Celoteh Seorang Kawan Tentang Rumah

Lagi-lagi tentang rumah, membahas hal satu ini selalu saja membangkitkan semangat. Sebab, rumah bagiku adalah sebuah persinggahan. Kemudian secara futuristik ia adalah tujuan terakhir dalam kehidupan. Lalu kita bertanya? Rumah itu sebenarnya ada dimana. Bagaimana bentuk rumah kita. Aku menganggapnya sebagai rumah imajiner. Segalanya bisa dibentuk dari serpihan metafora-metafora yang menghiasa bahasa kita. Kemudian bisa juga menjadi bagian yang tak terpisahkan dari alam pemikiran setiap pemiliknya


jadi tidak mengherankan jika ada orang yang beranggapan bahwa rumahku adalah surgaku. Sebab hakikatnya rumah penuh dengan kedamaian, kebahagiaan, cinta dan kasih sayang. Semuanya menjadi indah dengan segala keterbatasan ruang yang menjadi batas-batas empirisnya.

mengapa dengan rumah ibarat surga, sekali lagi ini sebuah perumpamaan yang sangat metaforik. Tidak menjadi persoalan, pasalnya hakikat surga, seperti yang diajarkan kepada kita sejak masih kanak-kanak hingga beranjak dewasa adalah sebuah ruang yang tak terbatas, apapun yang kita minta bisa terpenuhi, baik secara empiris, materialis dan imajinasi.

rumah memang adalah surga, ketika rumah menjadi ruang yang damai bagi setiap pemiliknya. tidak terkecuali kaum papah yang tinggal di pinggiran kanal, kolong jembatan, atau gubuk reyot di suduk kota. Seorang penyair mengibaratkan berada pada gubuk derita. Ceritanya akan tetap indah jika syarat kedamaian terpenuhi.
itulah filosofi rumah dengan segala kesederhanannya.

malam tadi, aku menerima pesan di sebuah jaringan sosial di internet. seorang kawan berceloteh tentang rumah. "Kelihatannya Lab dah jadi rumah ke dua nih. Atau malah yang pertama?
kawan ku ini mencoba menyentuh nilai dengan menyentuh persoalan "rumah"

lalu ia melanjutkan "I wanna say "If tommorow never comes"
sO....?Patuhilah SUARA HATI Anda dan Perhatikan apa yang terjadi.

sepertinya kawanku ini memintaku melibatkan intuisi dalam setiap langkah yang kutempuh. aku tahu, intuisi itu adalah suara hari, yang juga merupakan manifestasi dari ketuhanan. jadi dalam bayanganku ini secara tidak langsung menjadi bagian dari yag Esa. Sebab, suara hati adalah bagian dari asmaul husna.

aku jadi paham, rumah sesungguhnya di masa ini dan masa depan ada pada pemilik hati yang agung dan Esa.


Aksi Mahasiswa dalam potrer Jurnalis


Foto ini diambil beberapa bulan lalu, tepatnya 2008 kemarin oleh seorang kawan saya yang juga fotografer Seputar Indonesia, Maman Sukirman.






Menggugah Hati Lewat Ayat-Ayat Cinta

Berbagai cara dilakukan untuk menggerakkah hati masyarakat untuk lebih dekat dengan bidan. Salah satunya dengan ayat-ayat.

“Insya Allah persalinan’ta aman. Bila ditolong bidan, ibu selamat. Anak’ ta sehat sampai besar. Firman Allah Qulhal yastawiladzina ya’lamuna walladzina ya’ lamun”.

Itulah pesan yang terpampang pada sebuah papan pengumuman di pinggiran jalan poros Kabupaten Bone –Kabupaten Wajo, tepatnya di Desa Solo, Kecamatan Dua Boccoe. Sederhana memang, tapi kekuatan tulisan yang terdapat di papan itu mampu menarik mata setiap warga yang lewat. Serasa ada yang kurang jika tak membaca pesan itu. Kemasannya sederhana, namun kekuatan isinya cukup menggugah setiap orang yang lewat. Apalagi ibu yang sementara hamil.


