Setelah melahap ikan asin dan sayur kol buatan mone (sebuatan untuk mace yang juan nasi di ssudut fakultas). Aku berjalan ke koridor. Tanpa sengaja, k’ beni yang juga seniorku memanggil untuk menghadiri seminar hasil. Pasalnya tenggat waktu untuk bertahan di kampus ini hanya bersisa hitungan hari. Dan ini kesempatan untuk seminar hasil sebelum ujian meja. Jika berhasil, maka tanggal 27 Desember 07 bisa wisuda.itu idealnya.
Mengenakan kameja putih, celana hitam, dia nampak rapi. Sesekali tersenyum. Mungkin saja menutupi ketegangannya menghadapi Satu orang doctor dan dua orang professor (dosen). Ironisnya, dia mesti melawan pikiran para guru ini tanpa didampingi pembimbing. Apes benar kakak senior satu ini.
Dengan mengucapkan salam, ia memulai presentasi hasil penelitiannya. Secara sistematis ia menjelaskan satu persatu lembar slide. Semangat untuk menuntaskan hari ini nampak sekali terlihat dari air mukanya. Tak ada keraguan, penelitiannya bakal ditolak. Dengan logat ’jakarta’ ia terus melanjutkan.
Sampai, pada suatu ketika..seniorku yang penyiar di Madama ini mulai panik. Wajahnya tak lagi bersemangat. Ini terjadi setelah Prof Erik mulai mendebat dengan meminta mmerlihatkan draft mentah hasil penelitian. Apalagi ada kesalahan dari penelitian yang ia buat. Seharusnya lau dekomposisi serasah mangrove makin menurusn. Tapi malah naik turun. Itulah yang menurut prof ahli karang ini tak sesuai dengan logika. Maka, bingunglah kak beny. Apalagi ia tak mampu menjelaskan mengapa semua grafik yang Ia tampilkan. Pun kalau ada hanya sepengal-penggal. Inilah saat teater ujian sarjana dimulai. Senior angkatan 99 ini jadi bengong. Sementara prof di ruangan itu mulai dengan jurus mematikan.’’ini kenapa bias begini,” mana data mentahmu, ko kerja sendiri ji inikah, bahasamu tak teratur. Logika berpikirmu jga salah..
Intinya ulangi pebahasan skirpsi ini. Jika tidak selesai tanggal 27 Desember. Maka selamat tinggal DO menanti. Itulah yang iungkapkan oleh seorang prof. Uh, sebuah keputusan yang membuat ruangan itu jadi hening. Dan penyaji tak mampu bertahan dicerca oleh prof. jadinya beni hanya diam. Sesekali tersenyum risau. Wajahnya jadi pucat dan air mukanya tak bersahabat. Jadi, wisuda yang jadinya tanggal 27 diubah jadi ajang seminar lanjutan dan sekaligus ujian meja.
Selamat berjuang, semuanya nanti bias jadi bermakna kanda
Identitas menjelang magrib, saat hujan lagi deras. Dan kulangkahkan kaki ke jendela menikmati jatuhnya bulir hujan dari sela-sela pohon yng masih rindang.
0 comments:
Post a Comment
ISI APA ADANYA