah dr M dan setelah saya komplain dan marah-marah dokter tersebut mengatakan bahwa catatan hasil lab 27.000 tersebut ada di Manajemen Omni. Maka saya desak untuk bertemu langsung dengan Manajemen yang memegang hasil lab tersebut.<br /><br />Saya mengajukan komplain tertulis ke Manajemen Omni dan diterima oleh Og(Customer Service Coordinator) dan saya minta tanda terima. Dalam tanda terima tersebut hanya ditulis saran bukan komplain. Saya benar-benar dipermainkan oleh Manajemen Omni dengan staff Og yang tidak ada service-nya sama sekali ke customer melainkan seperti mencemooh tindakan saya meminta tanda terima pengajuan komplain tertulis.<br /><br />Dalam kondisi sakit saya dan suami saya ketemu dengan Manajemen. Atas nama Og (Customer Service Coordinator) dan dr G (Customer Service Manager) dan diminta memberikan keterangan kembali mengenai kejadian yang terjadi dengan saya.<br /><br />Saya benar-benar habis kesabaran dan saya hanya meminta surat pernyataan dari lab RS ini mengenai hasil lab awal saya adalah 27.000 bukan 181.000. Makanya saya diwajibkan masuk ke RS ini padahal dengan kondisi thrombosit 181.000 saya masih bisa rawat jalan.<br /><br />Tanggapan dr G yang katanya adalah penanggung jawab masalah komplain saya ini tidak profesional sama sekali. Tidak menanggapi komplain dengan baik. Dia mengelak bahwa lab telah memberikan hasil lab 27.000 sesuai dr M informasikan ke saya. Saya minta duduk bareng antara lab, Manajemen, dan dr H. Namun, tidak bisa dilakukan dengan alasan akan dirundingkan ke atas (Manajemen) dan berjanji akan memberikan surat tersebut jam 4 sore.<br /><br />Setelah itu saya ke RS lain dan masuk ke perawatan dalam kondisi saya dimasukkan dalam ruangan isolasi karena virus saya ini menular. Menurut analisa ini adalah sakitnya anak-anak yaitu sakit gondongan namun sudah parah karena sudah membengkak. Kalau kena orang dewasa laki-laki bisa terjadi impoten dan perempuan ke pankreas dan kista.<br /><br />Saya lemas mendengarnya dan benar-benar marah dengan RS Omni yang telah membohongi saya dengan analisa sakit demam berdarah dan sudah diberikan suntikan macam-macam dengan dosis tinggi sehingga mengalami sesak napas. Saya tanyakan mengenai suntikan tersebut ke RS yang baru ini dan memang saya tidak kuat dengan suntikan dosis tinggi sehingga terjadi sesak napas.<br /><br />Suami saya datang kembali ke RS Omni menagih surat hasil lab 27.000 tersebut namun malah dihadapkan ke perundingan yang tidak jelas dan meminta diberikan waktu besok pagi datang langsung ke rumah saya. Keesokan paginya saya tunggu kabar orang rumah sampai jam 12 siang belum ada orang yang datang dari Omni memberikan surat tersebut.<br /><br />Saya telepon dr G sebagai penanggung jawab kompain dan diberikan keterangan bahwa kurirnya baru mau jalan ke rumah saya. Namun, sampai jam 4 sore saya tunggu dan ternyata belum ada juga yang datang ke rumah saya. Kembali saya telepon dr G dan dia mengatakan bahwa sudah dikirim dan ada tanda terima atas nama Rukiah.<br /><br />Ini benar-benar kebohongan RS yang keterlaluan sekali. Di rumah saya tidak ada nama Rukiah. Saya minta disebutkan alamat jelas saya dan mencari datanya sulit sekali dan membutuhkan waktu yang lama. LOgkanya dalam tanda terima tentunya ada alamat jelas surat tertujunya ke mana kan? Makanya saya sebut Manajemen Omni pembohon besar semua. Hati-hati dengan permainan mereka yang mempermainkan nyawa orang.