Kepedulian akan keselamatan ibu dan bayi menjadi titik perhatian dari pesan yang disampaikan para imam desa ini. Lihat saja pesan yang ditulis di Desa Laccori ”Ingin melahirkan dengan mudah. Periksa ke bidan. Mereka itulah yang mendapat petunjuk dari Tuhannya dan merekalah orang-orang beruntung.( albaqarah: 5 )

Peran para imam desa mengajak masyarakat untuk lebih dekat dengan bidan patut diacungi jempol. Pasalnya, sebagai orang yang dianggap ’to matoa’ (orang yang dituakan), mereka berupaya membangun kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan ibu dan anak dengan pendekatan kultur religius.

Kembali ke Ayat-ayat suci memang masih dijadikan sandaran masyarakat desa. Pasalnya, kultur sosial masyarakat desa yang religius menjadi faktor utama. Apalagi di kalangan suku bugis (Bone). Pengaruh ajaran islam yang masih kental mempengaruhi sikap dan perilaku masyarakatnya. ”Kalau orang beriman, kepercayaannya semakin kuat jika dibarengi dengan ayat-ayat,” ujar H. Syamsu Alam, Imam Desa Solo.

Inisiatif Syamsu untuk menyampaikan pesan lewat media pengumuman itu merupakan upaya untuk menggugah hati warga desa agar lebih dekat dengan bidan. Tempatnya pun dipilih di pingggir jalan, supaya setiap orang yang lewat bisa membacanya tiap saat. Dengan berdirinya papan itu, berarti ada bukti yang terlihat. ”Jadi masyarakat bisa lihat sendiri, karena kalau dibicarakan, kadang ayatnya bisa meleset,” ungkapnya dengan tersenyum sumringah.

Pengaruh ayat-ayat suci alqur’an dan hadis Nabi Muhammad SWA yang ditulis pada papan-papan pengumuman, apalagi memuat pesan kesehatan membuat kepercayaan masyarakat makin besar. ”Karena ada tertulis di papan, kita bisa lihat langsung dan memaknai setiap pesannya,” ujar Nurjannah (34 th). Warga desa Solo ini melihat setelah ada pesan-pesan dari puang imang, para ibu-ibu hamil di kampung bersatu itu mulai rajin memeriksakan kandungannya. Apalagi di desa itu memang ada bidan yang bertugas.

Di tiap desa yang menjadi wilayah cakupan program UNICEF, dapat kita temukan pesan-pesan yang tepasang di papan. Selain berisi pesan dari ayat alquran. Pesan berbahasa bugis juga tak dilupakan. Pasalnya sebagian masyarakat desa belum bisa berbahasa Indonesia. Jadi bahasa ’ibu’ yang dipakai. Makanya tak heran jika di setiap papan pengumuman terdapat huruf lontara.

Kombinasi ayat dan tulisan lontara ini tentunya membuat masyarakat makin percaya. Sejak saat itu, para ibu mulai rajin datang ke bidan untuk memeriksakan kehamilannya. Apalagi pembawa pesan itu memang to matoa’ ta.



KISAH PARA KORUPTOR



Cerita Tentang korupsi bukan hal yang biasa di negeri ini. Tapi korupsi yang melibatkan ‘orang-orang baik’ telah menjadi penyakit yang menggerogoti manusia dalam kehidupan sehari-hari. Korupsi sekali lagi mebutakan para pejabat, penguasa dan mereka yang berlabel orang baik. Bahkan di lingkup kampus (mahasiswa, birokrat) praktek haram ini biasa juga terjadi secara kecil-kecilan. Walau untuk mengungkapnya butuh investigasi yang mendalam.
Berasal dari bahasa Latin corruptio, dari kata kerja corrumpere yang artinya busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok. Transparency International mendefenisikan korupsi sebagai perilaku pejabat publik, baik politikus/politisi maupun pegawai negeri, yang secara tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat dengannya, dengan menyalahgunakan kekuasaan publik yang dipercayakan kepada mereka. Sedangkan koruptor adalah orang yang melakukan kegiatan itu.

