Pada akhir Maret 2012 lalu, penulis bertemu dengan wisatawan asal Finlandia di Manado. Felisa, secara kebetulan kami bertemu di depan Hotel Aston Manado. Dari perbincangan singkat itu ia mengaku pulang dari Pulau Tomia dan akan melanjutkan perjalanan ke Bunaken. Penulis bertanya apakah mengenal Takabonerate. Ia menjawab No, I dont know. Penulis kemudian menyarankan untuk ke Selayar, Takabonerate. Tapi, ia tak punya waktu lagi. Soalnya setelah kembali dari Bunaken, ia langsung ke Singapura dan kembali ke negaranya.
Pertemuan singkat itu amat berkesan dan membuat penulis yakin bahwa wisata bahari di Sulsel belum sepenuhnya dikenal masyarakat dunia. Yang membuat penulis sedikit merasa sedih karena Traveller itu lebih mengenal Wakatobi dan Bunaken sebagai lokasi penyelaman yang baik.
Tapi yang terkenal adalah Wakatobi dan Bunaken. Hal itu kemudian penulis refleksikan dengan hasil diskusi dengan Andi Januar Jaury Darwis, anggota DPRD Provinsi Sulawesi Selatan yang juga pemerhati Kelautan. Dalam diskusi yang santai tersebut terungkap bahwa prospek wisata bahari Sulsel hanya berjalan di tempat. Ini berarti pariwisara bahari belum menjadi jualan utama wisata di Sulsel.
Padahal seharusnya pariwisata bahari menjadi pusat tujuan wisata. Soalnya di Sulsel terdapat beberapa destinasi wisata bahari yang bisa dikunjungi. Misalnya saja Taman Laut Takabonerate di Selayar, Taman Laut Kapoposang, Pulau-pulau kecil di Kepulauan Spermonde, Pulau Samalona, Pantai Bira dengan pasir putihnya dan lain sebagainya. Semua potensi wisata bahari tersebut dapat menjadi tujuan wisatawan domestik dan wisatawan mancanegara untuk berlibur. Namun, sejauh ini kunjugan wisatawan untuk menikmati keindahan alam Sulsel tersebut masih minim.
Peluang memanfaatkan wisata bahari sangat terbuka lebar. Saat ini kecenderungan wisata dunia mulai bergeser ke natural tourism. Dalam hal ini masyarakat dunia lebih menyukai menghabiskan waktunya untuk menikmati wisata alam yang natural.
Di Indonesia, perkembangan pariwisata bahari menunjukkan kemajuan yang pesat. Hal itu ditandai dengan banyaknya wisatawan yang berkunjung ke Indonesia.
Namun, destinasi wisata bahari di Sulsel selalu luput dari kunjungan wisatawan. Keadaan tersebut semakin membuktikan bahwa promosi pariwisata bahari Sulsel amat lemah. Kondisi itu sangat berbeda dengan konsep Pemerintah Daerah (Pemda) Sulawesi Utara dalam mempromosikan Keindahan Alam bawah laut Bunaken. Begitu juga dengan Pemda Wakatobi yang luar biasa berjuang memperkenalkan potensi wisata bahari yang mereka miliki.
Penulis bertemu dengan Bupati Wakatobi akhir Desember 2011 lalu. Pak Hugua memaparkan dengan antusias prosesnya memperkenalkan Wakatobi hingga dikenal di dunia saat ini. Hugua mempromosikan keunggulan wisata Wakatobi dengan kerja cerdas. Strategi yang Hugua pakai juga penuh perjuangan.
Seringkali ia ikut forum-forum nasional dan internasional lalu memperkenalkan keindahan alam Wakatobi. Setiap kali pada pameran daerah, Hugua sendiri ikut terlibat mengangkat dan membawa peralatan untuk pameran. Selain itu, Hugua mengunjungi kampus-kampus di Eropa. Memberi kuliah pada mahasiswa dan memperkenalkan Wakatobi sebagai Surga bawah laut dunia. Melihat kerja keras Hugua, penulis berpikir seharusnya kepala daerah di Sulsel juga melakukan hal yang sama. Memerjuangkan agar daerah yang potensi wisata kelautannya cukup menjanjikan bisa terkenal di dunia.
