BIROKRASI LATAH

Dmana-mana yang namanya birokrasi selalu saja menyusahkan. Membuat orang yang tak berdaya secara ekonomi, social semakin terpinggirkan. Birokrasi yang berbelit-belit membuat rakyat miskin atau yang tidak memahami secara pengetahuan akan merasakan buah dari system. Sementara di satu sisi, pihak birokrat dengan enteng seenaknya saja mengatur alur-alur birokrasi. Dalihnya karena yang diurus adalah keluarganya si ini, keluarganya bapak itu, atau keluarga saya. Maka dengan tanpa rasa bersalah, semuanya dimudahkan. Sedangkan ketika orang lain, wajahnya berubah jadi buram dan meminta inilah, itulah..pokoknya mempersulit.




Padahal mereka (para birokrat) seharusnya paham jika mereka digaji setiap bulan untuk mengurusi rakyat, menjadi pelayan setiap orang yang datang dan berurusan dengan pemerintah. Tapi jabatan ataupun gelar yang didapatkan sebagian besar dijadikan sebagai “ alat kuasa” unduk menindas orang lain atau menjadi alat untuk membuat orang lain menghormatinya. Sadarlah para birokrat..

Suatu hari, seorang teman saya pernah memukul meja di kantor gubernur Sulawesi Selatan, waktu itu masih Amin Syam, saat itu petugas yang mengatur jadwal bertemu dengan gubernur cukup mempersulit. Selalu saja mengambil alasan jika gubernur tidak mau ditemui. Padahal surat untuk audiens sudah diterima. Karena alasan yang berbelit-belit teman saya memukul meja bapak itu, lalu digertak. Meskipun mukanya memerah kali tidak peduli. Yang pasti bapak itu telah diberi pelajaran.

Kemarin, sejak berada di RSU enrekang, saya mengurus semua kelengkapan berkas pengobatan Bapak. Askes tua miliknya sudah tidak berlaku. Ternyata tahun berlakunya 1995. setelah konsultasi dengan perawat, akhirnya saya kemudia nemngurus di bagian Askes. Tapi apa yang saya dapatkan tidak berjalan mulus. Meski awalnya di benak saya sudah terpikir bahwa ‘pasti akan dipersulit’’. Rupanya dugaan itu benar. Setela hdiperiksa petugas itu minta kartu hilang dari polisi, surat sk yang asli, dll. Malahan bapak yang sedari tadi merokok tidak sedikutpun memberi perhatian. ” Minta saja sama keluarga untuk mengirim lewat fazmile,” ujarnya (ada-ada saja). Perkataan bapak itu langsung kusela hingga dia terdiam. “Mana ada fax dikampung pak, pikir juga”. Kepalaku langsung panas, saya mulai emosi dengan pelayanan saya anggap tidak benar ini. Lama saya berdiri di dalam ruangan itu. tapi sayA sadar jika bapak sakit dan berdebat tidak akan pernah menyelesaikan persoalan. Saya tak menunggu lama untuk pergi dari ruangan pelayanan Askes itu.

0 comments:

Post a Comment

ISI APA ADANYA

 

© Copyright berandamao . All Rights Reserved.

Powered By Blogger Thanks to Blogger Templates | punta cana dominican republic