Inilah yang terjadi pada beberapa wakil rakyat di DPR. Prilaku korupsi telah merajalela dan terjadi secara sistematis. Suap menyuap demi kelancaran proyek menjadi sesuatu yang dianggap lumrah/lazim dan tak melanggar norma dan pranata sosial. Jadi, mungkin ada benarnya jika seorang bupati/walikota ingin mendapat dana, mesti menyiapkan ‘mahar’ sebagai uang pelicin kepada oknum anggota dewan minimal Rp 500 juta. Sama halnya dengan seorang pengusaha yang ingin memegang proyek di suatu daerah, maka milyaran rupiah mesti disiapkan.
Setelah anggarannya disetujui, maka tambahan fulus pun akan mangalir ke kantong-kantong para wakil rakyat tersebut. Aneh bin ajaib, mungkin ini yang disebut mencuri uang (rakyat) di rumah sendiri dan mereka (koruptor) dikenal sebagai tikus dalam karung.
Akibat prilaku para koruptor tersebut membuat negeri ini terpuruk dan berada pada posisis buntut sebagai negara terkorup. Di Asia, Negeri ini bersama Bangladesh adalah negara terkorup. Parahnya lagi, dari semua kasus korupsi, lembaga legislatif (parlemen) menjadi institusi paling korup. Slank pun merilis lagu untuk menyinggung para wakil rakyat di gedung dewan tersebut. ”Mau tau gak mafia di Senayan? Kerjanya tukang buat peraturan. Bikin UUD, ujung-ujungnya duit.” Begitulah slank mengilustrasikan kerja para anggota dewan. Ironisnya, sebagian wakil rakyat yang merasa tersinggung inign menuntu grup musik tersebut. Namun tak lama setelah itu politisi senayan, Al Amin Nasution (PPP) tertangkap oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) akibat kasus suap. Seperti kotak pandora, kasus itu kemudian menjadi bola salju yang jadi pemicu terungkapnya kasus suap lainnya di parlemen.
Walhasil, satu persatu para koruptor di DPR itu mulai ditangkap KPK. Hamka Yandhu (Partai Golkar), Anthoni Zeidra Abidin (Partai Golkar), Sarjan Tahir (Partai Demokrat), Bulyan Royan (Partai Bintang Reformasi). Sementara itu dari data ICW disebutkan terdapat 1.437 anggota DPRD dari seluruh Indonesia telah diproses hukum akibat kasus korupsi. Akibat kasus ini, kepercayaan masyarakat terhadap lembaga legislatif mengalami penurunan.
Para wakil rakyat ini memang seperti serigala yang rakus, tak pernah jera dan belajar dari kasus yang menimpa rekan sejawatnya. Pembangkangan terhadap Tuhan kembali dilakukan oleh Abdul Hadi Jamal (PAN). politisi ini ditangkap KPK bersama sejumlah uang hasil suap di mobilnya. Pada kasus ini AHD cukup sial dan tak punya malu, pasalnya beberapa hari sebelumnya para pimpinan partai politik menadatangani deklarasi anti korupsi. Sungguh terlalu.
Para koruptor selalu dikisahkan dalam setiap lakon sebagai orang baik. Namun dibalik itu mereka tak bisa berbuat benar, Sepandai-pandai menyimpan keburukan, suatu saat akan tercium juga. Lalu akhirnya mereka mendekam di bui dan dikucilkan dari masyarakat. Sigmound Freud mengatakan bahwa korupsi terjadi karena faktor kepribadian. Dalam hal ini yang dimaksud adalah sifat rakus, berorientasi pada kenikmatan dengan menambah materi.
Begitu juga dengan Abdul Rahman Ibnu Khaldun (1332-1406) yang mengungkapkan faktor utama korupsi adalah hawa nafsu untuk hidup mewah dalam kelompok yang memerintah.
Kebudayaan kita memang tak seperti di Jepang, masyarakatnya melakukan Harakiri apabila telah berbuat malu demgan menjadi koruptor. Begitu juga di Cina yang mengharuskan hukuman mati buat para pencuri uang rakyat. Tapi masyarakat Bugis-Makassar memiliki nilai siri na pacce sebagai prinsip yang mengatur kehidupan. Apabila itu dilanggar, maka harga dirinya akan hilang. Ironisnya, koruptor mungkin telah melupakan nilai itu. Sebab mereka tak merasa malu atau berdosa jika mencuri uang rakyat.
Seorang teman saya pernah berujar jika koruptor bisa dikategorikan politisi busuk. Penampilan mereka harum, tapi kemana-mana bawa sampah dan secara moralitas menghawatirkan.
Ismawan As
Mahasiswa Unhas 2003