<br /><br />Terutama dr G dan Og, tidak ada sopan santun dan etika mengenai pelayanan customer, tidak sesuai dengan standard international yang RS ini cantum.<br /><br />Saya bilang ke dr G, akan datang ke Omni untuk mengambil surat tersebut dan ketika suami saya datang ke Omni hanya dititipkan ke resepsionis saja dan pas dibaca isi suratnya sungguh membuat sakit hati kami.<br /><br />Pihak manajemen hanya menyebutkan mohon maaf atas ketidaknyamanan kami dan tidak disebutkan mengenai kesalahan lab awal yang menyebutkan 27.000 dan dilakukan revisi 181.000 dan diberikan suntikan yang mengakibatkan kondisi kesehatan makin memburuk dari sebelum masuk ke RS Omni.<br /><br />Kenapa saya dan suami saya ngotot dengan surat tersebut? Karena saya ingin tahu bahwa sebenarnya hasil lab 27.000 itu benar ada atau fiktif saja supaya RS Omni mendapatkan pasien rawat inap.<br /><br />Dan setelah beberapa kali kami ditipu dengan janji maka sebenarnya adalah hasil lab saya 27.000 adalah fiktif dan yang sebenarnya saya tidak perlu rawat inap dan tidak perlu ada suntikan dan sesak napas dan kesehatan saya tidak makin parah karena bisa langsung tertangani dengan baik.<br /><br />Saya dirugikan secara kesehatan. Mungkin dikarenakan biaya RS ini dengan asuransi makanya RS ini seenaknya mengambil limit asuransi saya semaksimal mungkin. Tapi, RS ini tidak memperdulikan efek dari keserakahan ini.<br /><br />Sdr Og menyarankan saya bertemu dengan direktur operasional RS Omni (dr B). Namun, saya dan suami saya sudah terlalu lelah mengikuti permainan kebohongan mereka dengan kondisi saya masih sakit dan dirawat di RS lain.<br /><br />Syukur Alhamdulilah saya mulai membaik namun ada kondisi mata saya yang selaput atasnya robek dan terkena virus sehingga penglihatan saya tidak jelas dan apabila terkena sinar saya tidak tahan dan ini membutuhkan waktu yang cukup untuk menyembuhkan.<br /><br />Setiap kehidupan manusia pasti ada jalan hidup dan nasibnya masing-masing. Benar. Tapi, apabila nyawa manusia dipermainkan oleh sebuah RS yang dipercaya untuk menyembuhkan malah mempermainkan sungguh mengecewakan.<br /><br />Semoga Allah memberikan hati nurani ke Manajemen dan dokter RS Omni supaya diingatkan kembali bahwa mereka juga punya keluarga, anak, orang tua yang tentunya suatu saat juga sakit dan membutuhkan medis. Mudah-mudahan tidak terjadi seperti yang saya alami di RS Omni ini.<br /><br />Saya sangat mengharapkan mudah-mudahan salah satu pembaca adalah karyawan atau dokter atau Manajemen RS Omni. Tolong sampaikan ke dr G, dr H, dr M, dan Og bahwa jangan sampai pekerjaan mulia kalian sia-sia hanya demi perusahaan Anda. Saya informasikan juga dr H praktek di RSCM juga. Saya tidak mengatakan RSCM buruk tapi lebih hati-hati dengan perawatan medis dari dokter ini.<br /></span>Berandamaohttp://www.blogger.com/profile/15300088152709797621noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6217473720661284559.post-76055978992437402642009-06-01T08:17:00.000-07:002009-06-01T08:49:03.256-07:00“Manohara”, Drama Heboh Dua NegaraKASUS MANOHARA – Berlarut-larutnya kasus Manohara menjadi drama yang tiada habisnya. Drama Manohara yang <a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgGvylum6TGlL_-uHaol1Db70Qof1Q5UGvzmb3mgSUs6kXSBwEH5pJ8Q-YQlW5RrQc4UUeGDCYOn0minWiixyV72uicD64YnIUyKQZs3zywbJNKtg2_NOqs-orHD2zaFLP33a95X4jxxJaA/s1600-h/images2.