Hari itu ratusan sarjana lulusan strata satu dan diploma tiga Unhas sedang diwisuda. Wajah-wajah mereka terlihat cerah, terseyum sumringah, sembari mengangkat toga merayakan ‘kemenagan’. Kemenangan yang sudah dinanti selama bertahun-tahun. Yang pasti melewatinya penuh dengan perjuangan.
Menjadi sarjana merupakan impian setiap mahasiswa, ada haru yang terendap saat nama kita disebut dalam rapat senat luar biasa tersebut. Tepukan tangan dan sorak seisi gedung menggema, apalagi jika berhasil meraih predikat sebagai lulusan terbaik.
Euforia kemenangan itu lambat laun akan sirna, sebab rupanya ada risau yang menunggu. Cemas dan takut tak lagi menyandang berpredikat sebagai mahasiswa. Pasalnya setelah ini apa lagi yang mesti dilakukan. Bagi sebagian orang, keharusan menjadi sarjana merupakan berkah dan prestise tertinggi dalam hidupnya, namun sebagian lain menganggap ini adalah mimpi buruk. Apatah lagi kalau bukan karena takut jadi bagian dari sarjana pengangguran.
***
Sampai tahun ini, Unhas sebagai lokus pendidikan di Indonesia Timur telah berhasil meluluskan kurang lebih 80 ribu mahasiswa strata satunya. Lulusan-lulusan tersebut sebagian besar telah jadi ‘orang’. Mereka tersebar di seluruh negeri ini. Hal ini terungkap saat reuni 50 tahun Unhas lalu. Beragam kerja yang dilakoni, ada yang sesuai dengan disiplin ilmunya, ada pula yang tak sesuai dengan disiplin ilmunya.
Namun, kita tak mesti berbangga, sebab Unhas juga merupakan salah satu penyumbang tingginya angka pengangguran di negeri ini. Tercatat dari tahun 1997 sampai 2007 pengangguran yang berkisar hanya 4.18 juta melonjak menjadi 11 juta. Kemudian ini diperparah dengan krisis ekonomi yang terjadi, dimana pemerintah tak mampu menyediakan lapangan pekerjaan bagi penganguran tersebut.
Jika kita melihat lebih jauh, lulusan-lulusan kampus ini rupanya tak mampu bersaing dengan sarjana dari Universitas Indonesia, Universitas Gajah mada, Institut Pertanian Bogor, dan Institut Teknologi Bandung. Kualitas lulusan universitas terkemuka di Jawa ini masih setingkat di atas Unhas. Walhasil, kalah bersaing jadi kendala menghadapi dunia kerja. Universitas tak sepenuhnya dipersalahkan. Pasalnya universitas bukan politeknik, atau institut kejuruan yang memang mengajarkan sampai hal-hal yang teknis. Namun, lebih pada penguatan kapasitas building melalui pendidikan, penelitian sampai pada taraf pengabdian masyarakat.
Yang jadi masalah, rupanya resources kampus ini belum mampu dikelola dengan baik, hingga menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Overloaded (kelebihan mahasiswa) juga merupakan salah satu faktor. Bayangkan saja, Unhas yang dirancang menampung kurang lebih 15 ribu mahasiswa saja, malah naik jadi 30 ribu mahasiswa. Akhirnya suasana belajar yang diharapkan kondusif jauh dari impian.
***
Jumlah pengangguran ( individu yang tak punya pekerjaan atau sumber pendapata yang tetap) yang terus meningkat menimbulkan kehawatiran akan adanya lost generation. Tahun ini, Unhas mencoba berperan dengan merancang Unit Pelaksana Teknis Joblessment. Ini disediakan bagi para alumni untuk mempermudah akses mencari kerja. Selain itu, juga ada pelatihan atau kursus singkat peningkatan kapasitas. Namun, sepenuhnya kita tak berharap banyak pada UPT ini. Namun, ada secercah harapan buat para alumni baru. Setidaknya mimpi buruk jadi sarjana pengguran bisa sedikit terobati. Kita akan senantiasa setia menunggu Unhas mampu menghasilkan alumni yang mampu bersaing di tingkat global.
salam mao- yang masih mahasiswa
1 comments:
Assalamualaikum kak mawwOO... Here's Dewi, Budeww, kalo k'mwn bilang.
Lagi coffebreak kerja nih (gaya banget=p) dari jam 9.45-10.00
So aku membuka jendela dunia maya di leptop pinjeman kantor tempat KP dan mengunjungi beranda kakak tersayang.
___________Talking bout sarjana as you've written___________Baru...aja, sekitar setengah jam-an yang lalu DW cerita (sok pedekate gitu) sama bosku di bagian planning INCO ini. Cerita dikit tentang "kalo dah sarjana, mau ngapain,"_________And he told me that di ITB sana, almamaternya-yang kayaknya ngebanggain buat di sebut- setiap selesai wisuda, maka di depan gedung wisudanya bakal ada show-off perusahaan2 se-Indonesia. Pameran perusahaan2 itu buat nge-rekrut sarjana yang fully fresh graduate itu (terang aja, wong baru aja wisuda), buat jadi karyawan di perusahaannya. So katanya para anak2 ITB tu tinggal daftar aja, milih di perusahaan mana dia mau kerja.
Sebenarnya bursa kerja kayak gitu bagus juga buat diterapin di Unhas. Biar para alumni gak ketar-ketir setelah menyandang gelar sarjana dan memakai toga kebesaran itu. Tapi, masalahnya sekarang adalah... siapa yang butuh, alumninya ato perusahaannya??? Ya...itu hanya bisa terjawab dengan kualitas. Isnt'it right, kk mawmawQ?
::PS:: Keep safety first (lagi), hehehe
Post a Comment
ISI APA ADANYA