TENTANG TAIKO, NOVEL PEMBANGKIT SEMANGAT


Catatan Pembuka:
sudah lama saya tak membaca buku ini. Ada kerindua membaca ulang, namun Setelah dipinjam seorang teman, hal itu mungkin hanya akan jadi angan-angan saja sebab hingga kini belum juga dikembalikan. Membaca kisah Taiko butuh kesabaran, namun dahaga akan terpuaskan setelah selesai membacanya.Beberapa hari kemarin entah mengapa kisah Taiko kembali mengisi alam pikirku. Untuk sekadar mereview kembali, saya coba mencarinya di internet. walhasil saya mendapatkan secuil kisahnya. meskipun tak sempurna.

Buku itu sangatlah menarik bagi saya karena berisi tentang sejarah Jepang pada dekade abad XVI. Dalam buku itu dikisahkan kehidupan samurai yang penuh dengan darah, intrik, pengabdian, perjuangan, taktik dan strategi di masa pergolakan politik di kekaisaran Jepang akibat lemahnya pemerintahan Shogun.

Secara garis besar inti dari cerita buku TAIKO ini adalah pada masa itu munculah tiga tokoh yang memiliki cita-cita besar yaitu mempersatukan bangsa Jepang. Ke-tiga tokoh ini memiliki karakter yang berbeda-beda dan sangat unik.



Nobunaga, seorang pimpinan samurai marga Oda, memiliki karakter ekstrem, penuh kharisma, tegas, brutal, dan gegabah. Ia dibesarkan di suatu propinsi kecil yang semula tak dipandang oleh marga-marga yang lain. Ieyasu, pimpinan marga Tokugawa, masa kecilnya penuh kesengsaraan sebagai sandera dari marga lain, mempunyai karakter tenang, berhati-hati, bijaksana, penuh perhitungan, dewasa, dan berani di medan perang. Sedangkan tokoh yang ke-tiga adalah Hideyoshi, yang terlahir dari keluarga miskin, bapaknya seorang prajurit yang terluka sebelum membuat jasa yang besar, sehingga dia saat kecilnya tidak menikmati sama sekali pendidikan yang bagus, sehingga pola hidupnyapun sederhana, tetapi karena pergolakan hidup serta semangatnya-lah yang menjadi pengasah kecerdasan, disamping interaksinya dengan bermacam-macam oranglah yang menjadikannya berkepribadian kompleks. Nah, dari ke-tiga tokoh ini, Hideyoshi-lah yang kemudian menjadi Taiko.

Seperti yang saya tulis di alenia sebelumnya, Hideyoshi merupakan anak ke-2 dari pasangan keluarga miskin. Sedari kecil ia bercita-cita menjadi seorang samurai, tetapi ibunya tak setuju karena bapaknya sendiri adalah seorang pengikut samurai yang telah cacat fisiknya sebelum berhasil melejitkan namanya di depan junjungannya. Pada suatu saat sang bapak meninggal, sehingga ibunya terpaksa menikah lagi guna melanggengkan kehidupan keluarganya. Ternyata bapak tirinya berwatak keras, sehingga Hideyoshi-pun dipaksa untuk bekerja giat, mulai dari pembantu di kuil, pembantu di toko gerabah dan lain sebagainya. Tetapi karena bukan merupakan cita-cita maka Hideyoshi selalu dipulangkan lagi. Selama bekerja itulah dia belajar tentang watak, karakter dan psikologis seseorang. Karena tiada lagi yang mau menerima dia bekerja, pada akhirnya Hideyoshi memutuskan untuk berdagang jarum jahit keliling. Tetapi semua itu tak disesali karena baginya tiada yang percuma dalam kehidupan ini. (Dia menerapkan sistem belajar sambil bekerja/ bekerja adalah belajar), tetapi dia tetap berpegang teguh pada cita-citanya, yaitu menjadi seorang samurai (setiap manusia harus memiliki cita-cita, impian dan harapan sebagai sasaran tujuan dalam kehidupannya).

Terjadi suatu perubahan besar dalam jalan hidupnya saat ia bertemu dengan Nobunaga. Nobunaga tertarik dengan semangat Hideyoshi dan akhirnya dipekerjakanlah dia di benteng Nobunaga. Kariernya cepat sekali menanjak, dimulai dari tukang pembawa sandal, kepala dapur, kepala kandang kuda, kepala pembangunan, komandan regu, sampai akhirnya menjadi menjadi seorang jenderal kepercayaan Nobunaga.

