Pulau Kawaluso dan Pesona Budaya Lokal

Pulau Kawaluso, pulau perbatasan Filipina
Pulau Kawaluso merupakan salah satu pulau kecil terluar yang di wilayah Kecamatan Kandeha, Kabupaten Sangihe, Provinsi Sulawesi Utara. Dengan luas 0,9 km persegi, pulau ini memiliki Titik Dasar TD 053A  dan Titik Referensi TR 053 serta berada pada koordinat 04o 13' 54"LU dan 125o 19' 29''BT.
Menurut sejarah yang dipercaya oleh masyarakat, Pulau Kawaluso awalnya dikelilingi karang yang berbentuk seperti kawat. Dalam bahasa daerah masyarakat mengenal kawat dengan Kawa dan karang disebut huso. Jadilah dalam setiap hari mereka menyebut pulau itu Kawaluso.
Untuk sampai ke Pulau Kawaluso, perjalanan dimulai dari Pelabuhan Tahuna. Jika  menggunakan perahu motor 40 GT. Perjalanan ditempuh dengan 4 jam. Alternatif lain yang bisa digunakan yakni menggunakan perahu nelayan. Meski demikian, terdapat kapal perintis yang berlabuh di pulau tersebut. Kapal perintis itu yakni KM Daya Sakti dan KM Surya  (reguler) yang berangkat dari Pelabuhan Bitung ke Sangihe lalu melanjutkan perjalanan ke Pulau Kawaluso.

Lebih Dekat Dengan Negeri Paman SAM di @amerika


Jusuf Kalla pada Talk Show tentang Pentingnya Darah di @america
Beruntung sekali bias masuk kelas English meeting hari ini, Sabtu, beberapa bulan lalu.  Setelah  kelas usai. Penulis diajak oleh teman untuk mengikuti sebuah acara talkshow di @amerika http://www.atamerica.or.id/ yang berada di gedung Pasicif Palace.

Dengan antusias, penulis mengiyakan. Jadilah jalan kaki menempuh kisaran 1 kilomenter untuk sampai ke sana. Sebab apabila menggunakan motor atau kendaraan mesti harus memutar jauh. Sistem satu arah yang diberlakukan di Jakarta membuat kendaraan harus menempuh jarak yang jauh. Meskipun lokasi yang dituju ada di seberang mata.

Berjalan kaki ke @amerika cukup jauh namun tak terasa lelahnya. Dalam perjalanan penulis terus membayangkan apa saja ayng disajikan di corner amerika iu di Indoenesia. Dalam benakku, penjangaan akan sangat ketat. Pas seperti Kedutaan Besar Amerika yang berada di daerah Menteng yang cukup ketat penjagaannya. Jangankan mau masuk, bertingkah aneh di sepanjang jalan depan gedung Kedubes tersebut, pasti  akan ditegur oleh polisi yang khusus menjaga perwakilan AS di Indonesia tersebut.

Dilema Membangun Kawasan Perbatasan

Kepulauan Anambas slah satu pulau perbatasan
Pembangunan kawasan perbatasan merupakan persoalan yang sejak dulu hingga sekarang masih menjadi pekerjaan rumah pemerintah. Pada pemerintahan Presiden Soekarno hingga presiden Susilo Bambang Yudoyono, konflik yang terjadi di perbatasan terus terjadi.

Perebutan batas negara menjadi konflik utama dan konflik tersebut berpengaruh  pada system pemerintahan. Sejauh ini, pemerintah belum menemukan formula yang tepat untuk menyelesaikan persoalan perbatasan itu.

Lepasnya Pulau Sipadan dan Ligitan merupakan bukti ketidakmampuan pemerintah mempertahankan kedaulatan negara.
Kawasan perbatasan secara strategis memiliki peran yang cukup penting bagi negara. Integritas dan keadaulatan sebuah negara bisa dilihat dari perbatasan yang dimilikinya. Karena perbatasan memberikan garis yang jelas mengenai kedaulatan negara. Selain itu, kawasan perbatasan merupakan benteng pertama dalam upaya penegakan system keamanan secara regional dan internasional.