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 127px; height: 169px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgGvylum6TGlL_-uHaol1Db70Qof1Q5UGvzmb3mgSUs6kXSBwEH5pJ8Q-YQlW5RrQc4UUeGDCYOn0minWiixyV72uicD64YnIUyKQZs3zywbJNKtg2_NOqs-orHD2zaFLP33a95X4jxxJaA/s320/images2.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5342385551145764002" border="0" /></a><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg-ypaqtZsXvVEIzLBX0yYFTfencEBOAPZZqw8I9BSPXW0sq30_SlKgZPNfap0b7uSpuy32vrenZE4Q98m3jacOwWerZNzaoN0uOW4nAoUpKUztRy1F7qLT9BiFhuG7-KWurswtnfJ7JqBw/s1600-h/images.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 138px; height: 173px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg-ypaqtZsXvVEIzLBX0yYFTfencEBOAPZZqw8I9BSPXW0sq30_SlKgZPNfap0b7uSpuy32vrenZE4Q98m3jacOwWerZNzaoN0uOW4nAoUpKUztRy1F7qLT9BiFhuG7-KWurswtnfJ7JqBw/s320/images.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5342385545297467314" border="0" /></a><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEghaw6hcnC6Z9me4fyK-9eXOZoRuEgE_8sEYAy6dmOJmjI4_bcXasR9GJlBYr0-t03Zk1zmNPVioppHFtb4Xv72OHidRzpDaDteKhOyLm-uKHikK3MXH0vc1Xb1TOjscpITdtMcCjp8Ydlw/s1600-h/images1.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 186px; height: 125px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEghaw6hcnC6Z9me4fyK-9eXOZoRuEgE_8sEYAy6dmOJmjI4_bcXasR9GJlBYr0-t03Zk1zmNPVioppHFtb4Xv72OHidRzpDaDteKhOyLm-uKHikK3MXH0vc1Xb1TOjscpITdtMcCjp8Ydlw/s320/images1.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5342385557294924098" border="0" /></a>menghebohkan 2 negara itu ternyata telah membuat marah seluruh keluarga kerajaan Kelantan, Malaysia marah. Ibarat karena tinta setitik rusak susu sebelanga, seluruh keluarga kerajaan merasa tercoreng karena kasus ini.<br /><br />“Mereka marah, kecewa. Macam seluruh negeri Kelantan saja yang bersalah,” kata perwakilan dari pihak Kelantan, Dato’ Kadar Shah dalam jumpa pers di Hotel Hyatt, Jl MH Thamrin, Jakarta Pusat, Selasa (26/5/2009).<br /><br />Meski begitu, Dato’ berpendapat bahwa keluarga kerajaan harus turut tanggung jawab. Sebab dalam sebuah keluarga, jika satu anggotanya melakukan kelalaian anggota yang lain punya kewajiban mengingatkan.<br /><br /><span class="fullpost"><br /><br />“Tapi mereka juga harus bertanggung jawab. Seharusnya mereka ikut mengingatkan,” kata Dato’ yang sudah biasa berkunjung ke Indonesia ini.<br /><br />Karena terdorong rasa ikut bertanggung jawab itulah dirinya selaku orang yang dekat dengan kerabat kerajaan menawarkan untuk ikut andil mencari solusi. Dia bersedia menjadi perantara antara kerajaan dengan keluarga Manohara.<br /><br />Menurut Dato’, urusan dua keluarga ini sebenarnya bukan hal yang luar biasa. Karena itu tidak patut rasanya jika sampai berlarut-larut dan membawa-bawa nama 2 negara yang saling berhubungan baik.<br /><br />“Saya risau bahwa hal yang begitu kecil jadi bersifat internasional. Sebagai warga negara Malaysia saya tidak senang,” kata Dato’.<br /><br />Dato’ juga menyesalkan sikap Tengku Fahry yang membiarkan orang luar turut andil sebagai jubir bagi kerajaan menyangkut masalah ini. Hal itu menurutnya justru memperkeruh suasana.