Menjadikan Sulsel sebagai pusat destinasi wisata bahari bukan hal yang mudah. Butuh kerja keras dan kerja cerdas. Pasalnya wisatawan masih lebih mengenal Bali, Lombok, Bunaken, Wakatobi dan Raja Ampat dibanding objek wisata bahari di Sulsel. Menyiasati hal tersebut, penulis melihat peran pemerintah dan keberpihakan pada kemajuan wisata bahari menjadi tumpuan utama. Tanpa keberpihakan pemerintah, penulis pikir konsep apapun yang ditawarkan untuk memajukan wisata bahari sulit untuk berkembang.
Berkaca pada kemajuan Wakatobi yang daerahnya cukup jauh dari ibu kota. Malah menjadi pusat destinasi dan terkenal di dunia. Itu terjadi karena keberpihakan, konsistensi pemerintah daerah membangun wisata bahari. Keberpihakan juga nantinya akan berpengaruh pada politik anggaran. Jika selama ini anggaran untuk pengembangan sektor ini masih minim. Maka ke depannya perlu dilakukan penambahan anggaran.
Wisata bahari bisa juga dikembangkan dengan menambah varian-varian wisata. Selain menikmati wisata alamnya, di pulau yang dikunjungi terdapat wisata kuliner yang bisa dinikmati oleh para wisatawan. Ini kombinasi wisata bahari dan wisata kuliner.
Pemerintah mesti mengajak pihak swasta untuk ikut serta mengembangkan wisata bahari Sulsel. Hal ini membuat pemerintah bisa bekerja secara bersama swasta memperkenalkan pariwisata bahari pada berbagai pameran yang bersifat nasional maupun internasional. Pihak travel agency juga perlu dilibatkan.
Penulis berfikir perlu ada rekayasa informasi terkait pariwisata bahari di Sulsel. Namun, rekayasa tersebut tidak mengaburkan fakta yang ada. Melainkan mengonsep informasi menjadi lebih menarik sehingga setiap penikmat travelling makin rasa penasaran terhadap wisata bahari di Sulsel. Informasi tersebut dipromosikan secara rutin di media massa. Misalnya di televisi, radio, surat kabar dan online. Selain itu, bisa juga disiasati dengan mengundang para jurnalis dan perwakilan media untuk mengunjungi lokasi destinasi wisata.
Penulis menyarankan agar setiap kunjungan Gubernur ke berbagai negara mestinya membawa pesan yang bisa ditinggalkan di negara yang dikunjugi. Tidak hanya jalan-jalan menghabiskan anggaran. Melainkan perjalanan berkualitas. Misalnya pada setiap kunjungan ke berbagai negara tetangga. Gubernur menyempatkan diri mempromosikan wisata bahari Sulsel dengan segala keindahan bawah lautnya.
Memanfaatkan social media. Cara ini cukup efektif. Perkembangan media sosial yang begitu cepat mesti perlu dijadikan sebagai alat untuk promosi wisata bahari Sulsel. Media Facebook, Twitter,Youtube bisa menjadi garda terdepan. Tentu perlu sumber daya untuk mengelola itu dengan baik. Selain itu, website yang berisi informasi wisata perlu dikembangkan. Bahkan lebih baik jika informasi biaya paket wisata, perjalanan, tiket, hotel, rumah makan terdekat dan segala yang terkati dengan lokasi wisata yang dituju sudah lengkap pada website.
Tiap tahun di Sulsel perlu diadakan event terkait dengan Bahari. Misalnya saja Sail Takabonerate, Ekspedisi Kepulauan Spermonde, Festval Losari, Festival Pulau-Pulau Kecil. Mengundang perwakilan duta besar yang ada di Indonesia, para jurnalis, termasuk jurnalis luar negeri yang memiliki kantor di Indonesia. Serta melibatkan fotografer dan masyarakat umum untuk berlomba mengabadikan gambar terbaik pada setiap festival. Tak hanya itu para pembuat film dokumenter diajak ikut berpartisipasi. Mereka berlomba membuat film yang berhubungan dengan prospek wisata bahari. Hasilnya akan dipublikasikan di youtube dan dinilai masyarakat umum. Di akhir festival pemenangnya diberi hadiah dan penghargaan.
Penulis pikir, meski terlambat sadar akan potensi wisata bahari yang dimiliki. Namun momentum untuk mengubah arah destinasi wisatawan ke Sulsel masih terbuka lebar. Saatnya wisatawan menikmati surga bawah laut wisata bahari Sulsel.