Pendidikan di Pulau Kecil, Riwayatmu Kini

Saat sekolah, anak-anak pulau memilih bermain di dermaga
Tanggal 2 Mei setiap tahun diperingati sebagai hari Pendidikan Nasional. Gegap gempita perayaan pendidikan nasional tersebut dilakukan secara serentak dari Sabang sampai Merauke. Seperti biasa pemerintah hanya melakukan upacara bendera yang sifatnya seremonial belaka. Sementara mahasiswa dan kaum buruh yang masih merasakan pendidikan sebagai barang yang mahal, melakukan aksi protes. Setiap tanggal 2 Mei, ramai-ramai mahasiswa se Indonesia turun ke jalan menyuarakan penolakan mereka terhadap rencana pemerintah melakukan liberalisasi pendidikan.

Gemerlap hari pendidikan akan diwarnai dengan seremoni. Pemerintah tanpa merasa malu mengklaim bahwa apa yang telah mereka lakukan sudah cukup baik untuk kemajuan nasional. Di setiap pertemuan, klaim bahwa kesuksesan dalam membangun pendidikan terus digumamkan.Anggaran pendidikan yang sudah mencapai 20 persen, atau memberikan biaya secara gratis pada jenjang sekolah Dasar, Sekolah Menengah dan Sekolah Menengah Atas. Program yang juga dianggap sukses oleh pemerintah yakni program pemberian dana BOS.

Sehingga dalam perannya, secara umum apa yang dilakukan oleh kementrian pendidikan nasional untuk kemajuan sumber daya manusia dianggap sudah maksimal. Padahal sebenarnya pengelolaan dana BOS rentan terjadi penyimpangan di dalamnya. (Kasus dana BOs ) Gambaran keberhasilan pemerintah selalu mengacu pada kemajuan yang terjadi di kota. Amat jarang melihat kehidupan masyarakat kepulauan.
Pertanyaan yang mungkin sudah seringkali kita dengat yakni bagaimana nasib pendidikan anak-anak usia sekolah yang tinggal di daerah pulau. Apalagi mereka yang tinggal di pulau terluar dan pulau terpencil. Sejauh mana komitmen pemerintah memajukan atau meningkatkan taraf kehidupan siswa dalam menuntut ilmu. Sebab masyarakat pulau juga adalah warga Negara yang memiliki hak untuk mendapatkan pengajaran yang layak.
Sementara pemerintah berkewajiban menyelenggarakan pendidikan yang bisa mencerdaskan rakyat. Ironis memang, namun seperti itulah amanat undang-undang dasar 1945. Tapi, undang-undang hanya secarik kertas, dan tinta-nya pun tak mampu berbicara menegur sikap pemerintah yang abay terhadapa nasib masyarakat pesisir dan pulau. Dari data yang dirilis oleh BKKBN yang dinyatakan bahwa terdapat 11,7 Juta jiwa anak-anak putus sekolah. Keberadaan tersebut tersebar di seluruh Indonesia.
 Penulis mencermati, anak-anak pulau memberikan persentasi yang besar pada angka putus sekolah tersebut. Minimnya perhatian pemerintah pada proses blajar mengajar di kepulauan menjadi factor pemicu. Selain itu, keterbatasan siswa usia sekolah pada satu pulau juga membuat pemerintah berfikir dua kali untuk membuat sekolah di sana. Makanya seringkali kita temui, sekolah biasanya terdapat di pulau-pulau yang jumlah penduduknya lebih padat. Oleh sebab itu, anak-anak dari pulau seberang harus menggunakan perahu atau jolloro untuk ke sekolah. 
Itupun dengan susah payah dan mengikuti kondisi cuaca. Jika cuaca tak bersahabat, maka siswa pun tak bisa pergi bersekolah. Kejadiaan ini pernah penulis alamami saat akan melakukan penelitian di Selat Makassar. Dalam perjalanan, kami bertemu dengan rombongan anak berseragam merah putih. Saat kutanya, salah satu diantara mereka mengatakan kalau mereka dari pulau seberang dan akan ke kecamatan untuk sekolah. Anak yang lebih besar, menjadi pemandu dan memegang kemudi agar segera sampai di daratan. Nasib mereka sungguh malang, apalgi dalam kondisi hujan, atau badai yang kadang tak berhenti, mustahil anak-anak itu berangkat sekolah

MEREKAYASA PROMOSI WISATA BAHARI SULSEL

Pada akhir Maret 2012 lalu, penulis bertemu dengan wisatawan asal Finlandia di Manado. Felisa, secara kebetulan kami bertemu di depan Hotel Aston Manado. Dari perbincangan singkat itu ia mengaku pulang dari Pulau Tomia dan akan melanjutkan perjalanan ke Bunaken. Penulis bertanya apakah mengenal Takabonerate. Ia menjawab No, I dont know. Penulis kemudian menyarankan untuk ke Selayar, Takabonerate. Tapi, ia tak punya waktu lagi. Soalnya setelah kembali dari Bunaken, ia langsung ke Singapura dan kembali ke negaranya.