<br /><br />“Kelemahan Tengku adalah dia benarkan orang luar seperti Ihsan dan Sobri sebagai spokesman. Tapi kalau dia bilang ke saya, dia tidak membenarkan mereka. Tapi kalau mereka tidak dibenarkan, masa mereka berani banyak cakap dengan leluasa?” pungkas Dato’. (sho/anw/detikcom/rakyat demokrasi)<br /><br /><br /></span>Berandamaohttp://www.blogger.com/profile/15300088152709797621noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6217473720661284559.post-73898118809318644892009-05-17T18:07:00.000-07:002009-05-17T18:08:15.276-07:00nilai - nilai penelitian0 5 10 15 20<br />30,33333 29,33333 28,33333 27,66667 26,66667<br /><br />30,66667 31 31,66667 31,66667 32,33333 <br /><br /><br /><span class="fullpost"><br /><br /><br /></span>Berandamaohttp://www.blogger.com/profile/15300088152709797621noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6217473720661284559.post-57779514831508039562009-05-12T14:53:00.000-07:002009-05-12T15:26:55.377-07:00BERURUSAN DENGAN BIROKRASI 1Berurusan dengan birokrasi adalah pekerjaan paling membosankan, setidaknya inilah yang aku rasakan untuk saat ini. Seringkali aku berhadapan dengan birokrasi, namun tak banyak perubahan. Ujung-ujungnya dipersulit agar setiap masyarakat merasa jengah dan membayar jadi solusi terakhir. Sebenarnya hal seperti itu mungkin hanya akal-akalan para birokrat agar warga ini susah. Jadi untuk membuatnya lebih muda, ya ujung-ujungnya mesti dibayar.<br />Dua hari ini aku kembali berurusan dengan birokras. Tepatnya di sebuah kelurahan di Makassar. Ini terkait dengan penggantian nama kartu keluarga yang salah cetak. Nah, setelah sampai di kelurahan. Pegawai kelurahan memintaku menemui seorang perempuan tua (kira-kira 40 an). Dia ternyata adala pegawai yang mengurusi masalah kependudukan. Matanya sipit, makin kelihatan jika pegawai itu cukup rabun dilihat dari kacamatanya yang tebal.<br /><br /><span class="fullpost"><br />Tak lama kemudian aku cerita tentang keinginanku mengganti kartu keluarga yang salah cetak. Namun, pegawai itu tak banyak bereaksi. Ia lalu meminta kartu pbb. Kebetulan kartu yang ia minta tak ada. Disiniah ia mulai acuh tak acuh. Sepertinya ia mau mempersulit.<br />Aku masih tetap bertahan untuk kartu ini diuruskan. Mungkin karena aku terlihat panik setelah ia minta surat pengantr dari rt, rw dan kelwngkapan lainnya. Maka ia minta dia saja yang urus. Ia mulai mengestimasi pengeluaran. Misalnya untu 2 kartu keluarga bayarannya Rp.30 ribu. Terus untuk keterangan pindah penduduk biayanya Rp 60 ribu untuk di kecamatan dan Rp.60 ribu di kantor catatan sipil. Aku memerhatikan pegawai ini cukup lihai dengan hitung-hitungan tersebut.<br />“Jadi bagaimana, saya mo yang urus,” ujarnya. Karena aku berpikir memang ebih baik kalau dia yang urus maka aku iakan.<br /><br />bersambung <br /><br /><br /></span>Berandamaohttp://www.blogger.com/profile/15300088152709797621noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6217473720661284559.post-76744178657113070512009-04-28T05:43:00.000-07:002009-04-28T05:46:36.836-07:00ANTARA SKRIPSI, BLOGGER, DAN DOSENPekan ini mungkin jadi pekan tersulit yang akan aku hadapi. Betapa tidak aktivitas ku menjalani profesi sebagai seorang blogge pemula begitu menyita waktu. Dan mungkin anda akan tahu sendiri, jika layar yang menghubungkan manusia dengan dunia maya itu sangat menggoda. Meminta setiap pemakai wifi untuk tinggal berlama-lama. Apakah itu hanya sekadar mengutak-atik facebook, friendster dan berbagai macam fitur yang disiapakan om google.