Hal yang paling menarik dalam bekerja selain kecerdikannya adalah jiwa pengabdiannya. Saat memutuskan dirinya mengabdi kepada Nobunaga, maka segala pekerjaan yang diperintahkan oleh majikannya dikerjakan dengan sungguh-sungguh bersemangat tanpa mengeluh, meskipun dengan upah yang rendah (jika sudah memutuskan bekerja adalah suatu pengabdian maka harus mengerjakan dengan sungguh-sungguh walau dengan upah yang sedikit/ profesionalisme).

Dengan ketekunannyalah yang menyebabkan ia dekat dengan majikannya maupun sesama pekerja yang lain serta kemampuannya untuk menempatkan diri dalam berkomunikasi menyebabkan ia disayangi oleh Nobunaga (betapa pentingnya pendekatan interpersonal dalam berinteraksi dengan orang lain). Ia tak tersinggung walau orang disekelilingnya menyebut dia si monyet, karena wajahnya mirip monyet. Tenyata ia mempunyai visi yang sama dengan Nobunaga yaitu mempersatukan bangsa Jepang (bagaimana suatu pemahaman akan kesamaan visi dan missi baik antara pimpinan dan anak buah sangatlah penting untuk mencapai tujuan organisasi). Hingga sampailah pada tujuannya yaitu menyatukan bangsa Jepang.

Tidak semua perebutan wilayah dilaksanakan dengan cara perang berdarah, Hideyoshi lebih banyak mempergunakan pendekatan psikologis kepada para musuh maupun saingannya, sehingga bisa menjadi sekutu, karena baginya cara terbaik untuk menaklukkan musuh atau saingan adalah dengan memberikan pengertian tujuan invasinya, dikesampingkannya ego-nya dan diajaknya berbicara tentang keuntungan bersama jika mendukung Nobunaga, salah satunya adalah Ieyasu. (Dalam hal ini jelaslah untuk membentuk soliditas suatu organisasi dengan mengharapkan dukungan dari pihak lain, maka bukan hanya sekedar kekuatan tetapi dengan akal, serta dengan cara memberikan keuntungan yang sepadan bagi mereka).

Ada falsafah yang menarik dari ketiga tokoh diatas ini, yaitu bagaimana cara menyikapi suatu hal. Jika diajukan suatu pertanyaan kepada ketiga orang ini maka jawabannya akan berbeda. ” Bagaimana jika seekor burung tak mau berkicau?”.

o Nobunaga : Bunuh saja,

o Ieyasu : Tunggu sampai ia bisa berkicau.

o Hideyoshi : Buat burung itu ingin berkicau.

Kenapa kata-kata ingin saya garis bawahi? Ya.... Hideyoshi dengan pendekatan interpesonal, memberikan kepercayaan yang besar, serta menanamkan tujuan dari apa yang dikerjakan telah merubah pemikiran para pengikutnya menjadi bersemangat berperan serta dalam mewujudkan tujuannya.





Dalam bab–bab akhir cerita, Nobunaga telah dikhianati dan dibunuh oleh pengikutnya, karena dia tak mampu mengendalikan emosinya, dengan menghina anak buahnya didepan umum serta memperlakukannya berbeda dengan pengikut yang lain. (Seorang pemimpin harus besikap adil serta harus pula bisa menjaga martabat anak buahnya). Dengan kematian Nobunaga ini maka terjadilah perpecahan dikalangan pengikutnya yang lain. Maka demi menjalankan missi serta dalam rangka mewujudkan visi yang hampi selesai dari majikannya tersebut Hideyoshi menempuh segala cara agar dapat menyatukan kembali organisasi yang telah dibentuk dengan susah payah (yaitu demi mempertahankan kelanggengan organisasi perlu dipakai berbagai cara agar bisa kembali ke tujuan awal). Salah satu lawannya adalah bekas sekutunya sendiri yaitu Ieyasu yang sangat terkenal cerdik. Dalam menghadapi Ieasyu strategi yang dijalankan adalah dengan memperluas hak-hak dari marga Tokugawa.