Pertemuan singkat itu amat berkesan dan membuat penulis yakin bahwa wisata bahari di Sulsel belum sepenuhnya dikenal masyarakat dunia. Yang membuat penulis sedikit merasa sedih karena Traveller itu lebih mengenal Wakatobi dan Bunaken sebagai lokasi penyelaman yang baik.

Tapi yang terkenal adalah Wakatobi dan Bunaken. Hal itu kemudian penulis refleksikan dengan hasil diskusi dengan Andi Januar Jaury Darwis, anggota DPRD Provinsi Sulawesi Selatan yang juga pemerhati Kelautan. Dalam diskusi yang santai tersebut terungkap bahwa prospek wisata bahari Sulsel hanya berjalan di tempat. Ini berarti pariwisara bahari belum menjadi jualan utama wisata di Sulsel.

Padahal seharusnya pariwisata bahari menjadi pusat tujuan wisata. Soalnya di Sulsel terdapat beberapa destinasi wisata bahari yang bisa dikunjungi. Misalnya saja Taman Laut Takabonerate di Selayar, Taman Laut Kapoposang, Pulau-pulau kecil di Kepulauan Spermonde, Pulau Samalona, Pantai Bira dengan pasir putihnya dan lain sebagainya. Semua potensi wisata bahari tersebut dapat menjadi tujuan wisatawan domestik dan wisatawan mancanegara untuk berlibur. Namun, sejauh ini kunjugan wisatawan untuk menikmati keindahan alam Sulsel tersebut masih minim.

Peluang memanfaatkan wisata bahari sangat terbuka lebar. Saat ini kecenderungan wisata dunia mulai bergeser ke natural tourism. Dalam hal ini masyarakat dunia lebih menyukai menghabiskan waktunya untuk menikmati wisata alam yang natural.
Di Indonesia, perkembangan pariwisata bahari menunjukkan kemajuan yang pesat. Hal itu ditandai dengan banyaknya wisatawan yang berkunjung ke Indonesia.

Namun, destinasi wisata bahari di Sulsel selalu luput dari kunjungan wisatawan. Keadaan tersebut semakin membuktikan bahwa promosi pariwisata bahari Sulsel amat lemah. Kondisi itu sangat berbeda dengan konsep Pemerintah Daerah (Pemda) Sulawesi Utara dalam mempromosikan Keindahan Alam bawah laut Bunaken. Begitu juga dengan Pemda Wakatobi yang luar biasa berjuang memperkenalkan potensi wisata bahari yang mereka miliki.

Penulis bertemu dengan Bupati Wakatobi akhir Desember 2011 lalu. Pak Hugua memaparkan dengan antusias prosesnya memperkenalkan Wakatobi hingga dikenal di dunia saat ini. Hugua mempromosikan keunggulan wisata Wakatobi dengan kerja cerdas. Strategi yang Hugua pakai juga penuh perjuangan.