<br /> Tadi siang, mengurusi skirpsi jadi prioritas, sekitar jam 10 an aku menuju fakultas menemui dosen. Seperti biasa, aktivitas sebagai mahasiswa yang sudah mau diselesaikan adalah mencari dosen dan meminta tandatangan, mengurus berkas dari loket ke loket, dari ruangan ke ruanga nlain, dari jurusan ke fakultas hingga rektrorat. Tanpa kami (mahasiswa akhir)sadari, kadang menjalani aktivitas di fakultas itu sama hanya dengan berjalan sampai beberapa kilometer. <br /><span class="fullpost"><br /> Yang lebih parah, dalam waktu dekat, para penguji dan dosen pembimbing berencana keluar kota makassar. Dan hal itu tak bisa ditawar. Akhirnya kesibukan mengurusi berkas-berkas ujian menjadi dua kali lipat. Seorang kawanku samai bolak-balik fakultas rektorat. Itupun jika dilayani dengan baik. Sebab kadangkala semua pelayanan itu tergantung mood sang pegawai. “mengamuk saja di rektorat kalau dipersulit,” ujarku suatu waktu. <br /> Pekan depan ternyata pembimbing pertamaku juga akan berangkat ke bogor. Sebuah berita yang cukup membuat aku panik. Pasalnya keberangkatannya mendadak dan tanpa ada informasi sebelumnya. Rupanya tak hanya aku yang begitu. Ada bebrapa teman yang juga bermasalah. Sungguh ujian yang butuh kesabaran. Ada ketakutan, kira-kira siapa yang bisa membantuku saat ujian nanti. Petuah-petuahnya masih di dengar oleh dosen-dosen muda. Atau bisakah aku ujian tanpa bapak itu. Soalnya syarat untuk bisa ikut ujian adalah adanya pembimbing dan dosen hadir semua.<br /> Ujian, semog cepat berlalu...<br />Blogger, 28april08<br /> <br /> <br /><br /><br /></span>Berandamaohttp://www.blogger.com/profile/15300088152709797621noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6217473720661284559.post-13151477650771348912009-04-22T01:19:00.000-07:002009-04-22T01:20:09.840-07:00HujanTentang hujan, kau mesti paham, pada suatu masa di waktu lampau. seorang pernah sangat khawatir akan dirimu saat hujan datang<br /><br /><span class="fullpost"><br /><br /><br /><br /></span>Berandamaohttp://www.blogger.com/profile/15300088152709797621noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6217473720661284559.post-77362459924787485762009-04-21T09:54:00.003-07:002009-04-21T09:59:18.430-07:00Pesan Singkat Seorang Kawan<span class="fullpost"><br />Sekitar jam 9 malam tadi, aku sementara menyereput kopi di salah satu kedai kopi di Makassar. Tepanya di warung sederhana Pusat Muhammadiyah jalan perintis kemerdekaan. Tak lama berselang, tanpa aku sangka ada pesan singkat masuk ke ponsel ku.<br /><br />Isinya singkat<br /><br />“ lama tak mendengar kabarmu, di belahan bumi mana sekarang berpijak. Serasa ada yang hilang, hehe”<br /><br /></span><br />Aku terdiam lama. Megamati dan berpikir jika sms ini mungkin salah. Tapi benar adanya dari seseorang yang jauh. Kawan ku sejak SMA 5 yang kini mengabdi pada daerahnya sebagai abdi negara (PNS).<br /><br />Lama aku mengamati, berfikir, dan menduga-duga...<br />Aku ingin menulis banyak tentang ini<br /><br />Tapi mungkin di lain waktu. Banyak yang hal yang membuatku tak bisa menulis malam ini. mataku yang tak mampu lagi berdamai. Sementara besok pagi mesti menghadapi dosen untuk untuk melihat hasil asistensi pertama skripsiku<br /><br />sudah jam 1.00 dini hari, pesan kawanku tadi mengingatkan akan betapa kadang kita merasa terasing dalam keramaian. dalam kondisi seperti ini aku jadi ingat lagunya Dewa 19. " di dalam keramaian aku masih merasa sepi, .."<br /><br />ah sudahlah, semuanya hanya permainan imajinasi, tak banyak yang bisa kita lakukan. kecuali memainkan imajinasi menghadapi realitas yang makin menjemukan. segalanya seperti diukur dengan materi. orang-orang makin kehilangan diri yang sesungguhnya. tak mampu menjadi bagian dari komunitas sosial. banyak yang tak mampu bertahan akan teraleniasi dari kehidupan.