SUATU PAGI DI PASAR KAGET


Sejak pukul lima subuh hari, jalan Dr. J. Leimena, Tello Baru, wilayah Kecamatan Panakukang nampak mulai dipenuhi pedagang kecil. Orang Makassar biasa menyebutnya Pa’gandeng. Jualan mereka tak lebih dari sayuran, pisang, jagung, umbi-umbian dan ikan. Setiap pagi, aktivitas di pasar kaget ini selalu ramai. Sekitar pukul 06.30 wita, tenggat waktu berjualan di tempat itu telah habis, satu persatu pa’gandeng ini pun pergi mencari lokasi jualan baru atau keliling kota dengan sepeda. Soalnya, jika tetap bertahan, polisi akan mengusir para pedagang ini.

Pedagang kecil yang menjual di pasar kaget ini ternyata bukan masyarakat yang bermukim sekitar wilayah Tello, Makassar. Mereka (prdagang, red) jauh-jauh datang dari Kabupaten Maros dan Kabupaten Gowa. Ini tak lain untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Di pasar ini, duit hasil jualan sayur bisa sampai Rp 60 ribu. Sayur yang tak laku pun digandeng keliling kota Makassar. Keuntungan yang diterima setiap hari berkisar antara Rp 50 ribu hingga Rp 60 ribu. “Itu pun jika semuanya laku terjual,” ujar Daeng…..

Pagi itu, saya berada diantara mereka. Mereka nampak bahagia jika jualannya ada yang laku. Namun, suasana jadi lain jika pembeli tak jadi mengambil jualannya. Tingkah mereka beracam-macam, ada yang amat semangat menawarkan jualannya, ada juga yang hanya duduk termenung, menikmati sebatang rokok menunggu ada yang mau melirik dagangannya.

Potret pedagang kecil ini hanya sebagian kecil dari kaum urban yang mencari kehidupan di Kota Makassar. Karena tuntutan hidup, sejak pukul tiga dinihari mereka rela menempuh puluhan kilometer dengan sepeda tua. Waktu yang biasanya sebagian besar orang gunakan untuk istirahat. Pun saat matahari mulai beranjak naik di ufuk timur mereka mesti menggulung tikar. Karena jika tidak, petugas akan memaksa mereka meninggalkan tempat itu. (p!)

0 comments:

Post a Comment

ISI APA ADANYA

 

© Copyright berandamao . All Rights Reserved.

Powered By Blogger Thanks to Blogger Templates | punta cana dominican republic