Dan satu hal yang perlu dipuji darinya adalah saat dia harus memerangi anak angkat majikannya sendiri. Dia paham sekali bahwa anak majikannya tak memiliki kemampuan untuk memimpin, tetapi tidak dengan serta merta ia menyatakan itu. Barulah dengan penilaian yang obtyektif dari berbagai pihak, dinyatakan bahwa Hideyoshi-lah yang sebenarnya mampu memegang kendali pemerintahan menggantikan Nobunaga (kemampuan leadership). Dalam adegan perdamaian dengan anak angkat Nobunaga ini, justru Hideyoshi yang melakukan sujud sebagai penghormatan kepada anak junjungannya itu, tetapi dengan halus pula dia mengajukan syarat-sayarat perdamaian yang justru akhirnya mengikat pengakuan anak angkat Nobunaga untuk terikat pada pemerintahannya. (Dalam melaksanakan kepemimpinan tidak diutamakan ego ataupun harga diri yang berlebihan, yang terpenting disini adalah bagaimana tujuan bisa tercapai / taktik dan strategi). Setelah Hideyoshi mampu mengikat kembali keutuhan persekutuannya maka dia menjalankan pemerintahan dengan bijaksana, dan mulai pada saat itulah ia bergelar Taiko.

Dalam startegi dikenal adanya upaya bersekutu, tentang bagaimana cara yang efektif untuk menaklukkan musuh dalam ilmu manajemen modern adalah sebagai berikut:

Artinya bila lawan lebih kuat dan bersifat mengancam maka harus ditempuh startegi accomodation, tetapi bila lawan lebih kuat dan tidak bersifat mengancam maka dapat ditempuh strategi Concordance. Bila lawan lebih lemah dan bersifat mengancam makaharus ditempuh Confrontation, tetapi jika lawan lemah dan tidak bersifat ancaman, maka anda harus melakukan Leadership.

http://thejargon.multiply.com/journal/item/153

PULANG (2)

Mungkin kita tidak akan tahu kapan kita bisa pulang. Karena pada dasarnya perjalanan yang kita lalu adalah rumah sesungguhnya. Dan lalgi-lagi akan kebingungan jika ada yang bertanya mau pulang kemana? .Ini cerita tentang penghargaan terhadap rumah dan kerinduan yang mendalam pada seluruh penghuninya. Beberapa hari yang lalu seorang teman mengirim sebuah pesan singkat yang isinya berupa pertanyaan. " sudah pulang ke rumah," jelasnya...

kemudian aku membalas pesan itu dengan jawaban yang masih ragu. "dalam waktu dekat aku akan pulang,".seja saat itu aku menghitung ada sebanyak tiga kali kawan ku itu bertanya tentang kapan aku pulang. Seperti biasa pula, aku mejawab jika pada dasarnya aku sudah pulang, rumahku adalah perjalananku. Dimana aku berhenti dan merebahkan tubuh, maka setiap tempat itu aku sebut sebagai 'rumah'.

Beberapa hari kemudian, aku memang merindukan rumah yang sesungguhnya. Maka bergegaslah aku pulang ke rumah di bilangan jalan latimojong. Setiap saat pulang ke rumah itu, aku bisa merasakan nikmatnya berbaring di kasur empuk, tidak seperti rumah ku yang lain. Sarapan tersedia tiap pagi, tentunya dengan menu yang lumayan membuat tubuhku tak mampu menghindar untuk mencicipinya. Aku disambut dengan senyuma seisi rumah. Satu saja pertanyaan yang muncul " kemana saja selama ini,"

Aku masih belum menemukan kedamaian. Meskipun aku telah pulang...