<br /><br />mungin kawan ku ini mengalami aleniasi dari kehidupan. tak punya teman berbagi, apalagi kawan yang memahami jalannya. karena dunia materialis selalu diukur dengan angka-angka dan penuh kesibukan tak bermakna orang-orangya.<br /><br />kawan, life must go on<br />hidup tak berhenti disini.Berandamaohttp://www.blogger.com/profile/15300088152709797621noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6217473720661284559.post-69144674767323876452009-04-21T09:54:00.001-07:002009-04-21T09:54:49.310-07:00<span class="fullpost"><br />Tadi sekitar jam 9 malam, aku sementara menyereput kopi di salah satu kedai kopi di Makassar. Tepanya di warung sederhana Pusat Muhammadiyah jalan perintis kemerdekaan. Tak lama berselang, tanpa aku sangka ada pesan singkat masuk ke ponsel ku.<br /><br />Isinya singkat<br /><br /> <br /><br />“ lama tak mendengar kabarmu, di belahan bumi mana sekarang berpijak. Serasa ada yang hilang, hehe”<br /><br />...................<br /><br /></span><br /><br />Aku terdiam lama. Megamati dan berpikir jika sms ini mungkin salah. Tapi benar adanya dari seseorang yang jauh. Kawan ku sejak SMA 5 yang kini mengabdi pada daerahnya sebagai abdi negara (PNS).<br /><br />Lama aku mengamati, berfikir, dan menduga-duga... <br />Aku ingin menulis banyak tentang ini <br /><br />Tapi mungkin di lain waktu. Banyak yang hal yang membuatku tak bisa menulis malam ini. mataku yang tak mampu lagi berdamai. Sementara besok pagi mesti menghadapi dosen untuk untuk melihat hasil asistensi pertama skripsiku<br /><br />sudah jam 1.00 dini hari, pesan kawanku tadi mengingatkan akan betapa kadang kita merasa terasing dalam keramaian. dalam kondisi seperti ini aku jadi ingat lagunya Dewa 19. " di dalam keramaian aku masih merasa sepi, .."<br /><br />ah sudahlah, semuanya hanya permainan imajinasi, tak banyak yang bisa kita lakukan. kecuali memainkan imajinasi menghadapi realitas yang makin menjemukan. segalanya seperti diukur dengan materi. orang-orang makin kehilangan diri yang sesungguhnya. tak mampu menjadi bagian dari komunitas sosial. banyak yang tak mampu bertahan akan teraleniasi dari kehidupan.<br /><br />mungin kawan ku ini mengalami aleniasi dari kehidupan. tak punya teman berbagi, apalagi kawan yang memahami jalannya. karena dunia materialis selalu diukur dengan angka-angka dan penuh kesibukan tak bermakna orang-orangya.<br /><br />kawan, life must go on<br />hidup tak berhenti disini.Berandamaohttp://www.blogger.com/profile/15300088152709797621noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6217473720661284559.post-7181338891669930512009-04-17T18:10:00.000-07:002009-04-17T18:15:38.699-07:00CATATAT PEMILU 2009tulisan ini pernah dimuat di tribun timur <a href="http://tribun-timur.com/read/artikel/22051"></a><br />Perhelatan Pemilu yang dilaksanakan secara serentak di seluruh negeri Kamis(9/04) lalu merupakan pesta demokrasi bangsa Indonesia untuk kesekian kali. Tercatat pemilu kali ini merupakan pesta yang kesepuluh. Idealnya dari tahun ke tahun pemilu menjadi bagian penting dalam mendorong terjadinya perubahan pada kualitas demokrasi, menciptakan pemerintahan yang kuat. Selain itu mampu memberikan harapan baru bagi 240 juta rakyat dan memperbaiki catatan perjalanan bangsa ini.