Dengan langkah gontai dan menundukkan kepala aku berjalan keluar dari ruangan kelas. Beberapa menit yang lalu kuliah selesai. Meski di wajah sebagian temanku keluar dari ruangan membuat mereka gembira. Namun tak sama denganku, hari itu, aku seperti seorang yang kalah. Tak mampu kusembunyikan rasa kecewa yang hinggap di jiwaku. Dengan langkah gontai aku jalani tangga dari lantai tiga fakultas dengan sesekali menoleh ke belakang. Aku tak banyak bicara, beberapa teman yang kutemui di jalan hanya mampu kusapa dengan senyum yang kadang dipaksakan. Aku berjalan menyusuri koridor-fakultas perikanan, kehutanan, pertanian, peternakan mipa dan korodor perpustakaan universitas yang makin lusuh. Langkah ku terasa berat, tapi aku harus sampai di ‘rumah keciku’ untuk berbagi cerita dengan siapa saja yang kuanggap bisa kutemani berbagi.
Di sudut koridor fakultas mipa, kudapati dua anak muda yang saling memadu kasih. Entah apa yang mereka lakukan di siang bolong menyendiri, aku jadi muak dengan apa yang mereka lakukan. Ternyata kawasan yang dianggap sebagai gudangnya orang-orang cendekia – berintelektual- masih saja digunakan sebagian orang untuk berbuat maksiat. Jika saja aku punya kuasa, maka saat itu akan kuseret kedua orang itu dan kulempar ke danau di pinggiran mesjid kampus. Tapi, hal itu hanya mimpi yang tak mungkin.
Hari itu, kampus terlihat sepi, hanya ada beberapa ‘mace’ yang membenahi jualannya. Pun kambing yang berkeliaran tak kelihatan lagi. Mungkin ini terjadi karena satpam kampus menembakinya satu persatu jika berani medekat. Sesaat aku berhenti mengamati papan pengumuman. Tak ada yang menarik, gumamku.
Setelah sampai di rumah kecil, kudapati teman-temanku sementara berbagi tawa dan canda, mereka ‘seperti biasa’ saling lempar buah yang bentuknya kecil seperti kelereng. Ada juga yang sementara asyik berdiskusi tentang peristiwa yang menimpa Kabupaten Sinjai dan sekitarnya. Sementara yang lainnya masih sibuk di hadapan computer dengan sesekali melihat kamus.” Oh pasti lagi mengedit atau buat berita,’ gumamku.
Perjalanan singkat ini bagiku amat bermakna, pasalnya dalam perjalanan hingga sampai di rumah kecil, aku mendapati beragam tingkah laku manusia dan alam. Aku coba memaknai dengan seksama. Semoga saja ada yang tersisa dari perjalanan singkat itu. Entah mengapa aku masih terjebak dengan peristiwa di kelas PCD tadi, saat teman kelasku memberi nilai kurang. Padahal menurutku aku sudah sempurrnya me-presentasikan makalahku. Pun hanya satu soal yang tak bisa kujawab. Dosen yang menemai pun menyuruh tak usah menjawab hal itu karena tak subtansial. Jika afirmasi negatifku yang dominan, mereka mungkin saja tak suka.. Karena aku lebih junior yang mampu mem-presentasi dengan sempurna. -yang kutemani dalam kelas adalah senior yang mengulang- hanya temanku yang kulihat memberi nilai sempurna.
Tapi semua telah berlalu. Aku hanya bisa mengambil makna dari apa yang terjadi di kelas. Tak lama kumerenung sendiri. Seseorang menepuk pundakku lalu berujar ,”anak muda sudahlah,………….,”
semoga semua bermakna..
0 comments:
Post a Comment
ISI APA ADANYA