SEKUNTUM DOA

Entah mengapa kali aku ingin berdoa dengan sepenuh hati. hingga tak ada yang menjadi pemisah antara hatiku dengan Mu. Dengan bahasa yang tak mampu aku ucapkan. Hanya lewat tatapan mata yang tak berujung, gerak tubuh dan hati yang tak menentu. Aku tak mampu mengucapkan sekuntum doa seperti orang biasa selalu melafaskannya. Berusaha tersenyum dengan isyarat sederhana. Harap - harap cemas.
Tuhan, ijinkan langitmu menahan segala air yang sepertinya esok hari mau jatuh. Ijinkan lautmu yang biasa ganas kembali tenang, seperti ketika Musa As menyeberangi laut Mu, ijinkan aku melewati samudra Mu..

semalam aku tak bisa tidur. Insomnia memintaku mengeja bait demi bait doa yang terlantun lewat hati yang beku. Doa yang penuh harap itu mulai mencairkan kebekuan yan terdalam. Masih selalu menunggu, semoga hari esok aku masih mampu mengulangi sekuntum doa. Dengan harap-harap cemas, dan perasaan tak menetu. Tuhan ijinkan aku memuliakan mu, dengan sedikit kata, dengan sebait syair, dengan irama kehidupan, dan nada surgaMu.Karena aku yakin, kami mahlukmu bukanlah siapa-siapa, dan Engkau Maha segalanya.
Allah, tiada daya dan upaya kecuali dengan bantuan Mu..Mohon dengarlah sekuntum doa yang tak beraturan ini, karena kami tak mampu berbuat tanpa Kehendak Mu.

Allah, ijinkan Aku memuliakan Mu dengan sepenuh Cinta..


BIROKRASI LATAH

Dmana-mana yang namanya birokrasi selalu saja menyusahkan. Membuat orang yang tak berdaya secara ekonomi, social semakin terpinggirkan. Birokrasi yang berbelit-belit membuat rakyat miskin atau yang tidak memahami secara pengetahuan akan merasakan buah dari system. Sementara di satu sisi, pihak birokrat dengan enteng seenaknya saja mengatur alur-alur birokrasi. Dalihnya karena yang diurus adalah keluarganya si ini, keluarganya bapak itu, atau keluarga saya. Maka dengan tanpa rasa bersalah, semuanya dimudahkan. Sedangkan ketika orang lain, wajahnya berubah jadi buram dan meminta inilah, itulah..pokoknya mempersulit.




Padahal mereka (para birokrat) seharusnya paham jika mereka digaji setiap bulan untuk mengurusi rakyat, menjadi pelayan setiap orang yang datang dan berurusan dengan pemerintah. Tapi jabatan ataupun gelar yang didapatkan sebagian besar dijadikan sebagai “ alat kuasa” unduk menindas orang lain atau menjadi alat untuk membuat orang lain menghormatinya. Sadarlah para birokrat..

Suatu hari, seorang teman saya pernah memukul meja di kantor gubernur Sulawesi Selatan, waktu itu masih Amin Syam, saat itu petugas yang mengatur jadwal bertemu dengan gubernur cukup mempersulit. Selalu saja mengambil alasan jika gubernur tidak mau ditemui. Padahal surat untuk audiens sudah diterima. Karena alasan yang berbelit-belit teman saya memukul meja bapak itu, lalu digertak. Meskipun mukanya memerah kali tidak peduli. Yang pasti bapak itu telah diberi pelajaran.

Kemarin, sejak berada di RSU enrekang, saya mengurus semua kelengkapan berkas pengobatan Bapak. Askes tua miliknya sudah tidak berlaku. Ternyata tahun berlakunya 1995. setelah konsultasi dengan perawat, akhirnya saya kemudia nemngurus di bagian Askes. Tapi apa yang saya dapatkan tidak berjalan mulus. Meski awalnya di benak saya sudah terpikir bahwa ‘pasti akan dipersulit’’. Rupanya dugaan itu benar. Setela hdiperiksa petugas itu minta kartu hilang dari polisi, surat sk yang asli, dll. Malahan bapak yang sedari tadi merokok tidak sedikutpun memberi perhatian. ” Minta saja sama keluarga untuk mengirim lewat fazmile,” ujarnya (ada-ada saja). Perkataan bapak itu langsung kusela hingga dia terdiam. “Mana ada fax dikampung pak, pikir juga”. Kepalaku langsung panas, saya mulai emosi dengan pelayanan saya anggap tidak benar ini. Lama saya berdiri di dalam ruangan itu. tapi sayA sadar jika bapak sakit dan berdebat tidak akan pernah menyelesaikan persoalan. Saya tak menunggu lama untuk pergi dari ruangan pelayanan Askes itu.
 

© Copyright berandamao . All Rights Reserved.

Powered By Blogger Thanks to Blogger Templates | punta cana dominican republic