<br />Pemilu untuk pertama kali dimulai pada masa Orde Baru, 1955 menjadi tonggak sejarah perjalanan demokrasi bangsa ini. Dalam kondisi yang tak menentu pesta demokrasi mampu berjalan dengan lancar. Sebagian pengamat menilai pemilu saat itu memiliki kualitas yang cukup bagus. Seluruh rakyat menyuarakan hak pilihnya. Meskipun pada akhirnya ternyata gagal menciptakan pemerintahan yang kuat akibat besarnya friksi yang terjadi di pemerintahan.<br /><span class="fullpost"><br /><br /> Ketika masa orde baru berkuasa, pemilu mengalami masa paling surut. Demokrasi terus mengalami pengekangan oleh kelompok Golkarisme yang dipelopri oleh Soeharto. Saya masih ingat bagaimana di kampung saya dulu, setiap PNS wajib memilih partai beringin ini. Jika tidak maka akan dikucilkan dari pemerintahan atau dibuang ke pelosok paling jauh. Hal ini terus berlanjut selama puluhan tahun dan partai Golkar menjadi penguasa pada pemilu. <br />Kran demokrasi mulai terbuka setelah terjadi reformasi 98. Pemilu yang digelar pertama kali setelah kejatuhan penguasa orde baru itu setidaknya membawa harapan. Namun, sekali lagi ternyata belum mampu menghasilkan pemerintahan yang kuat. Pemilu tak mampu membawa perubahan yang signifikan pada kualitas kebangsaan. Begitu pula pada pemilu 2004, meski telah berhasil melaksanakan pemilu dengan tingkat partisipasi masyarakat yang meningkat. Namun, tetap saja belum mampu mentransformasi kehidupan rakyat. <br />Rakyat semakin miskin, lonjakan harga kebutuhan yang tidak stabil, konflik antar suku, agama, utang yang semakin meningkat dan korupsi yang merajalela di pemerintahan dan lembaga legislatif (DPR,DPRD). <br /> Berharap Pada Pemilu 2009<br />Dalam kondisi negara yang tak stabil seperti itu, pemilu 2009 diharapkan mampu menjadi jalan keluar dari krisis kebangsaan. Setidaknya ada angin segar setelah pemilu berakhir. Rakyat sebagai orang kecil yang merasakan penderitaan akibat krisis berkepanjangan berharap pemilu menjadi tonggak untuk memperbaiki kualitas hidup. Tentunya dengan ikut berpartisipasi mneyuarakan hak pilihnya. Sebab sebagian besar individu sudah memahami mana partai dan caleg yang mesti dipilih. Setelah itu mereka yang dipercaya rakyat mampu menunaikan janji-janji selama kampanye. <br />Jangan sampai pesta demokrasi lima tahunan yang merupakan pesta rakyat ternyata hanya miliki sebagian kelompok saja. Lalu berubah jadi pestanya para politisi. Sementara rakyat hanya dijadikan pion yang dimanfaatkan suaranya. Setelah itu rakyat kemudian dilupakan.<br />Sejak dimulai juli 2008 lalu, sosialisasi pemilu dengan beragam cara terus dilakukan partai-partai dan calegnya. Sebanyak 18.443 kursi pada lembaga legislatif diperebutkan oleh puluhan ribu caleg yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. <br />Mereka berkompetisi menuju gedung dewan. Kompetisi ini kemudian berubah menjadi anarki politik, sebab para calon legislatif dalam berkampanye banyak yang melakukan pelanggaran. Money politik dan pembagian sembako yang diselipi nama caleg menjadi pelanggaran yang biasa. Masih jelas dalam ingatan kita ketika sebuah tv swasta menyiarkan seorang calon anggota legislatif dari PAN membagikan uang sepuluh ribuan saat kampanye di Buton beberapa waktu lalu. Apalagi caleg yang tertangkap KPK dengan sejumlah uang yang diduga hasil suap. Tindakan yang dilakukan calon wakil rakyat seperti ini tentu saja menciderai demokrasi dan tidak memiliki penghargaan pada nilai dan etika politik. Tentu saja, apa yang terjadi ini hanya satu contoh kecil. Namun ada sebuah keyakinan jika di wilayah lain, anarkisme para politisi yang tidak menghargai etika politik bisa saja terjadi dengan modus dan cara-cara yang beragam. <br /> Kemenangan menuju kursi parlemen adalah prestise tersendiri bagi setiap orang. Sebuah keniscayaan jika partai ataupun caleg terus berusaha memenangkan suara rakyat. Apakah dengan cara yang normatif atau melanggar etika politik.