Seringkali ia ikut forum-forum nasional dan internasional lalu memperkenalkan keindahan alam Wakatobi. Setiap kali pada pameran daerah, Hugua sendiri ikut terlibat mengangkat dan membawa peralatan untuk pameran. Selain itu, Hugua mengunjungi kampus-kampus di Eropa. Memberi kuliah pada mahasiswa dan memperkenalkan Wakatobi sebagai Surga bawah laut dunia. Melihat kerja keras Hugua, penulis berpikir seharusnya kepala daerah di Sulsel juga melakukan hal yang sama. Memerjuangkan agar daerah yang potensi wisata kelautannya cukup menjanjikan bisa terkenal di dunia. Menjadikan Sulsel sebagai pusat destinasi wisata bahari bukan hal yang mudah. Butuh kerja keras dan kerja cerdas. Pasalnya wisatawan masih lebih mengenal Bali, Lombok, Bunaken, Wakatobi dan Raja Ampat dibanding objek wisata bahari di Sulsel. Menyiasati hal tersebut, penulis melihat peran pemerintah dan keberpihakan pada kemajuan wisata bahari menjadi tumpuan utama. Tanpa keberpihakan pemerintah, penulis pikir konsep apapun yang ditawarkan untuk memajukan wisata bahari sulit untuk berkembang.
Berkaca pada kemajuan Wakatobi yang daerahnya cukup jauh dari ibu kota. Malah menjadi pusat destinasi dan terkenal di dunia. Itu terjadi karena keberpihakan, konsistensi pemerintah daerah membangun wisata bahari. Keberpihakan juga nantinya akan berpengaruh pada politik anggaran. Jika selama ini anggaran untuk pengembangan sektor ini masih minim. Maka ke depannya perlu dilakukan penambahan anggaran. Wisata bahari bisa juga dikembangkan dengan menambah varian-varian wisata. Selain menikmati wisata alamnya, di pulau yang dikunjungi terdapat wisata kuliner yang bisa dinikmati oleh para wisatawan. Ini kombinasi wisata bahari dan wisata kuliner.

Pemerintah mesti mengajak pihak swasta untuk ikut serta mengembangkan wisata bahari Sulsel. Hal ini membuat pemerintah bisa bekerja secara bersama swasta memperkenalkan pariwisata bahari pada berbagai pameran yang bersifat nasional maupun internasional. Pihak travel agency juga perlu dilibatkan.

Penulis berfikir perlu ada rekayasa informasi terkait pariwisata bahari di Sulsel. Namun, rekayasa tersebut tidak mengaburkan fakta yang ada. Melainkan mengonsep informasi menjadi lebih menarik sehingga setiap penikmat travelling makin rasa penasaran terhadap wisata bahari di Sulsel. Informasi tersebut dipromosikan secara rutin di media massa. Misalnya di televisi, radio, surat kabar dan online. Selain itu, bisa juga disiasati dengan mengundang para jurnalis dan perwakilan media untuk mengunjungi lokasi destinasi wisata.

Penulis menyarankan agar setiap kunjungan Gubernur ke berbagai negara mestinya membawa pesan yang bisa ditinggalkan di negara yang dikunjugi. Tidak hanya jalan-jalan menghabiskan anggaran. Melainkan perjalanan berkualitas. Misalnya pada setiap kunjungan ke berbagai negara tetangga. Gubernur menyempatkan diri mempromosikan wisata bahari Sulsel dengan segala keindahan bawah lautnya.

Memanfaatkan social media. Cara ini cukup efektif. Perkembangan media sosial yang begitu cepat mesti perlu dijadikan sebagai alat untuk promosi wisata bahari Sulsel. Media Facebook, Twitter,Youtube bisa menjadi garda terdepan. Tentu perlu sumber daya untuk mengelola itu dengan baik. Selain itu, website yang berisi informasi wisata perlu dikembangkan. Bahkan lebih baik jika informasi biaya paket wisata, perjalanan, tiket, hotel, rumah makan terdekat dan segala yang terkati dengan lokasi wisata yang dituju sudah lengkap pada website.

Tiap tahun di Sulsel perlu diadakan event terkait dengan Bahari. Misalnya saja Sail Takabonerate, Ekspedisi Kepulauan Spermonde, Festval Losari, Festival Pulau-Pulau Kecil. Mengundang perwakilan duta besar yang ada di Indonesia, para jurnalis, termasuk jurnalis luar negeri yang memiliki kantor di Indonesia. Serta melibatkan fotografer dan masyarakat umum untuk berlomba mengabadikan gambar terbaik pada setiap festival. Tak hanya itu para pembuat film dokumenter diajak ikut berpartisipasi. Mereka berlomba membuat film yang berhubungan dengan prospek wisata bahari. Hasilnya akan dipublikasikan di youtube dan dinilai masyarakat umum. Di akhir festival pemenangnya diberi hadiah dan penghargaan.

Penulis pikir, meski terlambat sadar akan potensi wisata bahari yang dimiliki. Namun momentum untuk mengubah arah destinasi wisatawan ke Sulsel masih terbuka lebar. Saatnya wisatawan menikmati surga bawah laut wisata bahari Sulsel.