<br /><br /><br /><br /></span>Berandamaohttp://www.blogger.com/profile/15300088152709797621noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6217473720661284559.post-32958134309455539892009-04-15T06:23:00.000-07:002009-04-15T06:25:45.858-07:00PENDAR BINTANG, RIWAYATMU DULU<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEinG4t7ukFeDM3ibIwIO3P84urXW8MMdQk32C10G7_QMqeS2Gm_vYhMNfN3ANr85FXIsRXD_RW5qF9eHA5RlhThbaEC7o2pNa-e_nBb20kiaqGTxdx0m5NIQz36tCJcZuRgo3hhe8gonrZ4/s1600-h/an11.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 240px; height: 320px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEinG4t7ukFeDM3ibIwIO3P84urXW8MMdQk32C10G7_QMqeS2Gm_vYhMNfN3ANr85FXIsRXD_RW5qF9eHA5RlhThbaEC7o2pNa-e_nBb20kiaqGTxdx0m5NIQz36tCJcZuRgo3hhe8gonrZ4/s320/an11.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5324908782527196562" /></a><br />Lama aku tak mengunjungi rumah satu ini <a href="http://pendar-bintang.blogspot.com/"></a>. Sudah hampir 2 tahun tak melakukan sesuatu padanya, tak ada postingan dan tak sekalipun mengunjunginya. Entah mengapa, tanpa sengaja, blog pertamaku ini aku temukan. Rasa-rasanya ada kerinduan pada rumah satu ini. Masih jelas teringat, meskipun meraba-raba bagaimana sulitnya dulu mencari orang yang mau mengajari membuat blog. Sama sulitnya mencari koneksi internet yang masih memanfaatkan jasa warnet. Dengan uang seadanya dan membiarkan perut jadi kosong gara-gara memulai belajar blog.<br /><br />Tepatnya di ruang tamu identitas waktu itu, nama pendar bintang langsung saja muncul. banyak nama yang ada di kepalaku saat itu. Namun yang terlintas dan sempat mengikat makna adalah nama pendarbintang ini. Mungkin juga karena saat itu ada kanda Muhari Wahyu Nurba yang mengutak-atik blognya yang diberi judul sekuntum doa.<br /><br /><span class="fullpost"><br /><br />kegilaan pada blog saat itu dimulai karena setiap orang dekat yang ada di kampus saat itu sudah lebih awal bergabung ke dunia maya tersebut. inilah yang membuat adrenalinku ingin sekali membuatnya juga. <br /><br />Saat itu juga, aku sangat menyukai blog milik k Ochan <a href="http://halamanrawa.blogspot.com/"></a>,wartawan Trans TV yang mengikat makna sehari-harinya dalam catatan kecil di blognya. Seingatku setiap kali membuka internet aku tak lupa mengunjungi blog itu. Aku sangat kagum dengan setiap tulisannya. Meskipun kadang-kadang tak memenuhi standar baku EYD.Lalu kemudian berpindah rumah ke tempat lain<a href="http://halamanrawa.wordpress.com/"></a><br /><br />Ada juga blog yang selalu memberikan inspirasi dalam melangkah, milik senior identitas yang pernah ke Inggris. Dari blognya aku banyak mendapat pelajaran berharga<a href="http://batangase.blogspot.com/"></a>.<br /><br />Dari tulisan-tulisan itu aku banyak mengambil hikmah. Termasuk menggerakkan hati untuk belajar blog juga. Meskipun sangat sederhana.Blog ku itu memberikan kesan yang cuku mendalam. Aku menulis tentang Unhas,Uang komite, dan perempuan impian, juga tak lupa foto bersama alumni sma 5 makassar. <br /> <br /><br /><br /><br /></span><span style="font-weight:bold;"></span>Berandamaohttp://www.blogger.com/profile/15300088152709797621noreply@blogger.com0