SURGA TAMAN LAUT WAKATOBI DAN TAKABONERATE

Tak ada yang bisa menyangsikan keindahan bawah laut Talam Nasional Wakatobi Sulawesi Tenggara dan Taman Nasional Takabonerate, Kabupaen Selayar Sulawesi Selatan. Meski terpisah secara geografi, kedua taman nasional tersebut mempunyai keindahan dan keunikan masing-masing. Tapi kedua taman nasional tersebut menjanjikan surga bawah laut dengan pemandangan yang hanya ada di Kawasan Timur Indonesia Sebagai salah satu lokasi yang masuk kawasan segitiga Karang Dunia. Kawasan Taman Laut Wakatobi memiliki daya tarik tersendiri. Yakni keindahan bawah laut yang luar biasa. Hal itu didukung oleh keberadaan 750 jenis koral dari 850 jenis koral yang ada di dunia. Sementara itu Perairan Wakatobi juga memiliki biota laut yang masih alami. Termasuk 942 jenis ikan. Tentu dengan keanekaragaman hayati tersebut, Wakatobi menjadi surga bagi para penyelam dari segala penjuru dunia. Keberadaan Taman Nasional Wakatobi merupakan program pemerintah yang dicanagkan tahun 1996 silam. Luas lokasi kawasan tersebut mencapai 1,39 justa hektare. Taman tersebut mempunyai 25 gugusan terumbu karang. Berbagai jenis karang bisa ditemukan di kawasan tersebut. Menurut catatan departemen kehutanan karang di Wakoatobi tersebar pada 25 pulau dengan keliling pantai dari pulau karang sepanjang 600 km. Lokasi penyelaman yang bisa dijumpai di Wakatobi terletak padab eberapa titik. Diantaranya Karang Mari Mabo, Onemobaa, Pulau Hioga, dan Pantai Patuno. Yang membuat para penyelam terus berdatangan ke Wakatobi karena biota laut yang pada lokasi penyelaman masih sangat terjaga. Sehingga para penyelam bisa menikmati dan bermain bersama ikan hias di bawah laut.
Bupati Wakatobi, ir Hugua pada berbagai kesempatan mengaku melakukan promosi besar-besaran sehingga para wisatawan berdatangan ke daerahnya. Baik wisatawan lokal maupun yang berasal dari luar negeri. Tak hanya para wisatawan yang berkunjung untuk menikmati laut wakatobi. Para peneliti dari berbagai negara juga menjadikan Wakatobi sebagai pusat penelitian. Hugua juga melakukan promosi ke berbagai negara. Ia bicara di kampus-kampus terkemuka di Inggris, Jerman untuk mempresentasikan keindahan alam laut Wakatobi. Ia juga menambahkan perairan wakatobi bisa menampung jutaan orang untuk satu kali penyelaman. Meski begitu, pemerintah Wakatobi membuat zonasi sehingga kawasan penyelaman terlindungi. Sehingga bisa dimanfaatkan secara berkelanjutan. Takabonerate menjadi tempat yang sangat menarik untuk para wisatawan penggemar olahraga Diving. selain Bunaken, Wakatobi, dan Raja Ampat. Kelebihan yang dimiliki Taman laut Takabonerate yakni taman bawah lautnya yang indah. Takabonerate memiliki luas 300,000 hektare persegi. Terdiri dari 20 pulau. Taman lautnya mempunyai grade 35. Sementara Bunaken hanya memilki grade 27. Grade merupakan indicator kenanekaragaman terumbukarang yang dimiliki serta spesies ikan yang beragam. Takabonerate merupakan Taman Laut yang memiliki karang atol terbesar ketiga di dunia setelah Kwajifein di Kepulauan Marshal dan Suvadiva di Kepulauan Moldiva. Atol yang terdapat di Takabonerate memiliki luas sekitar 220.000 hektar, dengan terumbu karang yang tersebar datar seluas 500 km². Topografi kawasan sangat unik dan menarik, dimana atol yang terdiri dari gugusan pulau-pulau gosong karang dan rataan terumbu yang luas dan tenggelam, membentuk pulau-pulau dengan jumlah yang cukup banyak.
 

© Copyright berandamao . All Rights Reserved.

Powered By Blogger Thanks to Blogger Templates | punta cana dominican republic